17. Aku bertemu Duke of Evenezer dan Asistennya (2)
Elxyera tidak menyangka kalau penampilan Duke Diziel vir Clifton akan semuda namun semenawan ini. Gadis berambut pirang itu bahkan bisa melihat para pelayan di mansionnya tidak mengalihkan perhatian dari Diziel. Sama halnya ketika mereka melihat Arsen datang berkunjung kemarin.
Apa pria tampan memang semenarik itu?
Elxyera yang sekarang duduk di salah satu sofa ruang tamu mansionnya, tidak mengalihkan pandangannya dari kedua tamu yang duduk berseberangan dengannya. Elxyera duduk di sisi Ayahnya, dan Duke Hellion vel Cresentra terlihat diam saja selagi para pelayan menyajikan jamuan untuk tamu dan Tuan rumah mereka.
Tidak ada yang berbicara selama semua persiapan itu diletakkan. Bahkan Diziel sendiri hanya bungkam sembari memandang sekeliling, seolah memeriksa setiap jengkal area ruang tamu yang mereka tempati ini. Di sisinya, Ivory Azurrio tersenyum tipis, tidak bergerak dari posisinya yang bahkan tetap terlihat anggun di mata Elxyera.
Entah mengapa dia tidak merasa asing dengan kedua sosok ini. Dia memang pernah bertemu Duke Diziel di kehidupan sebelumnya. Namun rasanya tidak sampai merasa tidak asing dengan kedua sosok seperti ini. Apalagi mengingat keduanya begitu mengerti sapaan Fargaven. Mungkinkah mereka pernah berkunjung ke Fargaven sebelumnya.
"Ini kali pertama saya benar-benar menginjakkan kaki di ibu kota kekaisaran Fargaven, Duke Cresentra. Tempat ini benar-benar berbeda dengan Frontina yang dikelilingi es," ujar Diziel tiba-tiba angkat bicara. Hellion yang sedari tadi bungkam pun memusatkan perhatiannya pada Diziel. Pria berambut perak itu mengangguk pelan, mengingat bagaimana lahan sisi Utara Dataran Blanche itu dipenuhi es, tentu berbeda dengan Fargaven.
"Saya senang Anda menyukai tempat ini, Duke Clifton. Jikalau Anda mau, saya bisa menemani Anda berkeliling kota nantinya setelah bertemu Emperor."
Hellion tidak banyak berbicara, namun ungkapan itu terdengar santai. Berbeda dengan saat Ayahnya berbicara dengan para bawahan itu, atau orang-orang lain yang bisa melihat ketajaman ucapan Ayahnya. Di sisinya ini, Elxyera merasa bahwa dia berada dengan Ayahnya yang biasa, namun dipenuhi kewibawaan.
Tawaran itu terdengar menarik. Elxyera berpikir mungkinkah dia bisa ikut? Daripada harus berdiam diri di rumah, atau bahkan lebih buruknya mungkin bisa saja bertemu Arsen yang berkunjung. Entah mengapa sejak mimpi semalam, dia tidak ingin melihat wajah pria itu untuk sementara. Meskipun dia harus bersabar tiga tahun lagi sampai Arsen bertemu Avyce dan Elxyera bisa lepas sepenuhnya.
"Terima kasih tawarannya, Duke Cresentra. Saya dengan senang hati menerimanya. Saya juga mendengar bahwa beberapa hari lagi beberapa event utama di Fargaven akan diselenggarakan, bukan? Ah, tehnya sudah cukup, saya tidak bisa terlalu banyak minum yang panas." tanya Diziel yang mengangkat sebelah tangannya ketika salah satu pelayan menuangkan teh ke cangkirnya.
Pelayan itu segera membungkuk sopan, merasa semua persiapan jamuan telah selesai, pelayan-pelayan itu pun pergi keluar ruangan meninggalkan Tuannya bersama tamu, dan River yang berjaga di dekat pintu.
Elxyera yang mendengar ucapan Diziel terdiam sejenak. Dia baru sadar akan sesuatu yang nyaris dilupakannya. Kalau saja Diziel tidak mengatakan itu, dia tentu tidak akan mengingat kalau beberapa hari lagi Kompetisi Berburu Kerajaan akan diadakan.
Kompetisi Berburu Kerajaan merupakan festival besar dimana para bangsawan dan kesatria berkumpul. Umumnya itu dilakukan oleh keluarga kerajaan secara langsung dan para kesatria dari keluarga bangsawan lain. Mungkin di kerajaan lain pun hal seperti ini akan diadakan, namun sedikit berbeda dengan kerajaan Fargaven dimana siapapun anggota keluarga bangsawan dipersilakan untuk berpartisipasi, bahkan Tuan dari para keluarga bangsawan serta wanita bangsawan yang sanggup melakukannya.
Wajah Elxyera langsung murung seketika saat teringat sesuatu. Jikalau itu adalah Kompetisi Berburu yang diadakan khusus oleh Kerajaan, maka itu artinya dia akan bertemu dengan Arsen lagi. Memikirkan itu saja sudah membuatnya merasa lelah seketika.
Hellion kembali mengangguk, merespon pertanyaan Diziel. Tentu tangan kanan Emperor kerajaan Fargaven tidak akan melupakan hal sepenting itu. "Benar, Duke. Dua hari lagi Kompetisi Berburu Kerajaan akan diadakan. Ah, silakan dinikmati jamuannya. Saya harap ini sesuai dengan kesukaan Anda."
Hellion segera mempersilahkan tamunya untuk menikmati hidangan yang tersedia. Lalu mengambil sendiri cangkir tehnya dan meminum isinya yang panas secara perlahan. Sedangkan Elxyera di sisi sang pria, hanya terdiam bagaikan patung sedari tadi. Matanya memperhatikan Diziel, mengingat pria itu tidak terbiasa minum sesuatu yang panas.
Apa semua orang yang tinggal di Frontina seperti itu?
Elxyera tidak pernah menginjakkan kaki di sisi Utara dataran Blanche itu. Bahkan di kehidupan sebelumnya, Putera Mahkota tidak pernah mengajaknya pergi ke sana jikalau ada acara resmi. Arsen menggunakan alasan bahwa perjalanan itu hanya akan membuat Elxyera merasa lelah, namun kenyataannya pria itu tidak ingin berlama-lama dengan Elxyera dalam satu kereta yang sama, bahkan kalau sampai harus menginap di kerajaan lain selama beberapa hari bersama.
"Terima kasih," balas Diziel. Mengulurkan tangannya meraih cangkir teh tersebut. Namun ketika hawa panas itu terasa di kulit Diziel, pria itu mengernyit sejenak membuat Ivory yang berada di sisinya bergerak mendekat. Tangan sang wanita terulur lembut, meraih cangkir teh tersebut dari sang pria.
"Biar saya yang melakukannya, Duke."
Pendaran berwarna perak kebiruan seketika menyelimuti tangan Ivory yang menggenggam cangkir teh tersebut. Elxyera sedikit kagum karena Ivory memegang cangkir teh itu dengan menangkupkannya di sisi cangkirnya, bukan menggenggam bagian pegangannya. Apa sang wanita tidak merasa panas dengan itu?
Namun bukan hanya itu saja yang mengagumkan, melainkan hawa dingin yang seketika menyeruak bersamaan dengan cahaya tipis yang menyelimuti cangkir itu, membuat uap panas yang mengepul dari cangkir teh itu seketika menghilang.
"Sihir..." Elxyera tidak bisa menghilangkan rasa kagum itu dari wajahnya.
Namun Diziel yang menyadari bahwa dirinya diperhatikan oleh Elxyera, seketika tertawa kecil dan mengusap rambutnya dengan kaku karena merasa malu.
"Ah, maafkan saya, Tuan Puteri. Bukan bermaksud tidak menghargai. Hanya saja saya...tidak terlalu bisa meminum sesuatu yang terlalu panas. Ini menyangkut kondisi tubuh dan kesehatan saya, jadi saya harus tetap berhati-hati. Ayah Anda sudah mengetahuinya. Namun saya sangat berterima kasih atas jamuan yang Anda siapkan untuk saya, Duke Cresentra. Saya bersungguh-sungguh."
Hellion yang tidak menunjukkan ekspresi berarti hanya menggangguk singkat, lalu tersenyum tipis. Banyak rumor yang memang didengarnya tentang Duke Clifton yang baru. Dan dia sudah mengetahuinya juga ketika berkunjung ke kediaman Clifton di Frontina. Dia mungkin harus memberitahukan ini pada River agar lain kali tidak menyiapkan sesuatu yang terlalu panas untuk Diziel.
"Saya mengerti, Duke. Saya akan menyampaikannya pada pelayan saya."
"Terima kasih banyak, Duke Cresentra. Anda sudah melakukan sebanyak ini untuk saya. Maaf merepotkan Anda."
Hellion menggeleng pelan, merasa tidak keberatan dengan hal itu. Pria yang pengertian, tentu akan melakukan yang terbaik untuk para tamunya. Ivory di samping Diziel pun mengulurkan kembali cangkir teh yang sudah dingin itu pada Diziel.
"Terima kasih, Iv."
"Tentu, Duke. Sudah menjadi kewajiban saya."
Ivory menundukkan kepalanya sejenak, merasa tidak keberatan dalam membantu Diziel. Wanita itu pun kembali memposisikan dirinya duduk dengan baik dan meraih cangkir tehnya sendiri. Berbeda dengan Diziel, Ivory sama sekali tidak memiliki masalah dengan menikmati teh yang panas itu.
Elxyera begitu kagum dengan kekuatan yang diperlihatkan Ivory tadi. Itu mungkin adalah sihir dasar. Namun mengubah sesuatu yang panas menjadi dingin dengan cepat tanpa membekukannya membuat Elxyera bungkam tak bisa berkata-kata. Dataran Blanche yang penuh dengan sihir, namun sialnya Elxyera bahkan tidak punya bakat dalam hal itu.
Mungkin tiap orang di Frontina berbeda. Lagipula Diziel mengatakan bahwa dia memiliki kondisi kesehatan yang membuatnya begitu, jadi mungkin memang Diziel yang berbeda. Elxyera pun meraih cangkir tehnya sendiri dan menyesap isinya perlahan. Pikirannya seketika melayang kemana-mana kembali.
Mengingat bahwa dia masih punya masalah untuk bertemu dengan Arsen lagi dalam beberapa hari kedepan membuat semuanya terasa berat. Apa dia memang tidak bisa sedikit saja menjauhi pria itu? Kalau Arsen bersikap dingin padanya, semuanya akan terasa lebih mudah. Sayangnya pria itu akan langsung melengket padanya seperti lintah jikalau melihatnya.
"Saya yakin Tuan Puteri akan menghadiri Kompetisi Berburu Kerajaan nantinya juga, kan?" tanya Diziel tiba-tiba, membuka pembicaraan pada Elxyera membuat sang wanita muda berambut pirang itu lagi-lagi terbuyarkan dari lamunannya.
Jemarinya yang memegang cangkir sejenak terasa kaku. Sebagai Puteri Mahkota, sudah menjadi tugasnya untuk hadir di sana, apalagi karena itu artinya Arsen akan ada disana bahkan ikut dalam kompetisi itu. Elxyera pun mengiyakan." Iya, Duke Clifton.
"Tuan Duke Clifton diundang dalam acara itu. Elxyera, apa aku bisa meminta dirimu untuk mendampingi beliau dan Nona Azurrio?" tanya Hellion pula, melirik puterinya sejenak mengingat bahwa tamu kehormatan dari kerajaan lain pun pasti akan diundang. Apalagi karena sosok itu adalah seorang Duke dari kerajaan lain.
Elxyera yang mendengar itu mengangguk sekali lagi. Mengerti keadaan yang akan dihadapinya. Perhatian sang wanita berambut pirang pun tertuju pada Diziel dan Ivory.
"Tentu, Tuan Duke. Saya akan mendampingi Anda dan Nona Azurrio nantinya."
Dengan sopannya, Elxyera mengiyakan sekali lagi. Berpikir kalau Diziel pasti ingin menghadirinya. Apalagi kalau Diziel akan tinggal beberapa hari di kekaisaran Fargaven. Sebagai tamu, sudah pasti pria itu akan diundang. Namun kesibukan Hellion mungkin saja membuat pria itu akan terus mendampingi Emperor sehingga sulit menemani tamunya.
"Terima kasih banyak, Tuan Puteri."
Diziel tidak henti-hentinya berterima kasih seraya senyum penuh rasa bersyukur itu menghiasi wajahnya. Berbeda dengan wajah sang pria yang bisa saja mengintimidasi, Diziel memiliki hati yang lembut. Padahal kalau dipikir-pikir, menjadi Duke di usia semuda ini pasti akan sangat menyulitkannya. Namun hal itu tidak memiliki pengaruh pada sikap sang Duke.
'Entah mengapa ini membuatku malu,' batinnya merasa seperti orang bodoh. Mengingat perkataan Arsen dalam mimpinya. Elxyera dibesarkan dengan sangat baik oleh kedua orang tuanya, namun cinta memang membutakannya sampai membuatnya menjadi seperti itu di kehidupan sebelumnya.
Penuh akan amarah dan dendam pada Avyce. Elxyera akan memastikan bahwa dia tidak akan mengulangi sikap seperti itu lagi.
Sang wanita muda bisa mendengar Ayahnya kembali berbicara dengan Diziel, berpikiran kalau itu mungkin adalah masalah pekerjaan. Atau juga hal yang ingin dibicarakan Diziel pada Emperor nantinya.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita melanjutkan pembicaraan ini di ruang kerja saya, Duke Clifton?"
Pertanyaan itu menyentakkan Elxyera, sang gadis yang kembali jatuh dalam pikirannya. Akhir-akhir ini sepertinya dirinya memang sering sekali melamun mengingat-ngingat sesuatu dari masa lalunya. Mulutnya menutup menikmati rasa manis kue yang baru saja dilahapnya, dan dia melihat Diziel mengangguk di hadapannya.
"Tentu, Tuan Duke."
"Kalau begitu, mari. Elxyera..."
"Ya, Ayah?"
"Tolong dampingi Nona Azurrio. Jikalau kau atau beliau membutuhkan sesuatu, kau bisa memanggil pelayan," pinta Hellion melirik puterinya. Elxyera segera saja kembali mengangguk mengiyakan. Mendampingi asisten Diziel mungkin bukan masalah besar. Setelahnya, dia pun melihat Hellion menuntun Diziel keluar dari dalam ruang tamu itu diikuti River.
Ruangan itu menjadi hening sesaat setelah Ayahnya keluar bersama Duke of Evenezer. Bahkan tidak ada para pelayan di dalam ruangan. Elxyera pun kembali mendongak, mencoba menenangkan hatinya. Sebagai seorang tuan rumah yang baik, dia tentu tidak boleh membuat tamunya bosan, kan.
"Ah..."
"Saya tidak menyangka bahwa Anda bahkan jauh lebih cantik dari rumor yang dikatakan orang," puji Ivory tiba-tiba dengan antusias. Wanita muda itu terlihat berbinar memandangi Elxyera, membuat sang wanita membeku di tempat sesaat.
Apa yang baru saja dia bilang? Kata-kata yang tadinya ingin dilontarkan Elxyera dari mulutnya pun tertahan di tenggorokannya
"E-ehmm, terima kasih..." balas Elxyera dengan sedikit canggung. Meskipun tersanjung dengan pujian itu, rasanya jarang sekali dia mendapatkan pujian itu sebelum menjadi tunangan Putera Mahkota. Dibandingkan dulu, sekarang pujian itu terlihat begitu jelas. Apakah pujian Ivory ini pun sama dengan pujian bangsawan lain yang hanya sekedar memujinya di depan saja?
"Ah, maafkan ketidaksopanan saya, Yang Mulia! Saya tidak bermaksud membuat Anda merasa tidak nyaman," sahut Ivory saat tersadar ekspresi Elxyera sedikit berubah. Dia berpikir kalau dirinya mungkin membuat sang Puteri Mahkota merasa tidak nyaman. Wajah itu terlihat murung sesaat, membuat Elxyera merasa bahwa dia seperti melihat seekor binatang lucu yang ditinggalkan majikannya.
"Oh, tidak, tidak apa-apa, Nona Azurrio. Saya hanya tidak menyangka Anda akan berpikiran seperti itu, hehe." Elxyera mengusap rambutnya dengan gelisah, merasa gugup seketika. Namun terkekeh lembut setelahnya saat sadar bahwa Ivory memang bersungguh-sungguh mengatakannya.
Matanya kembali memperhatikan Ivory yang tersenyum manis. Wanita muda ini terlihat begitu lembut. Sosok yang anggun, pikirnya. Dia pun memuji kecantikan Ivory dalam benaknya. "Anda pun terlihat cantik, Nona Azurrio. Anda pun...ternyata bisa menggunakan sihir."
Mendengar ucapan Elxyera, mata Ivory mengerjap beberapa kali. Kepalanya mengangguk singkat. Merasa tersanjung mendapatkan pujian itu dari Elxyera. Kebanyakan wanita akan malu mendapatkan pujian itu, namun Ivory terlihat tersenyum manis. Bahkan tidak ada tanda kesombongan dari ekspresi itu. "Terima kasih, Yang Mulia. Saya belajar sihir agar bisa membantu Tuan Duke. Lagipula, Anda juga bisa menggunakan sihir, kan?"
Pertanyaan balik yang dilontarkan Ivory mengejutkan Elxyera. Apa informasi tentang dirinya sudah tersebar seperti itu? Berarti itu artinya Ivory pun seharusnya sudah tahu kalau Elxyera sama sekali tidak memiliki bakat hebat dalam sihir. Namun Ivory yang sekali lagi menyadari bahwa Elxyera terdiam dengan tatapan kosong itu, memiringkan sedikit kepalanya dengan cemas.
Apa dia sudah salah bicara lagi?
"Anda merupakan salah satu murid di Akademi Sihir Philosthilea kan, Tuan Puteri? Saya dan Tuan muda pun bersekolah disana. Jadi kami sering mendengar tentang Anda, Tuan Puteri."
Oh, informasi itu sedikit mengejutkan Elxyera. Tidak menyangka kalau dia ternyata bertemu dengan teman satu sekolahnya. Itu menjelaskan mengapa Duke Clifton dan Ivory bisa mengetahui sapaan khas Fargaven.
Bahkan merasa tidak asing ketika melihat keduanya. Mungkin dia pernah bertemu Ivory dan Diziel di kehidupannya sebelumnya, namun melupakan hal itu. Meskipun sejujurnya Elxyera bingung mengapa sang Duke sampai harus sejauh itu mencari ilmu ke kerajaan lain.
"Saya tidak menyangka kalau Anda dan Tuan Duke bersekolah disana."
Ivory tertawa kecil mendengar keterkejutan Elxyera. Mungkin akan terdengar aneh kalau Dukenya yang berasal dari Frontina mencari ilmu di kerajaan lain, padahal di Frontina pun terdapat sebuah sekolah sihir yang sama hebatnya.
"Ayah beliau yang meminta Tuan muda untuk bersekolah disana. Agar bisa menambah wawasan Tuan muda mengenai tempat lain. Meskipun sejujurnya Tuan muda sama sekali belum pernah menginjakkan kaki di ibu kota Fargaven sampai hari ini tiba," jelas Ivory membuat Elxyera kembali mengangguk sejenak.
Ah, Elxyera mengerti hal itu. Tuntutan orang tua ya. Itu mungkin bisa menjadi pembelajaran yang baik untuk beberapa orang. Apalagi dengan Duke Clifton baru yang akan memulai hidupnya dengan mengenal orang-orang dari berbagai kerajaan lain.
Meskipun begitu, Elxyera tidak habis pikir. Di daratan Blanche, ada begitu banyak sekolah sihir. Namun sejauh ini, di dataran Blanche, sekolah yang paling hebat menghasilkan penyihir berpengalaman dan orang-orang hebat kebanyakan berasal dari Philosthilea di kota Hetzem kekaisaran Fargaven. Bahkan banyak pula pangeran-pangeran dari kerajaan lain yang bersekolah disana.
Selain itu pula, kebanyakan penyihir berbakat yang lulus dari Philosthilea akan langsung dipekerjakan di posisi tinggi, atau masuk ke dalam organisasi penyihir dunia, Arhphelem, yang bertempat di pulau buatan tengah lautan Rigord yang melegenda. Pulau menara penyihir.
Karena itu pula, Elxyera merasa malu karena menjadi salah satu murid disana. Karena ada begitu banyak orang hebat yang bisa melihat ketidaksanggupan Elxyera dalam mempelajari sihir. Dirinya begitu lemah dalam hal satu itu. Mungkin sebaiknya dia memilih untuk masuk Akademi Kesatria saja.
Bahkan Arsen di masa mudanya, menuntut ilmu di Philosthilea dan menjadi salah satu lulusan berbakat terbaik yang begitu jarang bisa didapatkan orang-orang lain. Sekarang Elxyera melihat dengan semakin jelas.
Mana mungkin Arsen ingin berdampingan dengan Elxyera yang bahkan tidak mampu menggunakan sihir dengan baik. Gadis Suci sudah pasti menjadi pilihan utama.
"Tuan Puteri?"
"Y-ya?"
Panggilan Ivory membuat wanita berambut pirang itu mendongak lagi, memandangi Ivory yang tersenyum padanya. Ah, betapa bodohnya Elxyera, yakin Ivory sedari tadi memperhatikannya yang melamun. Namun wanita berambut biru itu dengan sabarnya berbicara padanya.
"Apa Anda ingin melihat sihir-sihir saya yang lain? Saya...melihat bahwa Anda begitu kagum, jadi jikalau Anda ingin melihatnya..." Ivory sedikit malu-malu ketika mengatakan itu. Mata sang gadis melihat ke sana kemari sejenak, namun Elxyera merasa bahwa mungkinkah wanita ini berusaha menghiburnya? Apa sedari tadi Ivory menyadari dirinya yang terlihat murung?
"Tentu, dengan senang hati, Nona Ivory."
"Ah, Anda tidak perlu terlalu formal pada saya. Saya hanya...orang biasa yang bekerja pada Tuan muda, jadi panggil saja saya Ivory," sahut Ivory kemudian dengan cepat. Sejujurnya sudah kepikiran sedari tadi meminta Elxyera tidak perlu memanggilnya dengan sopan seperti itu.
Namun kenyataan yang didapatkan Elxyera kembali mengejutkan sang gadis. mungkinkah Ivory hanya gadis biasa. Namun rasanya begitu tenang ketika berbicara pada Ivory.
"Tentu, Ivory," balas Elxyra kemudian dengan senyuman lebar.
--🗝️--
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top