10. Aku dan Waktu Yang Berharga
Elxyera menikmati es yang dibelikan Arsen untuknya. Makanan dari area Utara itu begitu dingin, namun juga enak. Sang wanita pun duduk di salah satu kursi di pinggiran jembatan sungai kota sembari mencicipinya, sedangkan Arsen yang duduk di sampingnya terus saja memperhatikan tunangannya tanpa memakan es krim yang digenggamnya sendiri di tangannya. Rasanya dia lebih puas kalau bisa melihat Elxyera yang semanis ini menikmati perjalanan mereka bersama.
"Sepertinya kau terlihat menyukainya. Aku merasa senang sekali karena hari ini bisa melihat tingkah manis Elxyera terus menerus," puji Arsen tiba-tiba yang membuat Elxyera terbatuk tiba-tiba. Terkadang, ucapan Arsen muncul di saat yang tidak tepat, membuatnya berbalik menghindari pandangan Arsen yang tertawa karena tingkah lucu tunangannya yang terkejut.
"U-ucapan Anda terlalu berlebihan, Yang m--Arsen," sanggah Elxyera kemudian dengan cepat.
Arsen pun mengeluarkan sebuah sapu tangan dari saku celananya sembari tersenyum manis, mengulurkannya pada Elxyera yang segera diterima wanita itu untuk membersihkan mulutnya yang terkena es krimnya.
Ah, hari ini memang rasanya seperti mimpi, mengesampingkan Arsen yang terus menggodanya, pria itu memang baik karena mengajaknya berkeliling.
Sayangnya semua itu hanya akan menjadi mimpi belaka beberapa tahun kedepan. Bagaimana pun sikap Arsen padanya saat ini, ketika Avyce datang, semuanya pasti akan lenyap begitu saja dari genggaman Elxyera. Dan wanita itu tidak ingin hatinya kembali hancur untuk kedua kalinya, walaupun sulit baginya untuk menghindari Arsen.
"Ngomong-ngomong, kapan kau akan kembali ke Academy sihir?" tanya Arsen yang mengingat kalau saat ini Elxyera sedang dalam masa liburannya. Dia beruntung tunangannya punya waktu liburan yang cukup lama, sehingga dia bisa melihat tunangannya dalam jarak yang dekat seperti ini. Namun itu tidak akan berlangsung selamanya, kan.
Elxyera bahkan hampir lupa dengan itu. Tahun ajaran baru akan segera tiba, dan itu akan menjadi tahun terakhir Elxyera belajar di Akademi Sihir, karena tidak lama lagi dia akan lulus. Setelah itu hari-harinya akan dilalui dengan hal dan pekerjaan membosankan selaku dirinya yang adalah tunangan Putera Mahkota.
Di kehidupan sebelumnya, itu semua berjalan bagaikan Neraka. Seketika terkagum dan sedih dengan dirinya yang dulunya bisa menahan itu semua. Arsen akan membuangnya, dan itu adalah kenyataan yang tidak akan bisa terbantahkan.
"Bulan Enam, Arsen," jawab Elxyera sembari menurunkan sapu tangan itu dari wajahnya, lalu kembali melahap es krimnya dalam diam. Dia hampir lupa dengan itu, tentang dirinya yang memiliki kekuatan sihir. Sayangnya semua itu tidak ada gunanya ketika dia mati nantinya. Sihirnya terlalu lemah, bahkan rasanya anak kecil saja memiliki sihir yang lebih kuat darinya.
Elxyera memiliki kekuatan mengendalikan angin, namun dia bahkan tidak bisa melayangkan barang-barang ukuran normal dengan kekuatan anginnya. Dia juga tidak bisa menggunakannya untuk terbang, bahkan membuat sesuatu yang padat dari sihirnya. Orang memakluminya karena tubuh ibunya yang lemah.
Sejujurnya, dia yakin dirinya dipandang lemah karena hal itu. Namun orang lain menghormatinya karena dia adalah anak dari seorang Duke, dan tunangan Putera Mahkota. Apalagi dengan statusnya yang adalah puteri mahkota kerajaan Fargaven yang berlimpah akan kekuatan sihir. Tapi kekuatan Elxyera bahkan tidak berguna sedikit pun, padahal kekuatan Angin pun termasuk kekuatan yang begitu hebat.
Arsen yang seketika menyadari ekspresi murung tunangannya, menengok wajah manis itu. Entah mengapa rasanya tidak suka jikalau dia melihat tunangannya seperti ini. Dia lebih suka kalau Elxyera tersenyum, apalagi memanggil namanya. Dia pun mencondongkan badannya ke samping, memberikan kecupan singkat di pipi sang gadis bahkan tanpa meminta izin.
"Apa itu artinya aku harus menahan diri selama setengah tahun untuk bisa melihat tunanganku lagi?" bisiknya di telinga sang wanita, dan meniupkan angin kecil membuat sebelah tangan Elxyera pun terangkat dan segera menutup sisi telinganya dengan pipi yang merona.
Ah, dia tidak tahan dengan tingkah jahil Arsen yang seperti ini.
"Aku akan sangat merindukanmu, Elxy. Karena sekolah sihirmu berada di kota yang berbeda, akan sulit bagiku untuk mengunjungimu. Tapi...aku akan berusaha untuk menemuimu tiap hari," lanjutnya mendekatkan wajahnya lagi ke pipi Elxyera, namun sang wanita yang sudah kelewat malu dan sadar atas apa yang akan dilakukan Arsen pun segera mengangkat tangannya menahan wajah sang pria untuk tidak mendekat.
Tempat ini memang cukup sepi, namun hari masih siang dan Elxyera tidak ingin orang lain melihat mereka bermesraan. Lagipula Arsen hanya akan membawa pengaruh buruk bagi jantungnya!
"A-An--Kau terlalu dekat, Arsen!! Dan juga, waktu yang kumiliki kan sisa...satu tahun. Kau harus belajar untuk...menahan diri," balas Elxyera kemudian dengan cepat, berbicara asal karena tidak tahu harus merespon bagaimana. Rasanya, pergi ke Academy sihir justru jauh lebih baik daripada dia harus tinggal di ibu kota. Tentu dia akan merindukan orang tuanya, namun Elxyera harus belajar cara untuk menghindari Arsen, kan?
Dia harus bisa menguatkan hatinya.
"Hmm, begitu kah? Tapi kalau aku bilang tidak, bagaimana?" tanya Arsen balik, tersenyum di balik telapak tangan sang wanita yang menahan tangannya. Di matanya, Elxyera terlihat begitu lucu. Mengapa tunangannya ini menghindarinya seperti ini setelah pertunangan mereka? Bahkan setelah mereka melakukan hal itu. "Mungkinkah karena Elxyera tidak bisa menahan diri juga, sehingga kalau aku berada di dekatmu, kau akan merasa aneh?"
Satu tangan Arsen yang kosong pun bergerak merangkul pinggang Elxyera, mengelus sebelah pinggang sang wanita membuat Elxyera tersentak kaget. Hampir saja dia meremas tempat es krimnya karena sentuhan itu namun dia masih bisa mengontrol dirinya sendiri. "Yang Mulia, jikalau Anda menggoda saya disini, saya benar-benar akan marah."
Elxyera melontarkan ucapan cepat di tengah rasa malunya, namun Arsen yang mendengar itu seketika membelalak karena dari balik tangan Elxyera yang menghalangi pandangannya itu, dia bisa melihat tunangannya itu merona malu. Hari ini dia banyak melihat ekspresi manis tunangannya. Ancaman itu bahkan terdengar lucu dan tidak menakutkan. Mungkinkah Dewa memberkatinya hari ini sehingga bisa melihat manisnya tunangannya?
Pada akhirnya Arsen mengangkat kedua tangannya menyerah, lalu memundurkan kembali badannya untuk duduk baik menghadap ke depan. Tawa kecil lolos dari mulutnya, namun dia pun menyerah dan memakan es krimnya sedikit, menikmati rasa dingin yang manis itu. "Baiklah, baiklah. Aku tentu tidak ingin membuat tunangan manisku ini kesal, kan."
Pipi Elxyera menggembung mendengar ucapan itu. Apa Arsen bercanda padanya? Pria ini rasanya dari tadi hanya menggodanya terus. Rasanya ingin Elxyera memukul kepala Arsen dan berharap itu bisa mengembalikan Arsen yang dingin padanya. Agar lebih mudah bagi sang wanita untuk mengabaikan Arsen kedepannya.
"Kau tidak perlu memikirkan perkataan orang lain. Selama Elxyera adalah Elxyera sendiri, itu sudah cukup." Sekali lagi Elxyera merasakan sentuhan di bahunya dengan tangan kanan Arsen. Namun bukannya digunakan untuk menggoda sang wanita lagi, Arsen berucap sembari merangkulnya lembut. Pastinya sadar dengan wajah Elxyera yang murung karena kekuatan sihirnya itu.
Di kehidupan sebelumnya, Arsen memang tahu betapa lemahnya kekuatan sihir Elxyera. Mungkin itu juga alasan sang pria mengabaikannya, karena dia menjadi calon Puteri Mahkota yang begitu kuat. Mengingat Ayahnya, Hellion vel Cresentra adalah sosok yang begitu kuat dengan energi sihir yang bisa membuat musuh ketakutan.
Arsen tidak pernah mencintainya, tapi entah mengapa Arsen yang ada di dunia ini begitu lembut padanya, begitu mengerti akan dirinya. Ucapan itu didengarnya dengan baik, dan berharap bisa keluar di telinga kanannya, namun hatinya menyimpan satu ucapan berharga itu.
Kalau nantinya dia akan dibuang, tidak masalah kan dia menyimpan ucapan palsu itu sebagai kenangan untuknya. Sebelum dia melupakan Arsen sepenuhnya, dia ingin mengingat semua tentang pria itu sembari menghilangkan rasa cintanya. Tidak jatuh cinta lagi pun bukan berarti tidak menghormati, kan?
Mungkin setelah pertunangan mereka dibatalkan, mungkinkah mereka bisa menjadi teman? Selama Arsen akan membawa rahasia kecil mereka berdua hingga akhir hayat, Elxyera pun akan menjaga nama baik Arsen jikalau memungkinkan. Dia lelah menjadi jahat, jikalau nantinya akan terkena karma yang akan membunuh dirinya sendiri.
Pada akhirnya, Elxyera memilih untuk diam tanpa merespon ucapan Arsen, menyandarkan kepalanya pada bahu sang pria sembari menikmati es krimnya sampai habis. Lagipula dalam beberapa waktu ke depan, sihir itu pun tidak akan bisa menyelamatkannya, dan Arsen akan menemukan cinta baru.
Kepalanya menunduk, melirik sejenak kalung yang diberikan Arsen padanya. Itu mengkilap indah, mengingatkannya pada warna mata sang pria yang dicintainya. Waktu begitu berharga baginya, dan ini menjadi salah satunya.
"Aku ingin pulang," lirihnya kemudian ketika sadar es krim miliknya telah habis. Kepalanya pun mendongak ke samping untuk memandang Arsen, melihat sang pria itu pun sudah menghabiskan es krimnya juga dalam diam. Mendengar permintaan Elxyera, Arsen tidak segera menjawab.
Waktu memang masih siang, dan juga tidak panas. Namun dirinya sendiri pun belum ingin pulang. Ini adalah hari yang berharga baginya karena bisa menghabiskan waktu dengan Elxyera, namun kalau gadisnya meminta untuk pulang, dia tentu tidak bisa mencari alasan lain, kan?
"Kalau begitu, boleh aku berkunjung ke kediamanmu?" tanya Arsen tiba-tiba, membuat sang gadis tidak habis pikir. Dia ingin pulang karena tidak ingin melihat Arsen lagi. Dia ingin menenangkan dirinya setelah bersenang- senang berjalan dengan Arsen di kota, namun sang pria justru meminta untuk mengunjungi kediaman Cresentra?
Tatapan memelas itu terpampang jelas di wajah tunangannya, dan ketika Elxyera melihatnya, dirinya terkesiap. Jantungnya sekali lagi tidak bisa diajak kerja sama, dan pikirannya kacau karena tidak tahu harus menolak bagaimana. Orang tua Elxyera pun pasti tidak akan menolak kedatangan sang pangeran.
"Bolehkan, Elxy? Aku masih tidak ingin...berpisah denganmu," pintanya dengan manis bagaikan binatang lucu mengharapkan sesuatu dari majikannya. Oh, di saat seperti ini Elxyera justru tidak ingin berkata pulang tadinya. Karena dia tahu dia tidak bisa menolak. Kepala itu mengangguk pelan, dan yang dirasakan sang wanita kemudian adalah pelukan erat dari Arsen yang penuh kebahagiaan.
Apakah ini pilihan yang tepat?
--•--
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top