1. Aku Yang Dihidupkan Kembali
Elxyera adalah seorang wanita yang seharusnya bisa mendapatkan akhir hidup bahagianya bersama pangeran yang dicintainya, sosok yang seharusnya bisa membangun sebuah keluarga bahagia dengan tunangan yang dicintainya. Namun kehadiran wanita lain itu merubah segalanya, membuat dunia Elxyera pecah menjadi berkeping-keping.
Ketika seorang gadis dari rakyat biasa diketahui merupakan keturunan Dewa yang dianugerahi kekuatan Kudus, kerajaan Fargaven digemparkan, dan dengan segera derajat gadis itu dinaikkan.
Yang naasnya, dampaknya terkena pada diri Elxyera yang adalah tunangan Putera Mahkota Pangeran Arsen kerajaan Fargaven. Terpaksa dirinya yang sudah sejak usia 17 tahun ditakdirkan menjadi permaisuri Pangeran yang lebih tua tiga tahun darinya itu, harus melepaskan posisi itu di usianya yang ke 20 tahun.
Avyce, wanita manis sederhana yang dicintai di desa tempatnya tinggal. Kekuatannya aktif di usianya yang 20 tahun, dan dengan segera berita tentang kekudusannya tersebar ke seluruh penjuru daratan Fargaven.
Bagaikan harapan yang dirampas, Elxyera jatuh dalam kekacauan, tidak menerima pangeran yang dicintainya justru beralih pada Avyce yang baik hati. Hingga hal itu membuatnya melakukan segala cara untuk menjatuhkan Avyce dari posisinya dengan berbagai tindakan keji.
Namun pada akhirnya, sama seperti para penjahat di cerita-cerita kerajaan yang suka dibaca Elxyera ketika muda, dia pun mendapatkan karmanya. Ketika pulang dari acara ulang tahun ke- 24 pangeran Arsen, kereta kuda Elxyera diserang oleh bandit ketika melewati hutan perbatasan istana, dan akhirnya mati di tangan para bandit.
Itu akhir yang tragis, namun Elxyera sendiri berpikir, orang lain pasti akan berpikir bahwa itu adalah akhir yang setimpal, mengingat betapa begitu banyak kekejaman yang dia tujukan pada Avyce yang baik hati, yang selalu memaafkan perbuatannya.
Kalau dipikir-pikir, berapa banyak pun Elxyera melakukan kekejaman pada Avyce, wanita manis itu selalu berusaha memaafkannya. Bahkan ketika pangeran Arsen sendiri sudah turun tangan untuk menghentikannya dalam mengganggu Avyce, Elxyera merasa tidak ada lagi yang memihak padanya di dunia ini.
Kematian ini mungkin tidak sia-sia, karena dia bisa mengakhiri perasaan menyakitkan yang terus tertumpuk di hatinya ini. Bisa mencoba melupakan Pangeran Arsen yang begitu dicintainya. Mungkin jikalau dirinya dilahirkan kembali, Elxyera berharap bisa hidup jauh dari eksistensi sang pangeran, agar dirinya tidak kembali lagi disakiti seperti ini.
"Aku berharap bisa dilahirkan kembali di tempat yang jauh dari Arsen."
Ungkapan itu diucapkan Elxyera di penghujung hidupnya, dan cahaya putih adalah yang terakhir dilihat oleh sang wanita sebelum kegelapan memenuhi pengelihatannya.
--•--
Rasa sakit memenuhi tubuh itu sesaat, namun hantaran kuat yang dirasakannya setelahnya membuat tubuh itu tersentak terbangun, mengulurkan tangannya ke atas dengan kaku seolah mencoba meraih sesuatu.
"Ahh!!"
Keringat dingin mengalir di pipi sang wanita, menjalar di lehernya dan menetes di atas selimut yang menyelimuti tubuhnya yang terasa panas dan lengket. Pergerakan duduknya itu tiba-tiba membuatnya merasa sakit di bagian bawah tubuhnya, namun lehernya seperti tercekat.
"Hah--hah...!"
Tunggu, Elxyera merasa ini begitu nyata. Merasa ada yang aneh pada dirinya sendiri. Mata itu bisa melihat dengan jelas, tangan yang bisa bergerak bebas. Dan dia bahkan bisa merasakan rambutnya yang menjuntai panjang di sisi tubuhnya. Bahkan suara nafas itu, terdengar begitu nyata di pendengaran sang gadis.
Jikalau dia sudah mati, tidak mungkin kan dia bisa mendengar suaranya bernafas dengan susah payah seperti ini. Tapi rasa sakit itu entah mengapa terasa di perutnya. Dia mungkin tertusuk pisau tadinya, tapi dia tentu yakin kalau dia tidak mungkin hidup lagi.
Mungkinkah dia bermimpi?
Tapi tangan ini terasa begitu nyata baginya. Pandangannya menunduk, lalu membelalak melihat tubuhnya sendiri. Kulit putih itu dihiasi bercak merah di beberapa bagian kulitnya yang terekspos. Namun sebagian besar tubuhnya yang polos itu ditutupi oleh selimut yang tebal. Dia segera menarik selimutnya untuk melihat perutnya sendiri.
Tidak ada luka.
Apakah dirinya masih hidup? Apakah dia sempat tertolong sebelum dirinya mati terbunuh oleh para bandit itu? Atau mungkin para bandit itu menikmati tubuh Elxy sebelum akhir hayatnya?
"Elxy...."
Suara itu mengejutkan Elxyera, membuat tubuh sang wanita tersentak. Rasanya begitu nyata. Kalau dia mati, tidak mungkin kan dia bisa mendengar suara itu? Begitu familiar, begitu nyata. Kepalanya menoleh ke samping dengan segera, dan menyadari sosok pria di sisinya yang nyaris tenggelam selimut putih yang besar itu.
Mata Elxyera membelalak, jelas familiar dengan sosok pria itu. Sosok di sampingnya ini adalah Arsen, pangeran sekaligus mantan tunangannya. Dia yakin ini bukanlah sebuah mimpi, karena sekali lagi gumaman Arsen terdengar sampai ke telinga Elxyera, membuat wanita itu merinding.
Bagaimana bisa dia berada di sisi sang putera mahkota? Apalagi dengan penampilan yang seperti ini ??
Mata merah muda Elxyera mengerjap beberapa kali, memperhatikan pria yang bahkan tidak terganggu dengan pergerakan Elxyera. Dirinya seketika sadar, pria ini terlihat lebih muda dibandingkan yang diingat Elxyera. Namun masih begitu tampan membuat rasanya sakit kembali mengingat masa-masa itu.
"Apa yang terjadi padaku?" lirihnya tidak percaya, mengedarkan pandangan dan sadar bahwa dia berada di tempat yang tidak asing. Ini kamar Yang Mulia Putera Mahkota. Elxyera memang sudah jarang ke sini, namun dia masih mengingat dengan jelas tempat ini.
Elxyera menggeleng dengan cepat. Bukan saatnya berpikiran tentang ini. Yang perlu dia ketahui, mengapa dirinya berada disini, dan mengapa dia ada di sisi putera mahkota. Apa Arsen menyelamatkannya?
"Engg...Elxy?"
Panggilan itu menyentakkan tubuh Elxyera kembali, dan dia tidak sempat bergerak ketika sesuatu meraih sebelah tangannya dan menariknya kembali berbaring di tempat tidur, terperangkap dalam lengan kekar pria yang begitu familiar baginya.
"Y-Yang mulia?"
Elxyera mendongak, dan tertegun melihat penampilan Arsen yang juga polos di balik selimut itu, beraroma harum dan menggoda. Pipi Elxyera seketika bersemu merah, namun pandangannya tidak teralihkan dari netra emas pria di hadapannya ini.
"Hmm? Ya, ini aku, Elxy. Apa kau...bermimpi buruk?"
"T-tidak. Tapi...kita....disini... bersama," ujar Elxyera dengan kaku, tidak tahu harus merespon bagaimana.
Arsen, yang menunduk segera membalas tatapan Elxyera dengan tatapan mengantuk. Netra emas itu membuka sayu, namun seketika tersadar dengan pipi merona sang wanita dan ucapan Elxyera yang begitu gugup dan malu, tawa kecil lolos dari mulut sang pria yang merah merona menggoda itu.
Apa wanita ini lupa dengan apa yang mereka lakukan?
Arsen menunduk, mengusapkan pipinya di pucuk kepala Elxyera dengan gemas. Namun di satu sisi, Elxyera menemukan tindakan itu sedikit mengejutkan, seperti orang lain. Kepala sang pria pun semakin menunduk. Bibir hangat Arsen lalu menemukan kulit lembut Elxyera, dan kecupan manis diberikannya pada bahu sang wanita membuat Elxyera merinding dengan sentuhan itu.
"Apa kau melupakan apa yang kita lakukan semalam?"
Hah?
Bukan!! Bukan itu masalahnya! Rasanya dari penampilan mereka, Elxyera sudah bisa menebak apa yang terjadi. Tapi mungkinkah mereka melakukannya setelah sang wanita bahkan diserang bandit dan mungkin hampir mati??
Di satu sisi, Arsen sudah memiliki tunangan lain, dan bagaimana reaksi Avyce jikalau mengetahui ini??
"T-Tapi ap--apa maksud Anda?? Kita tidak mungkin melakukannya! Karena Anda memiliki tunangan dan ini adalah perilaku yang tidak sopan!"
Arsen mengernyit mendengar ucapan menggebu-gebu itu dari Elxyera. Dia terlihat bingung bagaikan anak tak bersalah, lalu sekali lagi tawa renyah lolos dari mulut sang pria berambut hitam itu.
Memangnya apa yang lucu dengan itu? Apa Arsen tahu kalau ini adalah skandal?!
Tangan Arsen pun terulur dan meraih satu tangan Elxyera yang terasa lembut dalam sentuhan Arsen. Kulit ini, tangan ini, tubuh ini semuanya adalah milik Arsen. Tatapan itu bahkan tertancap pada Elxyera, tidak ingin teralihkan dari mata indah sang wanita. Bibirnya pun sekali lagi bertemu dengan kulit punggung tangan Elxyera, memberikan kecupan yang begitu manis disana sehingga rasanya jantung Elxyera berhenti berdetak sesaat.
"Sayangku, apa kau bermimpi? Tidak apa apa, lagipula ini bukan hal yang salah juga nantinya kalau kita menikah. Sepertinya kau memang masih mengantuk? Tunanganku tentu hanya kau dan selamanya akan tetap kau, Elxy."
Hah???
--•--
Hai!
Selamat datang di karya saya. Saya harap kalian bisa menikmati karya saya ini dan selamat membaca. (◕ᴗ◕✿)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top