-The Red Whispered-
Aku ga update di cerita sebelah, karena makna dari ceritanya juga beda.
Jadi aku membuat judul baru. Hope you like it :)
Note : Aku mau bikin imbang. Kalau kemarin lebih ke 'sedih', yang ini aku harap feel rasa 'manis' gitu tersampaikan ke kalian.
.
.
.
"Uhh... " Rintihan pelan dapat terdengar didalam ruangan yang mayoritas berwarna merah dan orange itu. Seseorang bermata crimson membuka matanya perlahan, hal pertama yang ia lakukan adalah mengucek matanya dan mengedarkan pandangannya "Ah... " Ia tersenyum kecil melihat sekelilingnya, bagaimana ia bisa tidur senyenyak itu, setelah apa yang terjadi tadi malam.
Remaja bernama Nanase Riku itu menghempas pelan selimut yang ia kenakan untuk menghangatkan tubuhnya. Tapi ia tidak sendiri tidur diatas kasur.
Ia menolehkan kepala kesampingnya, mendapati seorang bersurai kuning terang tidur terlelap sembari memeluk boneka dari anime favoritnya.
Tidak ingin membangunkannya, Riku pun dengan perlahan bangkit dari tempat tidur dan menarik kembali selimutnya menutupi hingga leher lelaki tersebut.
Lalu ia berdiri dan kembali tersadar bahwa mereka tidak hanya berdua.
Tapi mereka dalam formasi lengkap seperti akan tampil.
Riku lalu melompati beberapa membernya. Setelah ia berada dekat pintu ia membalikan badan dan menghadap mereka.
Memandangi wajah tidur mereka satu per satu. Pertama ia melihat dua orang yang tidur dengan posisi duduk diujung kasurnya. Yamato dan Mitsuki. Dua member tertua itu pasti mengalah dan memberikan area luas untuk member yang lebih mudanya tidur.
"Mereka bahkan tidak memakai selimut" Riku mengambil beberapa selimut cadangan dari lemarinya dan menyelimuti mereka.
Puas dengan hasil kerjanya, ia kembali ke tempat semula.
Sougo tidur dengan meringkuk pas dibawah kasur Riku, beruntung ia tadi tidak menginjaknya. Lalu Iori dan Tamaki yang saling berpunggung saat tidur.
Tamaki sedikit memeluk Sougo yang tidur disampingnya dan Iori adalah member yang tidur paling rapi.
Riku kembali tertawa kecil melihat itu.
Lalu ia menatap mereka dengan tatapan lembut.
"Kenapa.. Kalian begitu peduli denganku? " Riku kembali menyuarakan apa yang ada dipikirannya. "Aku hanya orang biasa.. Aku bahkan selalu merepotkan kalian... " Riku duduk dan menopang dagunya yang bersandar pada lututnya. Memeluk tubuhnya sendiri. "Apa spesialnya aku bagi kalian? "
Riku memainkan jarinya, mengalihkan perhatiannya sesaat "Tapi aku bersyukur... " Senyumnya kembali merekah. "...bertemu kalian adalah masa yang tidak ingin aku tukar dengan apapun"
"Jika aku terlahir kembali, aku ingin tetap bertemu kalian dalam ringkasan cerita hidupku... "
"...bukan karena aku tidak bisa hidup dengan yang lain. Tapi.. Itu harus dengan kalian. Kita lengkap bila bersama"
Riku berdiri dari tempatnya dan melangkahkan kakinya keluar kamar, menghilang dibalik pintu.
Meninggalkan enam orang yang ia pikir masih berada dalam dunia mimpi.
.
.
.
The Red Whispered
By
nshawol566
.
.
.
.
.
.
.
Malam itu.. Setelah mengantar member Trigger dan Re:vale hingga keluar dorm. Mereka kembali masuk kedalam dengan emosi yang bercampur aduk. Mereka lega mendengar perkataan Riku. Tapi.. Disatu sisi, itu tidak menghilangkan fakta bahwa ia tetap akan pergi.
Tamaki yang berjalan tepat dibelakang Riku merentangkan tangannya berusaha untuk menggapainya. "Chotto matte, Tama. Apa yang coba kau lakukan dengan tangan ini" Yamato menahan tangannya. Riku yang menyadari mereka menghentikan langkahnya kemudian membalikan badannya. "Ada apa? "
"Hehhhh Yama-san membulliku Rikkun. Tolong... " Rengeknya sembari menunjuk tangan Yamato yang masih memegang erat lengannya.
Merasa dirinya dituduh atas perbuatan yang tidak ia lakukan membuat Yamato menepuk pelan kepala Tamaki "Aku tidak membullimu. Kau yang sedari tadi berusaha menggapai Riku. Untuk apa? "
"Tidak.. Aku.. " Tamaki memainkan ujung bajunya "..uhmm" Wajahnya dipenuhi oleh semburat merah "..Aku hanya ingin memeriksa suhu Rikkun... "Katanya malu-malu.
Yamato dan Riku hanya saling beradu pandang. Yamato tersenyum lembut dan Riku merentangkan tangannya "Hmm" Tamaki dengan perlahan masuk kembali kedalam dekapannya, tapi kini tidak ada bulir air mata yang keluar dari matanya.
"Rikkun. Kalau kau merasa kedinginan, kau bisa menghampiriku" Tamaki berbicara disela helai rambut merahnya. Mencium aroma dari lelaki yang lebih tua setahun darinya itu. "Arigatou. Kau hari ini lebih manja dari biasanya, Tamaki" Riku tertawa kecil.
"Datte... " Tamaki mendungselkan kepalanya di bahu Riku."Setelah apa yang terjadi, aku tidak ingin menghabiskan waktu tanpamu" Tamaki bernafas di lehernya.
"Itu geli, Tamaki" Riku sedikit bergidik karena nafas panasnya.
"Hiya.. Apakah Oni-san perlu bergabung? " Yamato akhirnya ikut memeluk kedua membernya tersebut dalam sekali dekapan dan membuat keduanya hampir hilang keseimbangan.
"Yama-san! Berat! " Protes Tamaki yang masih memeluk Riku erat. Satu tangannya mendorong Yamato dan satu lagi masih melingkarkan tangan kebelakang punggungnya, menahan berat badannya agar tidak jatuh.
"Hwah! Tamaki jangan terlalu banyak bergerak! " Riku kini menahan berat badan mereka berdua.
"Oni-san juga tidak mau ketinggalan" Yamato menjahili Riku seakan ia ingin menciumnya " Gaaah! Yamato-san! Aku masih dibawah umur! " Riku berusaha melepas dekapan keduanya. Tapi kini lengan mereka sudah bertautan satu sama lain.
"Ahh! Apa yang kalian lakukan! " Mitsuki menunjuk mereka "Kalian meninggalkan aku! " Dengan begitu Mitsuki yang bertubuh lebih kecil dari yang lain berlari dan memeluk Riku dari belakang "Aku tidak tahu kalian sedang apa tapi sepertinya asik! " Cengirnya.
"Kami sedang menghangatkan Riku, Mitsu"
"Ie.. Sekarang sudah lebih dari hangat Yamato-san. Ini sebenarnya cukup panas"
"Ouhhh! Apa kita bermain tumpukan burger?! " Nagi memunculkan kepalanya dari ruang berkumpul setelah mendengar suara yang berisik.
"Jangan tinggalkan aku desuu! " Lalu ia berlari kearah mereka, sebelum itu ia sempat menarik Sougo dan Iori yang hanya menonton mereka di sudut lorong. "Kalian! Nanti Nanase-san sesak! " Iori meronta mencoba untuk melepaskan diri.
"A-Ah kau benar! Minna. Mohon berhati-hati. Nanti Riku-kun sesak nafas! " Sougo memperingatkan mereka layaknya ia sebuah barang yang ringkih.
Mereka terus mendorong, menarik bahkan menjahili satu sama lain tanpa melepaskan pelukan mereka. Yang terdengar hanyalah tawa yang menggema diseluruh sudut.
Kini suasana berat yang tadi mereka rasakan terganti oleh keceriaan canda dan tawa.
Setelah beberapa saat, kaki Yamato seakan hilang keseimbangan dan membuat semuanya miring kearahnya.
"Waaa! "
"Heh?! "
"Lindungi Nanase-san! "
Bruk!
Dan mereka pun terjatuh dengan posisi saling bertumpuk.
Iori dan Nagi berada diposisi paling atas. Setelahnya adalah Mitsuki dan Sougo, lalu Tamaki dan Yamato... Yang terbawah...
"Nanase-san! " Iori menjadi yang pertama bangkit dari posisi mereka. Ia pun mendorong membernya yang lain. Setelah semuanya berdiri.
Mereka melihat tubuh meringkuk Riku yang tidak bergerak, kepanikan kembali tergambar pada wajah mereka.
Tapi setelah itu...
"Pppftt! "
Suara tawa terdengar dari arah Riku.
Kini yang mereka lihat Riku tertawa lebar sembari memegangi perutnya. Ia masih terus tertawa selagi mengganti posisinya menjadi duduk.
Mereka yang melihat itu hanya menghela nafas lega.
Riku terus tertawa tanpa henti.
"Riku.. Sampai kapan kau mau tertawa? " Tanya Yamato yang sudah mengulurkan tangan padanya untuk membantunya berdiri.
"Hehehe" Riku hanya cengengesan. Tapi lama kelamaan...
"Rikkun... " Tamaki adalah orang pertama yang menyadari cairan keluar dari ujung matanya.
"Riku-kun? " Sougo dan Iori dengan reflek berlutut menyamakan sudut pandang mereka Padanya .
Riku masih terus tertawa, tapi air mata entah mengapa juga keluar dari kedua matanya "Are? " Ia mengelap pipinya "Aku menangis? " Tanyanya pada dirinya sendiri. Untuk pertama kalinya pada malam itu ia menangis.
Ia mencoba menghapus air matanya, tapi percuma. Air matanya tidak berhenti.
"Uhh. Padahal aku tidak ingin menangis" Riku memencet matanya. Mencoba menahan aliran air yang keluar dari matanya.
Yang lain hanya memandangnya khawatir.
"Gomen Minna... Aku mencoba untuk menahannya.. Tapi.. " Riku akhirnya mengganti senyumannya dengan isakan pelan "...ternyata tumpah juga. Sejujurnya aku takut. Mengetahui bahwa dirimu akan mati itu menyeramkan" Kata Riku tanpa kemauannya, seakan mulutnya bergerak sendiri. "Lalu.. Setelah melihat kalian. Aku semakin takut" Riku mengangkat kepalanya yang tadi tertunduk menghadap membernya "Aku terlalu menyayangi kalian... Aku terlalu takut untuk pergi tanpa meninggalkan banyak kenangan untuk kalian. Aku takut dilupakan. Aku takut selama ini hanya meninggalkan kenangan buruk... " Riku sedikit meringkuk "...aku sempat berpikir. Kenapa harus aku....? Aku masih ingin bersama yang lain. Apa yang harus aku lakukan agar Tuhan mendengarkan doaku... "
Riku menggapai tangan orang yang paling dekat dengannya. Sougo dan Iori "Aku tahu ini egois. Bisakah aku minta waktu kalian lebih lama lagi untuk hari ini? "
Mereka hanya tersenyum mendengar itu "Riku no baka" Mitsuki melangkah kedepan dan menghapus air mata Riku dengan ujung sweternya "Kau boleh egois dengan kami sebanyak apapun yang kau mau" Mitsuki merentangkan tangannya "Kami semua akan memberikan waktu kami untukmu"
Sougo membalas genggamannya "Karena itu.. Jadilah egois Riku-kun. Ambil semua yang kau butuhkan. Apa yang membuatmu puas dan bahagia. Kami akan membantumu"
Riku tersenyum kecil "Kami akan memberimu banyak kebahagian sehingga kau tenggelam didalamnya" Tambah Nagi yang tersenyum lebar "Apapun untuk membahagiakanmu, Rikkun" Tamaki ikut tersenyum lebar disamping Nagi.
"Dan kau bisa memulainya... Sekarang Nanase-san" Iori menjadi penutup mereka dalam mengutarakan perasannya.
"Bolehkah.. Uhmm" Riku tersenyum malu-malu. "Bisakah kalian menginap dikamarku? "
"Haiya. Hanya itu? Oni-san juga bisa memberikanmu ciuman hangat loh" Yamato berusaha menggapai Riku tapi kepalan tangan Tamaki dan Sougo menjadi hal pertama yang mencium pipinya. "Itte!! Kalian berdua! "
Dan mereka semua tertawa.
Mereka pun kembali ke kamar mereka masing-masing.
Mengganti pakaian yang lebih nyaman dan membawa perlengkapan tidur mereka untuk menginap.
"Uhh" Tamaki menarik selimut dengan 'boneka' ou-sama puding diatasnya dengan sekuat tenaga. "Tamaki-kun" Panggil Sougo yang menatapnya "Sou-chan! Bantu aku untuk membawanya"
"Hah.. Bawalah boneka yang dapat digenggam Tamaki-kun. Kau tak perlu membawa bean bag ou-sama puddingmu"
"Tapi! Tapi! Rikkun bisa memakainyaa! "
"Tidak. Ambil yang kecil" Tegas Sougo membuatnya tersentak.
"Maaa maaa, Sou. Ayolah masuk" Yamato melambaikan tangannya dari dalam kamar Riku yang pintunya terbuka lebar.
Beberapa menit kemudia, mereka sudah berkumpul bersama didalam kamar Riku.
"Aha... Gomen. Kamarku memang sempit" Riku tertawa kecil.
"Besar kamarmu kan sama dengan kami, Nanase-san" Kata Iori disela mengangkat meja lipat. Yamato membantu mengangkat bean bag miliknya. Sedangkan Mitsuki memindahkan gitar milik Riku.
"Satu orang bisa tidur denganku dikasur" Sahut Riku menawarkan.
"Aku! " Dan semua member mengangkat tangannya.
"Hehhh....! Aku yang duluan angkat tangan! Aku dengan Rikkun! " Tamaki sudah mengangkat kakinya keatas kasur.
"Tidak secepat itu, anak muda. Oni-san sudah rentan jadi butuh yang empuk" Yamato menarik kakinya. Membuat Tamaki tersungkur.
"Disaat seperti inilah tubuh kecil sepertiku tidak akan mengganggu Riku saat ia tidur! " Mitsuki menyelinap dari belakang Yamato dan Tamaki yang sedang cakar-cakaran.
"Nii-san" Iori menghadang jalannya "Aku yang akan berada disamping, Nanase-san"
"Hehh! Nande?! Beri aku alasan kuat! "
"Aku partnernya dalam sub unit"
"Itu tidak dihitung! Minggir Iori! " Mitsuki mendorong adiknya menjauh dari kasur.
"Bolehkah aku, Riku-kun? " Sougo bertanya dengan sopannya. "Tentu" Riku tersenyum lembut.
Sougo membalas senyumnya lalu berniat untuk naik ke kasur tapi seseorang sudah tidur diatasnya.
"Nagi-kun?? "
"Eh? Nagi? " Riku terkejut mendapati temannya dari negeri jauh itu sudah terlelap disampingnya sembari memeluk magi-cona miliknya.
"Ahhh! Nagicchi curang! " Rengek Tamaki ingin melemparnya dengan remot ac jika Yamato tidak menahannya "Maa... Ia sudah tidur mau bagaimana lagi"
"Sebaiknya kita juga tidur" Sahut Iori.
Merekapun memilih tempat masing-masing.
Riku memandangi wajah membernya sebelum lelah membuat kesadarannya berangsur hilang dengan sendirinya.
Iori, Tamaki dan Sougo adalah member yang terlelap selanjutnya.
"Ah.. Mereka langsung tertidur pulas. " Yamato memperhatikan wajah membernya.
"Mereka pasti lelah dengan apa yang terjadi" Mitsuki membenarkan selimut adiknya yang sedikit terturun.
"Berat untuk mereka.. Bahkan untuk kita" Yamato melirik Mitsuki yang mengangguk kecil.
"Aku berharap kita akan sering seperti ini sekarang... "
"Yah.. Kau benar... Jangan sia-siakan waktu yang berharga. Kita tidak akan tahu kapan waktu kebersamaan ini akan berhenti.. "
"Oyasuminasai minna.... "
.
.
.
Satu per satu member membuka matanya, lalu saling melirik.
"Sejak kapan kalian semua bangun? " Tanya Yamato menghadap yang lain.
"Sejak Riku-kun merintih" Sougo menjawabnya.
"Itu sejak awal.. " Mitsuki tertawa kecil.
"Ouh.. Sepertinya suasana hati Riku sudah baik.. " Nagi bangun dari kasur.
"Baguslah.. Itu baik bagi kesehatannya.. " Iori mengganti posisinya dengan duduk.
"Rikkun.. Yang tadi itu... "
"Oh ucapannya? Ia seperti sedang mengutarakan perasaannya pada kita" Yamato tertawa kecil.
"Bisa diartikan ia tidak bisa hidup tanpa kita kan?" Nagi tersenyum.
"Tidakah ia menyadari arti perkataannya? "
"Kata yang terucap berbeda.. Tapi maknanya sama"
"Haruskah kita membalas perkataannya? "
"Tentu. Anggap ini sebagai bisikan selamat pagi untuknya..."
Mereka semua tersenyum dan...
"We love you too"
.
.
.
Kalian tau..?
Kenapa warna merah berada dipaling luar pelangi?
Ia membungkus semua warna didalamnya...
Karena tujuannya adalah untuk menguatkan warna lainnya. Terikat dengan kemauan yang kuat dan kepercayaan.
Itulah warna merah.
Warna dari Nanase Riku.
Dan Center Idolish7.
.
.
.
End
.
.
Maaf kalau kurang tersampaikan feelnya... :,)
Ga ada yang bingung kan sama alurnya?
'Pagi-malam-pagi'
Paling tidak dapat mengisi waktu luang kalian. Trims.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top