She

Jari milik [Name] mengetuk meja dengan pelan, Ia merasa kesal dan gelisah disaat yang sama. Apalagi, Saat mengetahui Sanzu mengatakan hal itu di depan banyak orang.

Tangan nya meneguk Margaritta dengan Lemon Lime di atas nya dengan pelan, Lagu dugem berputar putar di telinga nya. Ia hanya melihat Sanzu yang kerumuni Wanita Seksi di samping kanan dan kiri nya. Risih sekali. Dada di umbar kemana mana, Paha juga—Apa gak sekalian Aib yang di umbar?

Sanzu yang di seberang sana duduk di sofa terlalu peka disaat [Name] yang menatap nya beberapa kali. Sanzu berdiri dari sofa dan berdiri di samping [Name]. "Kenapa tidak bermain dengan Wanita disana?"

Sanzu hanya menatapnya datar, tangan nya mencari Pil Obat kesayangan nya—Narkoba. Merasa nge fly membuatnya semakin luar biasa. "Tidak, Kau juga Wanitaku kan?" Ujar Sanzu.

[Name] menggertakan giginya, "Sejak Kapan?!" Pekiknya, Beruntung Lagu sangatlah kencang sekarang yang membuatnya takkan di dengar oleh orang lain.

Sanzu mendekatkan dirinya dengan [Name] dan mensejajarkan Tinggi nya dengan Wanita di depan nya. Wangi Alkohol, Narkoba dan Parfum Maskulin semuanya campur aduk hampir membuat [Name] dibuat Meleleh.

Tangan Sanzu mengambil helaian rambut milik [Name] dan memainkan nya pelan yang membuat si Empunya kebinggungan. "Sejak tadi sepertinya denganmu tak cukup buruk. Sebegitukah Kau menyukaiku sampai tak mau mengakuinya?"

[Name] terdiam, mencoba kuat dengan pendirian nya agar tak menyukai Pria dengan Mullet Pink ini.

Ia menatap ke arah lain ketimbang menatap netra biru milik Sanzu. "Lupakan, lagipula Aku takkan percaya bahwa Kau tak akan bermain dengan Wanita. Maka dari itu, Aku lebih baik melihatmu dari jauh,"

Sanzu memgembalikan posisi berdiri seperti biasa, "Itu seperti bualan,"

"Apa?"

"Perkataanmu."

Terdengar helaan nafas pelan dari Wanita itu, "Aku serius,"

"Kau baru saja jatuh cinta pada Kriminal, Kau tau kan apa akibatnya?" Tanya Sanzu.

[Name] mengangguk, "Tentu."

Sanzu duduk di dekat bar, "Tcih, lagipula kenapa Kau tadi diam saja?! Bukan nya membalas padahal jelas jelas seorang Pria sedang memotret dirimu," omel Sanzu.

"Aku tak bisa seenaknya marah, Aku perlu melihat situasi terlebih dahulu, Sanzu." Jawab [Name].

"Kau terlalu mudah di sakiti." Ucap Sanzu.

○○○

"Jadi? Apa yang akan Kau berikan padaku?" Tanya [Name] saat berada di luar Klub Malam.

Kedua nya kini di depan Mobil Sanzu, merk mahal tentunya. Sanzu membuka bagasi dan terlihat sebuahh box putih entah berisikan apa—[Name] sudah komat kamit awas saja jika itu Pil Sabu Sabu.

Sanzu memberinya ke [Name] yang tengah kebingungan.

"Aku akan ada Misi menghadiri Acara dengan beberapa Mafia di Yokohama dan Aku minta Kau menemaniku," Jelas Sanzu.

"Kau yakin?"

"Ya, Tenang saja. Kau takkan kenapa kenapa Aku ingin membawa gandengan, Kau tak masalahkan? Yah, Aku tak perlu persetujuanmu. Tak ada penolakan ya, [Name]."

[Name] memijat pangkal hidungnya, "Baiklah, kapan itu?"

"Lusa pada pukul 00.00 Malam, pastikan Kau sudah siap malam itu. Aku akan menjemputmu di Apartement, Dimana dulu lokasinya?"

"Dekat Gedung Mall, Apartement YellowBean ya."

Sanzu mengangguk paham, dirinya Masuk Mobil. "Pakai Cincin itu karena Kau akan berpura pura menjadi Tunanganku."

Badan [Name] membeku perkataan nya seolah membuat dirinya di beri afeksi manis kecil yang membuat dirinya hampir terbuai. Ia menggelengkan kepalanya was was.

○○○

Mobil Sanzu di parkirkan di Markas Bonten dan mendapati beberapa bawahan nya kini menyapa hormat Bonten Nomor dua yaitu, dirinya. Ia melihat sekeliling seperti nya semua nya sedang sibuk kecuali Haitani Bersaudara dan Kakucho Hitto yang kini berkumpul di Meja Bundar.

Ketiga nya menatap nya bertanya tanya hingga Anak Sulung Haitani angkat suara, "Kau darimana? Bos memberi tau ku agar menyampaikan pesan padamu bahwa Lusa nanti pastikan Kau dapat pelakunya siapa," ucap Haitani Ran.

Sanzu mengangguk, "Aku habis dari Bar. Aku juga mencurigai salah satu Mafia yang dulu nya Musuh Kita, Ingat Black Eclaes? Mafia yang berasal dari Sydney, Mereka sedang mengincar kelemahan Bonten."

Kakucho Hitto pun menimbrung, "Ya, Aku sepemikiran denganmu. Kita lihat saja bagaimana nanti."

Hidung Haitani Rindou merasakan wangi parfum Wanita dari Sanzu, "Kau baru meniduri Wanita?"

"Tidak, Dia terlalu susah untuk ku tiduri." Jawab Sanzu tanpa sengaja.

Alis Ran mengangkat, " 'Dia' siapa?" Tanya nya.

Sanzu tak ingin Rekan kerja nya mengetahui sosok [Name] tapi terlambat, Kakucho dan Rindou terlebih dahulu mengetahui nya akibat Insiden pembunuhan di Gedung Publikasi Buku.

Baru saja bibir Sanzu membuka untuk menjawab, Rindou sudah menebaknya duluan. "Wanita yang kemarin menjadi Saksi ya?"

Habis sudah.

"Jangan macam macam dengan nya apalagi menyentuh nya sedikitpun, Dia milikku. Jangan sampai orang luar mengetahui identitas nya—Ia tak salah apa apa,"

Ran terkekeh pelan, "Wow, Hebat sekali Wanita itu sampai Kau melindungi nya. Memangnya siapa dia?"

Sanzu menghela nafas, Mau bagaimanapun akan ketahuan seperti ini. "Manager Publikasi Buku, Wanita bernama [YourFullName] yang tak sengaja mabuk di depan aksi pembunuhan Orang yang baru saja menemukan Jejak Bonten."

Rindou membentuk bibirnya sebuah seringai an, "Kalau Bos tau, Bagaimana?"

Sanzu langsung terdiam, ucapan Ribdou ada benar nya. Mungkin Ia akan membawa [Name] agar Izin terlebih dahulu. Yah, semoga saja Wanita itu tak terbunuh.

Sanzu....

Sedikit tertarik dengannya. Sedikit.

"Pastikan, Wanita itu tak macam macam Sanzu," Ingat Kakucho.

Sanzu mengangguk, "Aku takkan melepaskan nya semudah itu apalagi lari dariku, Aku akan mengejarnya walau sampai ujung dunia."

[To Be Continue.]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top