Driving Me Crazy

     [Name] memijit pangkal hidungnya dengan perlahan. Sudah banyak beban Perkerjaan sekarang, Ia di awasi Geng Kriminal—Bonten hanya perkara tak sengaja menjadi saksi pembunuhan Malam lalu.

    Pembunuhan kemarin menyebar kemana mana namun Perusahaan membayar Wartawan agar tutup mulut mengenai hal ini dan sesuai perjanjian, Berita tak terlalu menyebar. Wargapun tak terkejut pasal itu karena Bonten lagi, Bonten lagi.

"Permisi, Senior [YourNickName]!" Pekik Seorang Wanita di depan pintu.

[Name] yang menyadari bahwa itu Juniornya mempersilahkan masuk. "Kau sudah memperbaiki Novelnya? Tadi Pagi, Aku ditelfon oleh Toko Buku perihal Novel keluaran baru," tanya [Name].

Wanita yang memakai kacamata mengangguk, "Iya, Senior. Ini silahkan di cek beberapa memang banyak yang salah tapi kumaklumi karena Penulis buku baru saja 19 Tahun," jelasnya.

[Name] mengangguk paham, "Oke, Akan ku pastikan sebelum dipublikasikan. Terimakasih, Rae."

Wanita itu mengangguk lalu segera kembali ke ruangannya. [Name] membaca nya dengan perlahan memastikan ada salah kata, typo atau hal lainnya dengan benar.

Tringg Tringg!

[Name] mendecak lagi lagi di ganggu saat sedang serius. Ia mengangkatnya dengan pelan, "Ya? Dengan Manager Publikasi [YourFullName]. Dengan siapa?" Tanya nya.

Sebuah kekehan Pria membuat sekujur badan [Name] membeku, "Fokus sekali, [Name]. Masih ingat kejadian lalu? Kuharap kau tidak melapor dan Jika kau melapor, Aku akan membolongi kepalamu."

Lidah [Name] terlalu kelu untuk menjawab karena Pria yang menelfonnya Ialah...

Haruchiyo Sanzu.

"Tsk, Kau ini tak punya mulut atau bagaimana? Temui Aku di Alamat yang kuberikan dan jangan membawa Orang lain."

Sanzu mematikan telfon nya secara sepihak, [Name] menghela nafas. "Oke! Aku berani! Dikira Aku cemen hah?!" Gumamnya kesal.

Bohong, deng. Gemeter gitu buktinya.

Ia langsung bergegas untuk membersihkan Meja nya yang berantakan, Untung saja Ini sudah pukul 8 Malam. Ia bisa melanjutkan ini nanti.

○○○

  [Name] kini memasang wajah Songgong biar dikira gak takut sama Sanzu, Gapapalah. Sangar an dikit. Ia kini sudah di Dermaga Kosong, Terdapat banyak Box Kayu disana sini.

"Sanzu?" Panggilnya Pelan.

Ia memanggil Pria dengan Mullet Pink yang sedang menyenderkan Bahu nya, Atensi [Name] terkunci padanya. Kaki nya bahkan bergerak dengan sendirinya. Dan kini, Ia berada di depan Pria itu yang sedang memejamkan matanya. Tangan mungil milik [Name] mengangkat ingin menyentuh bulu mata Sanzu yang lentik—

Namun buyar saat Sanzu membalikan badan nya menjadi Ia yang terpojoki, Ia di kabedon olehnya.  "E-Eh? Maaf! Aku tak sengaja menyentuh wajahmu!" Ucapnya.

Sanzu hanya menyeringai, "Siapa yang memperbolehkanmu menyentuhku tanpa alasan Kau menyukaiku?"

[Name] tersentak mengingat kejadian pura pura mabuknya masih tertempel jelas di Otak Sanzu. [Name] memainkan jarinya tak berani melihat langsung mata Sanzu. "Eum, Aku suka melihat Kau tersenyum. Mungkin?"

Sanzu mengusap wajahnya dengan kasar, Ia mengambil Pistol di saku nya dan meletakan di leher Wanita itu. "Beri tau Aku Alasan Kau menyukai ku. Sekarang, dengan Jelas." Kali Ini Ia bicara dengan suara dalam nya.

[Name] meneguk ludah nya, Ia tarik nafas dalam dalam dalam "....Aku suka Pria yang liar," ucapnya dengan pelan.

Tapi Sanzu tetap bisa mendengarnya, Bibir Sanzu melengkung membentuk sebuah seringaian. Wanita yang di depan nya Justru jauh berbeda dibanding Wanita yang lain.

[Name] mengatakan itu dengan terang terangan, Otak sintingnya hanya mengeluarkan kata tersebut dan kata yang lain nya Jauh berbahaya. Mengingat Sanzu adalah Pria Gila yang Mencintai Kriminal—Dan Bonten mengikuti Prostitusi.

Sanzu menaikan alisnya, "Lalu?"

[Name] sekarang mengatakan seberapa bodoh dirinya, Ia mengerutuki dirinya sendiri dan bersumpah akan mengutuk Pria di depan nya!

"Kau berbeda dari yang lain dan Aku suka itu," ucap [Name].

Sanzu tertawa keras,"Kalau begitu, Mari Kita bertemu di Club. Aku ada sesuatu untukmu."

Sanzu mulai menjauh dari dirinya dan Punggungnya mulai tak terlihat. [Name] mengeluarkan nafas secara kasar.

Bahwa Ia tau apa yang terjadi jika bermain main dengan Pria Gila itu.

○○○

Apa yang bisa Ia harapkan dari seorang Sanzu Haruchiyo? Seseorang yang gila akan Pistol, Katana, Narkoba dan Hal Kriminal gila.

Aku menghela nafas lelah, Aku hentakan High Heelsku di lantai karena untuk menyalurkan rasa kesalku yang tiada hentinya.

Aku menopang dagu dan sesekali meneguk Margarita yang di depan ku, Mataku sayup mengantuk. Lalu, Melihat Cincin yang berada di Jari manisku.

Oh, Aku belum menikah kok.

Ini perlindungan diri dari Reptil Buas di sekitaranku. Dapat terlihat banyak yang mengajakku menari di tengah namun Aku terlalu malas untuk kesana.

Aku merasa risih entah hanya sikapku yang terlalu dalam mode Siaga satu atau bagaimana? Aku merasa ada yang melihatku dari arah belakang. Aku melihatnya dengan mata ekorku dan ternyata benar.

Seorang Pria kira kira dengan umur 29 Tahun tengah Memotretku dengan jelas di depan ku. Ia tersenyum bangga—seorang Gila akan Tubuh Wanita sepertinya.

Aku melihatnya diam dengan tenang membiarkan nya terlebih dahulu tapi kenapa Ia makin mendekat? Aku dengan berjaga jaga jika saja Ia bermacam macam denganku.

Pria itu mengambil Rokok di kantungnya dan menyalakan nya, Ia berjalan begitu santai dengan Ponselnya yang jelas jelas masih mengvideo ku sedari tadi.

"Oi, Keparat. Kau ngapain huh?"

Suara yang memutar mutar balikan otakku membuat Netraku menangkap Sanzu Haruchiyo baru tiba dengan setelan Formal nya yang persis sama denganku yang Formal pula.

Pria di depan nya menaikan bahu, "Menurutmu? Masalah bagimu?"  Ucapnya ketus.

Sanzu melepaskan Masker hitam miliknya yang membuat Pria di depan nya terlonjak kaget bahwa yang Ia tantang adalah Petinggi Ekskutif Bonten Nomor dua.

Sanzu menarik kerah Pria di depan nya yang sudah berkeringat dingin dan Aku sudah melihatnya dengan jelas. Aku berdiri dari dudukku agar Perhatian Orang Umum tidak ke arah Kami.

"Sanzu, sudahlah...," Sahutku pelan. Jujur saja meski hanya bilang begitu rasanya Nyawa ku yang jadi bayaran nya.

Sanzu mendorong Pria itu Jauh jauh dan melihatnya dengan kesal, "Man, Apa Kau buta? Kau tidak lihat Cincin di Jari nya? Ia milikku, Bajingan!"

Wha—

[Name].exe not Found.

Aku melotot kaget sambil melihat ke arahnya, "Huh? Apa maksudmu?!" Ucapku pelan di telinga nya.

"Diam dan Turuti Aku." Jawabnya sambil tersenyum.

Dasar Sinting, Kemana Otaknya? Apa sudah terbang ke Surga?

"Kau Gila!" Pekikku.

Lantas, Sanzu hanya menatapku dengan penuh arti. "Bawel sekali, Nona. Apa harus ku bekap dengan Bibirku baru Diam?"

Seperti yang ku ucapkan tadi, Pria Ini seperti nya dari lahir sudah Edan.

[To Be Continued.]

Maafin Aku huhu, Lama Update nya. Ku usahakan yang lebih cepat kok.

Terimakasih atas Dukungan dan Antusias Kalian! ♡♡

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top