Salju
Musim dingin tiba lebih awal tanpa diduga. Iris yang rencana hari ini akan meninggalkan kerajaan Manorius harus tertunda. Kedatangan Raja Neil juga tertunda karena lebatnya salju yang turun dalam waktu semalam. Entahlah, sepertinya cuaca mendukung Iris untuk tidak bertemu keluarganya dulu sebelum mengingat semua orang di sana.
Beberapa waktu lalu, salah satu prajurit kerajaan Antonius datang untuk menyampaikan salam kepada Pangeran Alister, bahwa Raja Neil tidak bisa datang dikarenakan jalanan yang harus dilewatinya tertutup salju.
Kini, Iris tengah berdiri di dekat jendela kamarnya yang terbuka dengan menggunakan mantel tebal berbulu. Entahlah, sepertinya mantel itu terbuat dari kulit hewan buas. Rasanya begitu hangat, dan nyaman.
Iris tersenyum melihat salju yang masih turun berguguran pada daun-daun pohon. Ia tidak pernah melihat salju dari kecil, karena di Negaranya hanya ada dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Jafi, bisa dimaklumi jika ia akan segembira ini melihat salju.
Ternyata rasanya sebahagia ini bisa melihat salju secara langsung di depan mata. Iris mengulurkan tangannya ke luar jendela, matanya menatap ke langit dengan wajah bahagia.
"Mora," panggil Iris.
"Iya, Putri."
"Mari kita ke luar," ucap Iris kemudian berjalan ke luar kamar.
"Putri, di luar sangat dingin. Alangkah baiknya jika Putri di kamar saja," ujar Mora seraya mempercepat langkahnya menyusul Iris.
Semua pelayan di sana terlihat kebingungan dengan sikap Iris yang seprtinya baru pernah melihat salju. Ada lima pelayan kiranya yang ikut berlari menyusul Iris dengan membawa berbagai peralatan agar Iris tidak kedinginan.
"Mora, bukan kah ini sangat menyenangkan?" ucap Iris seraya tersenyum bahagia. Kakinya meloncar-loncat kegirangan, sesekali ia memutar tubuhnya untuk menunjukkan rasa senangnya bermain di bawah salju yang sedang turun.
"Putri, jangan seperti ini."
Semua pelayan Iris mulai panik sekarang, bagaimana jika Ratu Jaxinda atau Pangeran Alister tahu tentang ini. Pasti mereka akan dikenai hukuman karena membuat Putri Iris kedinginan.
"Tidak apa-apa, Mora. Ayo kita bermain bersama," ucap Iris.
Iris terlalu sibuk dengan dirinya sendiri hingga tidak sadar jika semua penghuni kerajaan Manorius kini tengah memandanginya. Wanita itu berada di balai yang biasa untuk latihan para prajurit, tepatnya di depan pintu utama yang akan menuju gerbang kerajaan.
Ada Ratu Jaxinda yang terlihat terkejut melihat keanehan calon menantunya dari balik jendela kamarnya. Ada juga beberapa menteri kerajaan yang sama terkejutnya dengan Ratu Jaxinda. Di sisi lain, Alister terlihat menerbitkan senyum ketika melihat Iris yang bergembira di bawah salju yang turun.
Wajah Iris terlihat begitu cantik di mata Alister. Manik cokelat Iris yang mempesona, bulu mata lentik yang terkena salju juga tak kalah indah dipandang. Terakhir, senyum kebahagiaan Iris yang jarang diperlihatkan kini Alister bisa melihatnya.
"Pangeran, Putri Iris---"
"Biarkan saja," sela Alister seraya mengangkat satu tangannya tanpa menoleh ke arah Lucyfer yang baru saja datang mengabarkan tentang Iris.
Alister masih mengawasi apa yang dilakukan Iris lewat Lucyfer. Ia mendapat masalah karena kelalaiannya kemarin yang terus bersama Desta. Ia mengabaikan ucapan Lucyfer jika Iris tidak di kamarnya, ternyata Iris malah datang ke ruangan yang sama dan melihatnya bersama Desta.
Alister belum memikirkan cara untuk meminta maaf ke Iris, atau menjelaskan sesuatu yang perlu ia jelaskan. Jujur saja, ia terus memikirkan kejadian ketika ia melihat ekspresi kecewa Iris kemarin.
Tapi, ah! Sudahlah, ia tidak akan memikirkannya kembali. Lagi pula kata seseorang bukankah Iris sudah tau hubunganya dengan Desta sejak dulu? Tapi wanita itu terus saja diam tanpa melakukan apa pun. Artinya Iris tidak merasa keberatan, bukan?
"Mora, aku merasa kedinginan," ujar Iris menghentikan kegiatannya. Wanita itu menyentuh tangan Mora karena tiba-tiba tubuhnya merasa kedinginan. Padahal ia sudah mengenakkan pakaian tebal, mengapa ia masih merasakan kedinginan?
"Putri tidak apa-apa?" tanya Mora khawatir.
"Sepertinya aku akan mengalami hipotermia."
"Apa itu hipotermia?" tanya Mora yang tidak paham bahasa Iris.
"Cepat hangatkan tubuhku," lirih Iris seraya mencoba berjalan menjauh dari tetesan salju.
"Bawakan baju hangat Putri ke sini!" teriak Mora yang otomatis membuat semua pelayan ikut panik.
"Putri Iris," gumam Alister tatkala melihat ada yang tidak beres di bawah. Raut wajah Iris yang berubah total, serta tubuh Iris yang mulai kehilangan keseimbangan. Setelah melihat itu, Alister segera berlari keluar dari kamarnya dengan wajah khawatir.
°°°
Iris membuka matanya, dan terkejut ketika melihat dirinya yang kini sudah terbaring di sebuah kamar. Bukankah beberapa waktu lalu ia sedang berada di bawah merasakan salju? Kenapa ia kini berada di sini?
Iris duduk dan melihat ke sekeliling yang terlihat sepi. Apa ia sudah bangun ke dunia aslinya sebagai Aquilla?
Iris menyapu pandangannya ke seluruh arah, ini masih berbaur seperti khas kerajaan. Artinya ia masih ada di Kerajaan Manorius sebagai seorang Putri kerajaan. Tapi di mana ia sekarang? Ini bukan kamarnya.
"Anda sudah bangun."
Iris terkejut mendengar suara seorang pria. Ia menoleh dan mendapati Alister tengah duduk di ujung ruangan dengan sebuah kursi yang memunggunginya.
"Apa yang terjadi?" tanya Iris.
Sekelebat bayangan beberapa waktu lalu tiba-tiba muncul di pikirannya. Karena kedinginan, ia pingsan dan sepertinya Alister lah yang membawanya ke sini. Ini sudah jam berapa? Sejak kapan ia tidur di tempat ini? Apa sudah lama? Di mana Mora dan yang lainnya?
"Kenapa Anda membawa saya ke tempat ini?" tanya Iris.
"Kamar Anda terlalu jauh, saya tidak bisa menggendong Anda sampai ke kamar Anda karena Anda begitu berat."
Wajah Iris terlihat merah padam karena merasa malu. Apa ia seberat itu? Tidak, mungkin karena ia memakai pakaian berlapis-lapis, jadi ia menjadi berat. Ya, mungkin seperti itu.
"Terima kasih," ucap Iris canggung.
"Apa Anda sudah baik-baik saja?" tanya Alister seraya menghampiri Iris.
"Sudah, Pangeran. Bisakah saya pergi dari sini?" pamit Iris.
"Silahkan," sahut Alister dengan wajah datar. "Ah, iya. Saya minta maaf untuk masalah kemarin. Untuk ke depannya---"
"Tidak apa-apa Pangeran," sela Iris seraya tersenyum yang langsung membuat Alister mengernyitkan dahi. "Saya tidak apa-apa, maafkan saya atas sikap saya kemarin yang kurang sopan marah-marah begitu."
Iris semalaman memikirkan cara agar ia bisa selamat atas kecelakaan di hari pernikahannya nanti. Mungkin dengan menerima hubungan Alister dengan Desta akan menyelamatkan hidupnya nanti. Jadi ia harus selalu mendukung Alister dengan Desta mulai sekarang.
"Hah?"
Alister mengerjapkan matanya beberapa kali. Apa ia tidak salah dengar? Kenapa Iris tidak terlihat sedih atau cemburu sedikit pun?
To be continued...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top