Persembunyian

Pagi sudah menyambut lagi, suara burung kini terdengar seperti tengah bernyanyi untuk membangunkan para manusia yang masih terlelap. Lilin-lilin penerang kerajaan sudah mulai dipadamkan karena matahari sudah sedikit menampakkan diri.

Hari ini adalah hari terakhir Iris berada di kerajaan Manorius setelah acara penyambutan Iris kemarin. Sebentar lagi ia akan menjadi Putri Mahkota Kerajaan Manorius dan akan diangkat sebagai Ratu nantinya setelah menikah dengan Alister Putra Mahkota kerajaan Manorius.

Sepertinya Aquilla akan mendapat masalah besar lagi nanti, karena ia tidak tahu tentang keluarga Iris. Siapa nama ayah Iris, ibu Iris, saudara-saudara Iris pun ia tidak tahu.

Akan tetapi sebelum memikirkan itu, ada hal penting lagi yang mengganggu pikirannya. Alister, pria itu.

Iris menatap dirinya di depan cermin seraya menyisir halus rambut panjangnya, ia harus merencanakan sesuatu agar Alister tidak marah lagi. Apa ia harus melukis wajah Alister agar pria itu senang dan memaafkannya? Tidak, yang ada Alister akan merobek kerja kerasnya lagi.

"Putri, hari ini adalah hari terakhir Anda di sini. Apa Putri ingin pergi ke suatu tempat?" tanya Mora seraya memasang hiasan rambut Iris.

"Ya, pergi ke suatu tempat yang tidak bertemu Alister."

"Apa maksud Putri?" tanya Mora.

Iris berbalik menatap Mora. Ada senyuman aneh di wajahnya yang membuat pelayannya curiga akan hal yang direncanakan wanita itu lagi.

"Kita bersembunyi ke suatu tempat agar tidak bertemu Pangeran Alister," ucap Iris. "Setelah kejadian kemarin, aku malu untuk bertemu Pangeran. Bisakah kamu membantuku, Mora?"

"Baiklah, Putri jika itu yang Anda rasakan. Mungkin Putri ingin sedikit waktu untuk memikirkan cara agar membuat Pangeran tidak marah."

"Ya, benar," sahut Iris seraya memasang wajah sedih. Dengan begitu, Mora akan membantunya kali ini.

°°°

"Pangeran ...."

Alister menoleh ke belakang ketika mendengar suara seorang wanita memanggilnya, dan mengurungkan niatnya yang hendak memakai baju. Siapa lagi yang berani masuk ketika Alister tengah berganti pakaian jika bukan Desta!

"Ada apa, sayang?" tanya Alister yang kini beralih dan tengah bercermin.

Desta memeluk Alister dari belakang, kemudian berbisik, "Saya merindukan Anda, Pangeranku."

Alister tersenyum seraya menggenggam tangan Desta. "Bagaimana jika kita menghabiskan waktu hari ini bersama?"

"Tapi di kerajaan sedang tidak aman, Pangeran. Semua pelayan tengah sibuk akan penyambutan Raja Neil, ayah mertua Anda," ucap Desta.

Alister hampir lupa jika hari ini adalah hari terakhir Iris di sini. Jujur saja, ia masih kepikiran dengan tingkah laku Iris akhir-akhir ini yang sangat aneh. Apa lagi kemarin wanita itu terang-terangan melukis wajah Albert di depannya. Apa ada sesuatu yang Iris rencanakan sebenarnya?

Sambil menunggu persiapan selesai, mungkin ia bisa menghabiskan waktu sebentat bersama Desta.

"Ada apa Pangeran?" tanya Desta.

"Tidak apa-apa, aku akan cari tempat yang aman untuk kita berdua," ucap Alister.

°°°

Iris dan Mora kini tengah berada di ballrom yang khusus untuk acara-acara penting kerajaan saja. Mora yakin, tidak ada orang yang akan ke sana hari ini. Semua orang pasti tengah sibuk hari ini.

"Apa kamu yakin di sini aman? Aku hanya ingin menyendiri untuk menenangkan pikiranku," tanya Iris seraya berjalan di tengah-tengah ruangan yang sangat luas nan indah itu. Apa ia bisa sebebas ini?

"Saya jamin aman, Putri."

"Baiklah."

Iris akhirnya duduk di kursi yang di khususkan untuk raja di tempat itu. Ia bersandar dengan nyaman dengan mata terpejam. Rasanya begitu tenang menghirup udara di sana. Seakan-akan beban di pikirannya hilang bersamaan udara yang ia embuskan.

Tiba-tiba terdengar suara langkah seseorang yang semakin dekat dengan pintu ruangan itu. Apa akan ada orang yang datang?

"Mora, sepertinya akan ada seseorang yang datang. Bagaimana ini?" tanya Iris. Baru saja ia menghirup udara kebebasan, sekarang ia sudah kembali dilanda ketakutan.

"Kita bersembunyi dulu, Putri. Setelah orang itu pergi, baru kita ke luar dari sini. Saya tidak yakin akan baik-baik saja jika Putri ketahuan berada di tempat ini," ujar Mora.

"Kenapa dengan tempat ini?" tanya Iris.

"Ballrom ini khusus untuk acara-acara penting saja, Putri. Tidak ada yang boleh datang ke sini kecuali orang yang berkepentingan," jawab Mora.

"Tapi ... kamu bilang tempat ini aman."

"Maafkan saya Putri," tukas Mora.

"Sudah, bukan waktunya minta maaf. Ayo kita bersembunyi." Iris mearik tangan Mora dan sedikit mempercepat langkahnya untuk sampai di belakang kursi utama kerajaan. Di sana sepertinya aman untuk persembunyian dua orang.

Pintu terbuka dan terdengar suara langkah dua orang disertai dengan tawa kebahagiaan penuh canda ria.

"Apa itu Pangeran Alister?" bisik Iris kepada Mora.

Mora seketika menutup mata Iris agar tidak melihat pemandangan di depannya. "Maafkan kelancangan saya, Putri. Tapi sebaiknya Putri tidak melihat hal ini."

Iris berusaha menyingkirkan tangan Mora yang menghalangi penglihatannya. Wanita itu membolakan matanya ketika melihat dua orang yang tengah bercumbu mesra di depannya.

"Apa ini kelakuan penerus kerajaan Manorius?" gumam Iris lirih.

Jelas-jelas Alister sudah bertunangan dengannya. Kenapa sekarang pria itu malah diam-diam bercumbu dengan wanita lain. Begitu tidak senonoh.

Iris menatap lekat-lekat pemandangan di depannya tanpa berkedip. Apa ada adegan seperti ini di novel yang ia baca dulu? Kenapa pemeran Pangeran di sini begitu kejam dan tak berperasaan? Walaupun Aquilla yang ada di tubuh Iris tidak memiliki perasaan terhadap Alister. Tetap saja, ia adalah seorang wanita. Ia tahu sakit yang Iris rasakan ketika melihat tunangannya bersama wanita lain.

"Apa Putri tidak apa-apa?" tanya Mora yang terlihat sangat bersedih.

"Tidak apa-apa, ayo kita pergi dari sini," ucap Iris.

"Tapi ...."

Belum sempat Mora menyelesaikan ucapannya, Iris sudah dulu berdiri dan berjalan dengan tenang melewati Alister dan Desta yang tengah berciuman.

"Putri Iris," ujar Desta seraya melepas pagutan Alister. Wajahnya merah padam disertai raut terkejutnya.

"Kenapa Anda di sini," tanya Alister yang juga terkejut dengan kemunculan Iris secara tiba-tiba.

"Awalnya saya ingin menenangkan pikiran. Tapi entahlah jadi menghancurkan pikiran," sahut Iris tanpa menoleh.

Alister berjalan dan meraih tangan Iris. "Apa yang Anda lihat tidak---"

"Seperti apa yang Anda bayangkan," sela Iris seraya melepaskan tangan Alister. "Tenang saja, Pangeran. Saya mempersilahkan Anda untuk melakukan apa yang Anda ingin. Maaf telah mengganggu waktu kalian."

Iris mendorong pelang Alister agar sedikit menjauh darinya, ia berjalan sedikit lebih cepat agar meninggalkan tempat itu. Melihat wajah Alister dan Desta saja sudah membuatnya jijik. Kenapa ada orang seperti kedua manusia itu?

"Kalian begitu menjijikkan!" ucap Iris sebelum benar-benar pergi dari sana.

"Putri Iris, tunggu!" teriak Alister seraya berlari menyusul Iris. "Saya bisa jelaskan semuanya."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top