Pernikahan

Sejak kecil, Iris terlahir dengan kasih sayang yang berlimpah sebagai putri bungsu kerajaan Antonius. Ia memiliki satu saudara laki-laki yang juga sangat menyayanginya. Apa pun yang Iris butuhkan akan di kabulkan oleh Pangeran Elios, kakak satu-satunya Iris.

Menjalani kehidupan bak seorang sinderella sedari kecil membuat Iris menjadi seorang gadis yang baik, hatinya begitu lembut, dan itu menjadi kelemahan Iris. Banyak musuh ayah Iris yang mengincar wanita itu, dan ingin menjadikan Iris sebagai tawanan politik.

Oleh sebab itu, di umur 21 tahun ini, ia diharuskan untuk menikah dengan Pangeran Alister yang terkenal pemuda kuat. Otomatis Iris akan terjaga sepenuhnya oleh Alister.

Setelah dua hari menghindari keluarganya, kini Iris memberanikan diri untuk menemui paman-pamannya yang sedang berkumpul bersama Helena, ibunya yang masih sakit.

Iris berlari menghampiri ibunya kemudian memeluk wanita paruh baya yang sedang sekarat itu.

"Ibu," ucap Iris kepada wanita yang masih memejamkan mata.

"Ibumu sudah seperti ini sejak lama," ujar Raja Neil seraya menghampiri Iris. Mengelus surai hitam putrinya. "Ibumu pernah berpesan agar kau bisa menjaga diri, jangan pernah bergantung kepada siapa pun. Kau bisa berdiri sendiri, dan kau mampu bertahan di dunia politik yang kejam seperti ini."

Iris mendongak menatap wajah ayahnya, dan tersenyum. Sejak kecil, ia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah seperti perlakuan Raja Neil sekarang. Ia sangat bahagia dan berdoa semoga ayahnya di dunia fantasi ini bisa panjang umur.

"Baiklah ayah, Iris pasti bisa menjaga diri sendiri. Lagi pula, Iris akan menikah dengan Pangeran Alister yang kuat itu. Pasti Pangeran Alister juga akan melindungi Iris."

"Ingat pesan ibumu. Jangan bergantung kepada siapa pun di kerajaan, kau harus bisa menjaga dirimu sendiri. Mungkin Pangeran Alister bisa melindungimu ketika dia dekat denganmu, tapi ketika dia jauh? Apa kau akan memanggilnya dan dia akan langsung datang? Tidak, kau harus bisa melindungi diri sendiri dulu."

Jika dipikir-pikir, apa yang dikatakan ayahnya memanglah benar. Ia tidak boleh bergantung dengan siapa pun, hidup di dunia yang kejam seperti ini. Jika bukan dia yang akan menjaga diri sendiri, siapa lagi?

"Baiklah, Ayah."

°°°

Pernikahan tinggal satu hari lagi. Hari ini, di kerajaan sudah banyak persiapan baik barang bawaan atau pun persembahan-persembahan lainnya. Acara yang pastinya akan meriah itu akan dilangsungkan di kerajaan Manorius dan disaksikan oleh seluruh rakyat kerajaan Manorius.

Di malam yang sunyi seperti ini Iris hanya bisa berdiri di dekat jendela menghirup udara malam yang sangat menyejukkan hatinya yang sedang tidak karuan. Ada banyak masalah yang sedang mengganggu pikirannya sekarang. Baik itu Alister, atau ucapan Albert yang beberapa waktu lalu terpotong. Ia tidak tahu apa maksud dari Albert sebenarnya, sepertinya ada sesuatu yang menjadi kunci atas semua masalah di kerajaan ini. Apa yang Iris setujui sebelumnya?

"Putri, sudah begitu larut. Mengapa kamu belum juga tidur? Apa kamu sedang memikirkan sesuatu?" Iris menoleh dan terkejut melihat seorang pria yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya. "Apa kamu sudah melupakanku?"

Iris teringat sesuatu yang penting. Ia memiliki satu saudara laki-laki yang, sejak kemarin Elios selalu sibuk di medan perang. Berhubung besok adalah acara pernikahan Iris, mungkin saja Elios sengaja kembali ke kerajaan untuk mendampingi adik kesayangannya.

Jika Elios bukan saudara kandung Iris, mungkin Aquilla yang sekarang berada di tubuh Iris akan langsung tertarik dengan Elios. Pria berambut emas dengan manik mata cokelat terang begitu mempesona di lihat.

"Aku memikirkan besok. Apa acara pernikahanku akan berjalan lancar sampai akhir?"

Elios tersenyum seraya mendekati Iris, kemudian memeluk wanita itu. "Adiku ini sekarang sudah besar, ya. Tapi kenapa masih memikirkan hal yang tidak penting?"

"Tapi, kan---"

"Sst, ada Kakak, ada Ayah, dan ada banyak orang yang akan melindungi Iris nanti."

Lagi-lagi, Aquilla dibuat terharu oleh kasih sayang keluarga Iris. Sepertinya di dalam novel tidak terlalu dijelaskan jika Iris memiliki keluarga yang harmonis yang diimpi-impikan banyak orang.

"Baiklah, Iris tidak akan khawatir," ujar Iris seraya tersenyum.

"Calon Ratu kerajaan harus istirahat sekarang. Jangan sampai besok kamu akan pingsan di acara yang akan berlangsung lama."

Iris tertawa kemudian naik ke atas ranjang, dan menutup dirinya dengan selimut. "Aku tidur."

Elios menghampiri Iris kemudian mengelus pucuk kepala Iris sekilas, dan tersenyum. "Mimpi indah," ujarnya kemudian meninggalkan kamar Iris.

°°°

Pagi-pagi sekali, para pelayan sudah siap berada di kamar Iris. Melayani wanita itu dari mulai mandi air susu, hingga memberikan wewangian ke badan Iris. Setelah semuanya selesai, kini Iris duduk dengan tenang di depan cermin didampingi beberapa pelayan yang siap mengipasi wanita itu.

Perasaan Iris kini tercampur aduk, gugup, deg-degan, bimbang, gemetaran bercampur menjadi satu. Rasanya ingin teriak atau meledakkan semua yang berputar di kepalanya bagai bintang-bintang berkelipan.

"Tenang, Putri."

Iris menoleh dan mendapati Mora yang kini tengab memijat pundaknya. Wanita itu, sedari kemarin pulang ke kerajaan Antonius. Baru kali ini menampakkan wajah lagi.

"Dari mana saja?"

"Saya menemui keluarga saya yang di desa beberapa hari ini, Putri. Maafkan saya," ujar Mora seraya menundukkan kepala.

"Apa keluargamu baik-baik saja?" tanya Iris agar tidak ada kecanggungan diatara ia dan Mora.

"Ayah saya meninggal setengah bulan lalu, Putri."

"Saat kamu ada di kerajaan Manorius? Maafkan aku," tanya Iris terkejut.

"Iya, tapi tidak apa-apa, Putri. Jangan dipikirkan, itu tidak penting. Rilex saja, karena hari ini adalah hari terpenting Putri," ujar Mora.

"Tapi ...."

Sebelum Iris menyelesaikan ucapannya, seseorang yang akan merias wajahnya sudah sampai dan masuk ke kamar. Iris semakin deg-degan membayangkan kedepannya, apa ia akan terlihat cantik, atau tidak?

Riasan wajah di jaman seperti ini berbeda dengan riasan di jaman Aquilla yang sudah serba modern. Entahlah bahan-bahan apa yang tercampur, dan apalah itu bagus dikulit, atau tidak.

Iris memejamkan matanya ketika wanita paruh baya yang mengurusnya sudah memainkan keahliannya di atas wajah Iris.

"Wajah Putri begitu halus. Mendapatkan tugas khusus seperti ini membuat saya sangat senang, Putri," ucap wanita paruh baya itu.

Iris tidak bisa bergerak, karena jujur saja, ini adalah kali pertama ia dirias. Jadi rasanya sangat menegangkan. Buat napas pun rasanya sulit, takut bedak di pipinya akan berterbangan.

"Santai saja, Putri. Semua bahan yang saya gunakan 100% aman di kulit Putri. Lagi pula, saya masih sayang nyawa saya. Jika ada apa-apa yang terjadi kepada putri sedikut saja. Kepala saya taruhannya," ucap wanita paruh baya itu dengan senyuman.

To be continued...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top