Kedekatan
"Ah, sakit."
Iris menghentikan tangannya yang tengah mengoleskan ramuan ke punggung Alister. Sejak dua puluh menit lalu, ia mengobati Alister yang tidak bisa diam. Padahal pria itu adalah calon pemimpin kerajaan, kenapa dengan luka yang menurut Iris ringan itu Alister malah histeris seperti anak kecil yang baru saja terjatuh. Apa sebelum-sebelumnya Alister seperti ini?
Iris tidak habis pikir mengapa ia akan berakhir bersama Alister seperti ini. Sia-sia ia sudah bersembunyi dan menghindari Alister, tapi nyatanya pria itu kini malah di sampingnya. Bersikap manja terhadapnya.
"Apakah sesakit itu?" tanya Iris seraya meniup pelan luka Alister. "Apa menurutmu ada yang sengaja melakukan ini dengan Anda?"
"Tidak, saya hanya berpura-pura kesakitan. Maksud Anda?"
"Ada seseorang yang memang berencana mencelakai Anda lewat kuda yang tidak sengaja Anda gunakan."
Alister menoleh serta mencerna ucapan dan maksud Iris. Mungkin ada benarnya, seseirang dengan sengaja membuat kuda yang ditungganginya menjadi liar dan tidak bisa dikendalikan. Alister adalah calon arja, dan tidak bisa terjamin jika semua orang akan suka kepadanya. Pasti ada yang tidak suka dan ingin menyingkirkannya juga.
"Tapi ... siapa itu?"
"Entahlah, mungkin seseorang yang tidak menyukai Anda."
Setelah memastikan semua luka di tubuh Alister sudah ia obati, Iris kemudian bangkit dan menyimpan mangkuk ramuan itu di atas meja.
Untuk mengisi waktu luangnya sebelum membersihkan diri, Iris menghampiri Alister dan duduk di samping pria itu seraya membantu Alister memakai baju kembali.
Alister tidak pernah merasakan kehangatan perlakuan Iris seperti ini sebelumnya. Iris yang ia kenal terlalu pemalu untuk mendekatinya, bahkan memperhatikannya secara dekat. Alister menarik kedua ujung bibirnya ke atas ketika Iris mengikat tali bajunya yang ada di dada.
"Apa perkataan Anda kemarin serius?" tanya Alister.
Iris menunduk untuk melihat wajah Alister. Dengan jarak sedekat ini, mengapa jantungnya terus saja berdeyak kencang. Apa ini bawaan perasaan Iris yang sebelumnya?
"Yang mana?"
"Tentang pembatalan pernikahan. Apa Anda serius?"
"Oh, itu. Iya, saya serius ... tapi sepertinya tidak memungkinkan membatalkan pernikahan dikala waktu yang sudah sedekat ini."
Entah kenapa, Alister menghela napas leganya ketika mendengar ucapan Iris. "Baguslah."
"Memangnya kenapa, Pangeran? Apa pernikahan itu penting bagi keadaan politik kerajaan?"
"Ah, sudahlah tidak usah dibahas. Intinya Anda harus siap empat hari lagi pernikahan akan dilangsungkan. Saya ingin istirahat sebentar."
"Iya, maafkan saya. Kalau begitu saya pamit ke kamar saya," ujar Iris kemudian berlalu meninggalkan Alister yang kini sudah merebahkan diri di ranjang dengan posisi memunggungi Iris.
°°°
Matahari sudah mulai tenggelam, lilin-lilin kerajaan juga sudah mulai dinyalakan. Hari ini, Aquilla yang sekarang menjadi Iris sengaja menghindari untuk bertemu keluarganya dahulu sebelum ia tahu semua yang dilakukan Iris di masa lalu.
Ia tidak terlalu faham mengenai paman-pamannya, bahkan ibunya yang sekarang jatuh sakit. Namun, dilihat dari sikap mereka kepada Iris. Sepertinya mereka semua sangat menyayangi wanita itu.
"Pangeran Alister akan segera memasuki ruangan."
Iris menoleh setelah mendapat pemberitahuan. Untuk apa Alister menemuinya pada waktu seperti ini?
"Apa Anda punya waktu untuk berbicara dengan saya?" tanya Alister setelah berjalan mendekati Iris.
Untuk hal-hal tertentu, Iris sangat kagum dengan Alister yang walaupun sedang dalam keadaan sakit, ia bisa melakukan aktivitas seperti tidak ada rasa sakit sedikit pun. Padahal yang Iris lihat, luka-luka di tubuh Alister begitu banyak.
"Pangeran, kenapa Anda ke sini? Jika butuh sesuatu izinkan saya yang akan mengantarkan saja ke kamar Pangeran."
Alister menggelengkan kepalanya kemudian duduk dengan kaki menyilang. Setelah itu, ia mengkode Iris agar ikut duduk di dekatnya.
Hampir seharian Iris tidak bertemu Mora, dan itu mebuatnya resah. Seharusnya Mora ada di sini untuk membantu kecanggungannya jika bersama Alister. Ayolah, Mora adalah teman sekaligus sahabat bagi Iris selama hidup di kerajaan ini. Tidak ada yang ia percayai selain Mora.
"Untuk apa Pangeran datang kemari?" tanya Iris seraya duduk di samping Alister.
"Sepertinya besok saya harus kembali ke kerajaan Manorius. Ada hal penting yang harus saya urus."
"Tentang Desta?"
"Ekhem ... bukan, maksud saya tentang kerajaan," jawab Alister.
Dan lagi, kenapa Pria itu meminta izin ke Iris? Sedangkan selama ini, Alister tidak pernah mempedulikan tanggapan Iris tentang tindakannya.
"Baiklah," ucap Iris.
"Saya akan sangat menunggu Anda empat hari lagi untuk upacara pernikahan. Jadi, persiapkan dirimu untuk menjadi wanita nomor satu di kerajaan Manorius," ujar Alister.
"Hah?!" Iris membeo.
Rasanya ... begitu aneh dengan sikap Alister kali ini. Pria itu sepertinya tidak memiliki keniatan untuk mencelakai Iris nanti pada upacara pernikahan. Atau mungkin, Alister sedang merencanakan sesuatu?
Alister berdiri kemudian menepuk pundak Iris seraya terseyum. "Saya tunggu kehadiran Anda."
Iris masih menyadarkan dirinya agar tidak terhanyut dengan sedikit sikap manis Alister. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya pria itu inginkan. Jika Alister berusaha menyingkirkannya nanti, mengapa ia tidak membiarkan Iris untuk menggagalkan pernikahan?
"Ah, sudahlah. Kita lihat saja nanti permainan Alister," gumam Iris dalam hati. Lagian ia tidak akan terus-terusan berprasangka buruk dengan Alister, bukan?
Iris berdiri dan mengekori Alister dari belakang ketika pria itu akan pergi. Namun, sebelum Alister benar-benar keluar dari ruangan. Alister berbalik kemudian secara tiba-tiba memeluk tubuh Iris.
Pelukan itu berlangsung selama lima detik, Iris begitu terkejut sampai tidak bisa menghentikan Alister. Membiarkan pria itu menghirup aroma tubuhnya.
"Terima kasih telah merawatku." itulah kata terakhir yang Alister ucapkan sebelum benar-benar ke luar.
Alister berjalan seperti tidak terjadi apa-apa diantara mereka, meninggalkan Iris yang masih mematung di tempat. Apa ini?
To be continued....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top