Hadiah
Iris mengambil busur panah yang disediakan untuknya. Iris menggenggam bagian tengah busur itu, dan tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya dari belakang seraya membenarkan genggaman tangan Iris pada busur.
"Seperti ini cara pegang busur yang benar," ucap Alister.
Iris memandangi Alister dari samping begitu dekat hingga ia bisa mendengar deru napas Alister.
"Lihatlah busurnya, jangan lihat aku terus!" tukas Alister dengan tatapan yang masih fokus ke busur.
Mendengar penuturan Alister, Iris langsung fokus ke busurnya lagi. Mendengarkan semua yang diajarkan Alister kepadanya. Ia mengambil anak panah yang sudah ia siapkan di punggungnya, kemudian meletakkan anak panah itu pada busur dan bersama menarik benang busur dengan Alister. Matanya begitu fokus melihat titik kecil pada tengah lingkaran dengan jarak 7 meter.
Ketika Alister melepas genggamannya, Iris juga melepas anak panah itu. Jauh dari ekspetasi yang ia bayangkan, anak panah itu hanya melayang beberapa meter saja. Bahkan setengah jarak dengan lingkaran pun tidak ada.
Alister tertawa melihat kemampuan istrinya yang di bawah rata-rata. Bagaimana bisa putri dari kerajaan Antonius yang jaya itu tidak bisa memanah sama sekali?
Namun, melihat raut wajah Iris yang kecewa membuat Alister merasa kasihan. Pria itu kembali mendekati Iris dan mengajari istrinya dengan sangat teliti. Walaupun tidak tepat sempurna, setidaknya anak panah itu bisa menembus bagian lingkaran itu juga sudah termasuk hebat.
"Makanya kalau ada orang ngajarin lihat cara ngajarinya, bukan lihat orangnya," ucap Alister untuk meledek Iris.
"Iya, maafkan aku," sahut Iris. Pipinya sudah merah merona sekarang akibat malu yang luar biasa. Ternyata memanah tidak semudah yang ia lihat di film-film dulu.
Iris melihat ke sekelilingnya, ada Olivia yang begitu hebat memainkan pedang, dan juga ada Felicia yang pandai memanah. Saingannya begitu berat, akankah ia mampu mengikuti festival itu? Ia hanya takut akan mempermalukan Alister nantinya. Ratu yang tidak bisa melindungi dirinya sendiri, mana mungkin bisa melindungi rakyatnya.
Iris semakin semangat berlatih sekarang, apa pun yang terjadi ia harus bisa memanah hari ini juga.
Iris memejamkan matanya, dan menguatkan genggamanya agar tetap fokus ke arah yang tepat. Lalu setelah itu ia melepas tangannya, dan ....
"Tetap semangat!" tukas Alister.
Anak panah itu meleset lagi, bahkan lebih jauh dari dugaan Iris. Jika seperti ini terus, ia benar-benar akan mempermalukan suami serta kerajaan asalnya.
°°°
Hari sudah semakin sore, dan Iris masih berdiri di barak pelatihan seorang diri. Semua orang termasuk Alister sudah dulu pergi karena ada urusan masing-masing dari mereka. Ada pun dengan Mora, wanita itu sedang mengambil air untuk Iris.
"Putri, sudah cukup latihannya. Anda akan terluka jika terus memaksakan diri," ucap Mora seraya mengulurkan kain kecil untuk memerban jari Iris yang sudah terluka.
"Tidak, Mora. Aku harus bisa, hanya malam ini saja kesempatanku berlatih," jawab Iris seraya menyapu keringat di keningnya.
Wajah Iris sudah terlihat pucat, semua riasan di wajahnya sudah mulai pudar karena keringatyang terus mengalir. Dari terik matahari yeng begitu panas hingga matahari kini akan menenggelamkan diri, Iris masih belum bisa memanah.
"Jika kau terus memaksakan diri begini. Kau akan menggagalkan semuanya, mematahkan semangat para putri di kerajaan lain yang sudah siap mengikuti festival besok!"
Iris menoleh dan mendapati Alister yang kembali ke sana.
"Kau tahu, kan? Betapa pentingnya kehadiranmu di acara besok. Jika kau tidak hadir, perburuan itu akan dibatalkan," ujar Alister.
"Kenapa?"
"Acara ini di khususkan untukmu, jika kau saja tidak bisa hadir bagaimana semua putri akan melakukan itu. Jangan terlalu dibawa serius, kalah menang itu soap biasa. Setidaknya kau sudah berusaha, dan jangan terlalu memaksakan sesuatu yang nantinya malah menyakiti dirimu sendiri!"
Iris meletakkan busurnya kemudian duduk di kursi yang sudah dipersiapkan untuknya. Mengambil air setelah itu meminumnya.
"Istirahatlah," titah Alister seraya memijit pundak Iris. "Kau sudah berjuang, jangan terlalu memaksakan diri."
Iris menghela napasnya, "iya, aku tahu, tapi setidaknya aku udah memanfaatkan seluruh waktu yang tersisa untuk berlatih."
°°°
Acara perburuan dimulai, semua wanita kerajaan yang ikut serta sudah berdiri di posisi masing-masing dengan peralatan yang dibawa sendiri-sendiri. Iris menarik napasnya panjang, ia harus bisa mendapat satu hewan apa saja.
"Para Putri kerajaan sekalian, terima kasih sudah bersedia mengikuti acara perburuan ini. Kalian pasti tahu hadiah istimewa yang akan didapat jika kalian menang sekor paling tinggi," ucap salah seorang pemandu lomba.
Iris mengernyitkan keningnya, ia tidak tahu ternyata ada hadiah istimewanya juga. Bukankah ini hanya hiburan semata?
"Salah satu dari kalian akan diangkat sebagai selir Pangeran Alister jika memenangkan lomba ini, dan jika Putri Iris yang memenangkannya maka Putri Iris berhak memutuskan siapa yang akan terpilih menjadi selir Pangeran Alister."
Hah? Ternyata hadiah dari perburuan ini adalah Alister? Menurut yang Iris tahu, bukankah tidak ada selir kerajaan selama ini? Tidak ada sejarah yang mengatakan calon raja atau pangeran kerajaan wajib memiliki selir.
"Untuk Putri Iris tidak usah kaget, karena ini pertama kalinya festival perburuan yang hadiahnya menjadi selir. Setelah lama kami para menteri kerajaan berdiskusi, akhirnya itu adalah titik temu yang baik. Baik bagi kerajaan maupun Pangeran Alister," ujar Tuan Hill salah seorang menteri penasehat Raja.
Iris hanya menganggukkan kepala, entahlah ia sangat kecewa sudah berlatih sekeras kemarin. Ternyata ini festival untuk menentukan selir kerajaan. Mungkin di kerajaan itu termasuk selir, namun di dunia Iris dulu, itu termasuk berpoligami atau menikah lagi. Sama saja Iris berjuang untuk memilih wanita yang akan berbagi suami dengannya.
"Bagaimana, Putri?" tanya Alister.
Melihat raut wajah Iris yang berubah drastis membuat Alister sedikit khawatir. Pasalnya, sedari kemarin Iris begitu bersemangat dengan perburuan ini. Namun, setelah mendengar tujuan perburuan itu, sepertinya Iris sudah kehilangan semangat lagi.
"Saya baik-baik saja, Pangeran," ucap Iris.
"Baiklah jika begitu, kita akan membahas peraturan permainannya terlebih dahulu." ujar Alister di atas altar. "Kalian akan berburu hewan di bukit voresha. Apa pun yang kalian dapat harus dibawa dan ditunjukkan ke juri. Siapa pun yang mendapat hewan terbuas di bukit Voresha akan menjadi pemenangnya."
Iris berpikir jika acara ini sangat gila, bagaimana bisa seorang wanita menangkap hewan-hewan buas di sana? Bukannya menangkap hewan buas, malah menjadi tangkapan hewan buas. Apa ini termasuk rencana Alister juga untuk menyingkirkan Iris?
Iris mengingat ketika Alister menyuruhnya untuk tidak berlatih keras kemarin. Mungkin saja maksud pria itu untuk membuatnya lemah dan termakan hewan buas. Jadi, pria itu akan menikahi Desta setelah itu. Kali ini Iris tidak bisa berpikir positife terhadap Alister, semua pemikiran negativenya masuk akal.
To be continued ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top