Firasat
Sudah tiga hari berlalu begitu saja, bahkan Aquilla belum juga menemukan cara untuk kembali ke dunia aslinya. Wanita itu masih terjebak sebagai tubuh Putri Iris.
Aquilla yang selama ini malas menghafal sekarang lebih sering menghafal. Itu adalah salah satu cara agar ia bisa selamat di tempatnya. Ia tidak ingin satu kesalahan akan membuatnya sengsara nantinya.
Untuk sementara waktu, Aquilla mengakrabi diri dengan Mora, pelayannya sekaligus teman satu-satunya. Di dunianya, Aquilla hanya seorang pelayan di kafetaria. Ia tidak pandai melakukan apa saja kecuali bersih-bersih. Jadi, tidak ada yang perlu diharapkan dari wanita seperti Aquilla.
Aquilla memikirkan banyak hal agar ia tidak begitu menganggur di sini. Ia harus meiliki kegiatan untuk menjernihkan pikirannya yang kacau.
"Mora, biasanya aku melakukan apa saja untuk mengisi waktu?" tanya Iris.
Mora yang sedari tadi memijit kaki Iris pun langsung menoleh. "Putri biasanya berkeliling dapur untuk memantau makanan yang akan di berikan ke Pangeran Alister. Padahal sudah ada orang yang khusus bertugas mencicipi dan memantau makanan Pangeran, akan tetapi Putri selalu memaksa untuk melindungi Pangeran." Mora menatap langit-langit kamar seraya tersenyum. "Saya melihat ketulusan hati Putri yang begitu mencintai Pangera."
"Ha? Aku melakukan itu?" tanya Aquilla. Sungguh, apa Putri Iris begitu mencintai Alister sampai sebegitunya. Kenapa ia tidak memanfaatkan untuk melakukan hal lain saja dari pada harus membuang-buang waktu seperti itu.
Aquilla memiliki ide, ia tidak pandai memasak, dan juga ia tidak diperbolehkan bersih-bersih di sini. Ada satu kegiatan yang sangat ia sukai dulu, ia sangat suka melukis. Bahkan ia ingin sekali bergabung di les tutor melukis. Namun karena kurangnya biaya, Aquilla terpaksa mengubur dalam-dalam hobinya.
"Apa di sini ada alat untuk melukis?" tanya Aquilla.
"Hanya orang-orang tertentu yang memiliki alat seperti itu, Putri, dan juga tidak banyak yang bisa melukis di sini," ujar Mora.
"Tapi ada, kan?" tanya Aquilla untuk memastikan.
"Ada, di pasar kerajaan ada seorang kakek-kakek yang dulunya seorang pelukis. Tapi karena umurnya yang sudah semakin tua, keahlian itu perlahan pudar."
"Bisakah kita ke sana sekarang? Tiba-tiba aku ingin melukis," ujar Aquilla.
Mora mengernyitkan dahi. Sejak kapan Tuannya bisa melukis? "Iya? Sekarang, Putri?"
"Iya sekarang, ayok!" tutur Aquilla kemudian menggandeng tangan Mora tanpa persetujuan wanita itu.
"T-tapi, Putri," ucap Mora tergagap, ia merasa tidak enak jika berjalan beriringan dengan Putri Iris. Apalagi dengan statusnya yang sebagai pelayan.
Aquilla tidak merespons ucapan Mora, dan semakin mengeratkan genggamannya ke luar dari kamar.
°°°
Lucyfer bergegas ke ruangan Alister untuk melaporkan apa yang ia ketahui. Baru beberapa menit yang lalu ia melihat Putri Iris dan pelayannya yang ke luar dari kamar dan menuju ke pintu ke luar Istana.
"Salam, Pangeran. Saya melihat Tuan Putri Iris berjalan ke luar Istana tadi," ucap Lucyfer.
Alister menghentikan gerakannya dan menatap Lucyfer. Sekarang, Alister tengah memberikan sempel kerajaan ke beberapa surat yang datang dari kerajaan lain.
"Ke mana?" ucap Alister.
"Saya kurang tahu, Pangeran. Akan tetapi saya sudah menyuruh Fay untuk mengawasi ke mana Tuan Putri pergi."
Alister mengangguk, sebenarnya ia memang tengah sedikit memikirkan Iris. Setelah beberapa hari pulih dari sakitnya, Iris tidak pernah datang ke tempatnya. Dulu, setiap hari Iris selalu membawa makanan untuknya. Akan tetapi sekarang? Jangankan makanan, wajahnya pun tak pernah terlihat. Terakhir kali ia melihat Iris di depan kamar waktu itu. Apa karena Iris melihatnya bersama Desta waktu itu? Jadi Iris merencanakan banyak cara agar menyingkirkan Desta? Tapi Iris bukan wanita macam itu. Atau mungkin Iris sudah tidak suka lagi kepadanya?
Alister terlalu hanyut di dalam pikirannya sampai tidak menyadari kekasih tercintanya, Desta sudah ada di depannya.
"Desta?"
"Saya pamit undur diri, Pangeran." Lucyfer melangkah pergi ke luar ruangan. Hanya ia dan Iris yang tahu tentang hubungan Alister dan Desta.
Ya, selama ini Iris memang sudah tahu tentang perasaan Alister terhadap Desta. Namun wanita itu tetap diam karena tidak ingin karena kecemburuannya, ia akan merusak hubungannya dengan Alister dan akan membuat pria itu membencinya. Jadi Iris memilih diam berpura-pura tidak tahu.
"Kenapa? Apa ada yang menyusahkanmu?" tanya Alister.
Desta menggeleng kemudian duduk di pangjuan Alister, dan memeluknya. "Saya merindukan Anda," bisiknya menggoda.
Alister menangkup wajah Desta dengan senyuman di bibirnya. "Apa kemarin masih kurang kita menghabiskan waktu bersama?"
"Apa hubungan kita akan seperti ini terus?" tanya Desta dengan raut tertekuk.
"Tenang saja, aku akan menggagalkan pernikahanku dengan Putri Iris nantinya, dan karena beralasan sesuatu yang mendesak aku akan menikahimu di hari yang sama ketika aku menendang Putri Iris dari kerajaan Manorius."
"Tapi saya hanya seorang pelayan di sini. Apa yang akan orang-orang pikirkan nantinya?" tanya Desta.
"Aku akan meminta perdana menteri Istana agar menyetujui kamu menjadi selirku nantinya, jika Putri Iris tersingkirkan kamu akan jadi Ratu satu-satunya di hatiku dan di kerajaan ini." Alister menangkup wajah Desta kemudian menyambar bibir yang sedari tadi sangat menggodanya.
Desta menerbitkan senyuman kemenangannya. Akhirnya apa yang ia impikan selama ini akan jadi kenyataan. Sebentar lagi ia akan menguasai hati Alister dan menguasai kerajaan Manorius ini.
"Sudah cukup, saya kekurangan oksigen Pangeran!" cicit Desta kemudian melepas pagutan di bibir Alister, dan menghirup udara dengan terengah-engah.
"Maafkan aku, bibirmu begitu menggoda," ucap Alister.
"Kenapa kita tidak menyingkirkan Putri Iris saja, Pangeran."
Ekspreksi Alister yang tadinya bahagia berubah sekejap. "Kenapa kamu berpikir seperti itu?"
"Jika Putri Iris tetap ada, dia pasti akan melakukan apa pun untuk mempertahankan apa yang seharusnya jadi miliknya," ucap Desta.
Alister berfikir kembali tentang apa yang dikatakan Desta. Jika ingin terbebas dari Iris ia harus menyingkirkan wanita itu. Tapi ia tidak membenarkan juga harus membunuh seseorang yang tidak bersalah seperti Iris.
Degh!
Aquilla tiba-tiba berhenti berjalan, jantungnya berdetak begitu kencang. Sepertinya ia merasakan sesuatu yang dikatakan Alister dan Desta yang ingin menyingkirkannya.
"Tuan Putri?"
Aquilla berjongkok seraya memegangi dadanya yang tidak bisa terkontrol. Rasanya begitu menyakitkan, bahkan sampai menjalar ke seluruh tubuh. Aquilla bergetar dengan perasaan takutnya. Wanita itu belum menyadari apa yang terjadi kepadanya sebenarnya.
Tiba-tiba, percakapan Alister dan Desta berputar di kepala Aquilla samar-samar. Wanita itu memejamkan matanya untuk lebih konsentrasi merasakan apa yang di rencanakan Alister.
Apa ini keahlian barunya juga bisa merasakan bahaya yang akan menimpanya?
To be continued ...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top