Cemburu

"Salam ... Pangeran Alister."

Iris ikut memberikan salam kepada Alister yang tiba-tiba menghalangi jalannya yang sedang berjalan dan tertawa ria bersama Albert.

"Anda," tutur Alister kepada Iris. "Saya akan membicarakan masalah kerajaan bersama Pangeran Albert, Anda boleh pergi sekarang."

"Pangeran mengusir saya?" tanya Iris polos.

"Bukan begitu, Putri. Maksud pangeran Alister, beliau menyuruh Putri untuk istirahat," ujar Albert dengan tenang.

Iris tersenyum ke arah Albert, dengan senyuman yang tidak pernah Alister lihat selama ini. Hal itu membuat Alister yang berdiri di sana merasa tidak dianggap oleh Iris. Sedari tadi wanita itu terus saja melihat ke arah Albert. Tidak pernah sekali pun ia menatapnya.

Setelah berpamitan, Iris berbalik dan meninggalkan kedua pangeran.

"Ada apa dengan wanita itu?" desis Alister.

Albert menatap Alister dan berkata, "Apa Anda merasakan hal yang sama? Putri Iris terlihat berbeda dari sebelumnya. Sekarang saya merasa Putri Iris sudah semakin dekat dengan saya."

Mendengar penuturan Albert membuat Alister menjadi marah. Entah kenapa melihat kedekatan Albert dan tunangannya, Alister merasakan adanya kebencian di hatinya. Apa mungkin Alister merasa terancam jika tiba-tiba Iris merencanakan sesuatu yang tak terduga? Seperti, menghianati Alister untuk menguasai kerajaan Manorius bersama Albert. Ya, itu yang Alister pikirkan.

"Apa yang Anda pikirkan, Pangeran?" tanya Albert seraya menepuk pundak Alister.

"Tidak apa-apa, mungkin Putri Iris masih dalam proses penyembuhan ingatanya," ucap Alister. "Ngomong-ngomong, apa tujuan Anda ke sini Pangeran Albert?"

"Saya ingin membicarakan tentang penyerangan terhadap kerajaan bagian Selatan, Pangeran."

"Baiklah."

Mereka berdua kemudian masuk ke dalam ruang pertemuan tepatnya di tengah-tengah kerajaan Manorius.

Sudah sedari kecil Alister dan Albert berteman dekat, ibu mereka berdaudara, dan juga baik kerajaan Manorius atau pun kerajaan Arranius keduanya saling berpengaruh satu sama lain.

Ketika pemilihan wanita yang akan menjadi istri, kedua kerajaan itu sama-sama memilih wanita dari kerajaan Antonius dikarenakan ayah Iris termasuk Raja ke lima dari abad pertengahan yang memiliki banyak pengaruh dan termasuk Raja terkuat dalam perang. Semua kerajaan di bagian Timur tunduk pada ayah Iris.

Pada saat itu, Iris langsung jatuh cinta kepada Alister, pangeran yang lebih dulu ia temui. Karena ketampanan serta kebaikan Alister membuat hati Iris langsung luluh begitu saja.

Albert yang juga jatuh cinta kepada Iris di awal pertemuan mereka, harus rela memberikan Iris hak untuk memilih pria yang disukai wanita itu. Walaupun bukan dirinya.

°°°
Sudah hampir tiga jam Iris duduk dengan wajah seriusnya di depan kain berbentuk segi empat di depannya yang tertempel di kayu. Ya, sedari tadi Iris telah menyibukkan dirinya dengan melukis.

"Apa yang Putri lukis ini?" tanya Mora dengan wajah terkejut.

Iris mendongak seraya tersenyum ke arah Mora dengan wajah polos tanpa bersalah. "Pangeran," jawabnya.

"Ini bukan seperti Pangeran Alister, putri. Ini Pangeran Albert," ucap Mora.

"Tidak apa-apa, kan?"

"Tidak boleh, Putri. Apa yang akan orang-orang pikirkan nantinya. Putri adalah tunangan Pangeran Alister, bukan Pangeran Albert, dan sebentar lagi Putri juga akan menikah dengan Pangeran Alister," ujar Mora.

"Tidak apa-apa, Mora. Jangan terkejut seperti itu, lagian Pangeran Alister juga sepertinya tidak benar-benar menyukaiku," ucap Iris seraya melanjutkan gerakanya, tinggal sedikit sentuhan lagi akan sempurna.

"Pangeran Alister segera memasuki ruangan ...."

Mora membulatkan matanya, apa yang akan Pangeran Alister lakukan setelah melihat lukisan yang dibuat Putri Iris ini? Apa ini termasuk penghianatan?

"Cepat Putri, sembunyikan lukisannya," ujar Mora dengan gugup.

"Biarkan saja," sahut Iris dengan tenang.

Beberapa detik kemudian pintu kamar terbuka dan terdengar suara langkah kaki Alister dengan jelas di seisi ruangan.

"Putri?" panggil Alister seraya menghampiri Iris yang sedari tadi masih memunggunginya. "Apa yang sedang Anda laku---"

Suara Alister terpotong setelah melihat pemandangan yang tidak mengenakkan di depannya.

"Apa yang Anda lukis, Putri?" lanjut Alister.

"Pangeran Albert, tampan, kan?" jawab Iris kemudian membalikkan badannya.

"Kenapa Anda melakukan hal tidak baik seperti ini, Putri? Anda adalah tunangan saya, dan sebentar lagi kita akan melangsungkan pernikahan juga, kenapa ... kenapa Anda ...." Alister menghentikan ucapannya, sepertinya ia sudah benar-benar telah kehilangan kata-katanya.

Alister melangkahkan kakinya, kemudian mengambil lukisan wajah Albert. Ia sudah kehilangan kesabarannya dan tidak bisa lagi memahami sebenarnya apa yang Iris mau. Alister merobek lukisan itu dengan pedangnya.

Alister mengangkat satu tangannya untuk mengkode semua pelayan di sana agar meninggalkan tempat itu. Ia hanya butuh empat mata saja untuk berbicara dengan Iris.

"Tapi, Tuan ... Putri Iris---" ucap Mora terpotong ketika Alister menatapnya tajam. Mau-tidak-mau, ia akhirnya meninggalkan tempat itu dan membiarkan Iris sendirian menghadapi kemarahan Alister.

"Sebenarnya apa yang Anda mau, Putri Iris?" tanya Alister penuh penekanan.

"Maksud Anda?"

"Pergi ke pasar secara diam-diam, jalan bersama Pangeran Albert, dan sekarang ... Anda juga melukis wajah Pangeran Albert. Apa Anda merencanakan sesuatu untuk menjatuhkan saya?" tanya Alister kembali.

Iris menatap mata Alister yang berapi-api. "Bukankah ini yang Anda mau? Anda tidak menyukai saya, bukan? Kenapa Anda pura-pura memedulikan saya?"

"Jadi ... Anda ingin mempermainkan saya? Baiklah," ucap Alister.

Iris tersadar telah membuat Alister marah. Artinya, ia telah membuat bahaya kepada dirinya sendiri. Bukankah ia berencana untuk tidak berurusan dengan Alister? Mengapa sekarang ia malah ceroboh, dan membuat semuany menjadi rumit. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Emm ... bukan begitu, Pangeran. Maksud saya---"

"Maksud Anda, Anda sudah tidak mencintai saya dan sekarang Anda ingin menggagalkan pernikahan kita dengan menghianati saya bersama Pangeran Albert?" tanya Alister. Menebak apa yang ada di pikiran Iris. "Oh tidak, Putri. Pernikahan ini tidak boleh sampai gagal, saya tidak akan melepaskan Anda kepada Pangeran Albert."

Setelah mengucapkan itu, Alister berbalik dan meninggalkan Iris yang masih mencerna semua ucapan Alister.

"Apa maksudnya? Tidak akan melepaskanku?" gumam Iris dalam hati. "Apa Alister akan membunuhku setelah pernikahan pada akhirnya?"

Dalam novel yang Aquilla baca, Alister sengaja akan membunuh Iris setelah upacara pernikahan agar ayah Iris akan mengira itu sebuah kecelakaan. Jadi, Alister atau pun selingkuhannya tidak akan disalahkan. Pada akhirnya ayah Iris akan terus berada di pihak kerajaan Manorius dan Alister. Setelah itu baru Alister akan menikah dengan Desta Alby-kekasihnya, dan hidup bersama.

"Kau bodoh," ucap Iris seraya memukul kepalanya. "Gara-gara wajah Albert mirip dengan kekasih lamamu, kau mengacaukan segalanya."

"Putri ... apa yang terjadi?" seru Mora seraya menghampiri Iris.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Iris.

"Kenapa, Putri ... apa yang terjadi?"

Iris duduk untuk menenangkan diri, bertindak tergesa-gesa tidak akan menyelesaikan segalanya. Ia harus memikirkan cara agar semuanya bisa berjalan lancar sesuai rencana awal lagi. Ia harus memikirkan cara agar Alister memiliki belas kasih kepadanya, dan melepaskannya.

To be continued ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top