Bab. 4

Mayang menelan ludah gugup. Gumpalan sesak bercampur secuil suka cita muncul di dadanya saat mengamati pria ini dari dekat. Pria itu terlihat baik-baik saja. Jauh berbeda saat ia meninggalkannya dua tahun lalu. Satu hal yang begitu Mayang syukuri.

"O... Om Mahesa apa kabar?" Kalimat itu terlontar dari mulut Mayang dengan bibir bergetar. Entah ia gemetar karena apa? Bahkan selama ini ia juga keheranan. Apa yang menyebabkan dirinya begitu ketakutan jika sampai bertemu kembali dengan pria ini? Apakah ia ketakutan jika akan mengulangi kesalahan yang sama? Apakah ia ketakutan tidak akan mampu menjaga diri dan hatinya? Ya, tentu saja. Itulah hal terbesar yang ia takuti.

"Jauh lebih baik setelah melihat kamu lagi," jawab pria itu lalu secepat kilat tanpa Mayang duga, pria itu meraih jemarinya dan menggenggamnya erat. Mayang yang berusaha melepas genggaman itu tak bisa berkutik. Akhirnya ia hanya pasrah lalu saat lift berdenting dan terbuka di lantai dasar yang difungsikan sebagai area parkir. Pria itu menarik Mayang menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari pintu lift lalu membuka pintu untuk Mayang, memasang sabuk pengaman dan dengan cepat membawa mobilnya meninggalkan kampus itu.

Tak ada penolakan yang Mayang berikan. Gadis itu lebih banyak menurut. Sepanjang perjalanan pun hanya mereka isi dengan kebisuan hingga pada akhirnya mobil berhenti di carport sebuah rumah.

Sibuk dengan pikirannya membuat Mayang tak menyadari jika pintu di sampingnya telah terbuka. Mahesa membukakan pintu itu untuknya. Selalu seperti itu. Hal kecil yang membuat Mayang jatuh bangun mencintainya.

"Turunlah." Setelah kata itu terlontar, Mayang segera turun dari mobil lalu mengekori Mahesa menuju pintu utama rumah itu. Saat Mahesa sudah menutup pintu, tanpa Mayang duga pria itu seketika mendekap tubuhnya dengan begitu erat.

"Saya merindukanmu, Mayang," ucap Mahesa. Mayang tak menjawab, ia hanya meresapi momen yang baginya begitu menenangkan itu. Apalagi saat perlahan ciuman Mahesa beralih ke bibir Mayang. Membuat gadis itu merasa seolah tersengat lalu sedetik kemudian membalas ciuman lembut itu.

Kedua orang yang terbelenggu rindu itu pada akhirnya tak mampu lagi menahan perasaan yang mereka simpan selama dua tahun ini. Maka, perlahan tapi pasti, ciuman itu berubah semakin menuntut dan tak terkendali. Membuat pria itu segera membawa tubuh Mayang menuju kamarnya. Merebahkannya dengan segera lalu kembali menjelajahi tubuh indah gadis itu. Mayang menikmati setiap pemujaan Mahesa pada tubuhnya. Membuat Mayang menjeritkan nama pria itu saat badai yang melambungkan dunianya menerjang.

"Mayang! Mayang!"

"Mayang! Buka pintu!"

Mayang seketika membuka mata menikmati sisa-sisa kenikmatan yang ia rasakan dan beberapa detik berikutnya ia seketika terduduk di ranjang. Keringat terasa membanjiri tubuhnya. Disentuhnya bagian depan tubuhnya lalu dilihatnya kedua tangannya. Diedarkannya pandangan ke sekeliling. Lalu ia kembali menghempaskan tubuh ke kasur di belakangnya.

"Sialan! Benar-benar mimpi sialan!" Mayang mengumpat. Efek pertemuannya kembali dengan Mahesa Satrawijaya dua jam lalu benar-benar luar biasa meracuni otaknya. Ia bahkan baru memejamkan mata setelah tiba dari kampus lalu mimpi sialan itu menghampirinya. Sebegitu mendambakah dirinya akan sentuhan Mahesa? Hingga dalam lelap pun yang muncul adalah Mahesa.

###

"Kamu bikin kaget aja, Ren." Mayang membuka pintu kamarnya dengar raut sebal. Demi Tuhan, ia benar-benar terkejut dengan panggilan bar-bar gadis itu. Namun, setidaknya satu keberuntungan Mayang rasakan. Mimpi menakutkan itu tak berlanjut. Bukan benar-benar menakutkan sebenarnya karena di satu sudut hatinya Mayang memang begitu merindukan pria itu.

"Kamu tidur kayak orang mati. Enggak sadar-sadar waktu aku teriak-teriak mulai tadi. Sampai capek aku gedor pintu kamu. Untung aja enggak roboh." Rena berucap berapi-api lalu tangannya mengulurkan benda berwarna keemasan. "Ini."

"Apa ini? Undangan?" Mayang menerima benda itu lalu membaca nama yang tertera di sana. Renata Hermansyah - Radithya Hanggono. Mayang mendongak menatap gadis di depannya?

"Ini kamu?" tanya Mayang bodoh.

Rena mengangguk dengan senyuman.

"Ini si Keanu Reeves itu ya?"

Rena kembali mengangguk.

"Alhamdulillah. Selamat ya, Ren. Kalian berjodoh juga akhirnya. Dua tahun aku pergi dari sini kamu tetap berhubungan sama dia ya." Mayang memeluk Rena memberikan ucapan selamat. Lalu kembali mengamati undangan cantik itu. Ia membuka plastik pembungkus benda itu kemudian terbelalak terkejut setelah membaca isi undangan. Tanggal pernikahan yang tercetak di sana sudah terjadi beberapa waktu yang lalu dan ia tak mengetahuinya sama sekali.

"Kalian sudah menikah ternyata!? Ini... Ini undangan pesta pernikahan kamu dan yang ngadain keluarga suami kamu. Ya ampun! Bagaimana bisa!? Kamu hutang penjelasan!" Mayang segera menarik Rena untuk duduk di atas karpet kamarnya.

Senyum Rena terukir sendu. "Semuanya pada awalnya begitu rumit, Yang. Ternyata Radith sudah beristri. Aku baru tahu setelah begitu dekat dengannya."

Mayang melongo. Yang benar saja?! Kekasih Rena itu ternyata sudah berkeluarga?

"Terus gimana kok kamu bisa nikah sama dia?" Jujur saja Mayang merasa tak nyaman dengan kalimat Rena. Entah kenapa ia menyamakan Rena dengan dirinya. Gadis yang jatuh cinta pada pria yang sudah berkeluarga dan parahnya, sejak awal, Mayang sudah tahu posisi pria itu tapi terus mendekat.

"Setelah tahu kalau dia sudah berkeluarga aku masih tak bisa menjauh." Rena berubah kikuk. Pasti gadis itu merasa tak nyaman. "Dia menjalani hubungan jarak jauh dengan istrinya. Istrinya ada di Jakarta dan terlalu sibuk. Dalam satu bulan terkadang mereka tidak bertemu. Tentu saja aku begitu mudah menyusup. Lalu musibah itu datang. Istri Radith mengetahui perbuatan kami dan mengancam ku untuk menjauh. Aku tidak peduli. Namun, ternyata dia cukup pintar. Dia mengirimkan video kebersamaanku dengan Radith yang kepada orang tuaku yang berujung petaka. Ayah tumbang dan dilarikan ke rumah sakit bahkan sempat dirawat di ICU dan mengalami stroke."

"Video kebersamaan? Maksud kamu?" Mayang masih sangsi dengan apa yang ia pikirkan. Ia memutuskan untuk bertanya.

Tarikan napas berat terdengar dari mulut Rena. Sepertinya gadis itu berusaha menguasai dirinya. "Lebih tepatnya video percintaan kami, Yang. Bisa kamu bayangkan bagaimana hancurnya perasaan ayah dan ibu saat melihat anak tunggalnya begitu menikmati saat tubuhnya digagahi oleh laki-laki asing yang tak memiliki hubungan apapun. Dan yang lebih parah, pria itu sudah berkeluarga."

Mayang terbelalak menutup mulutnya seolah tak percaya. Apa yang diceritakan Rena benar-benar mengerikan. Ia tak mampu membayangkannya.

"Saat itulah aku dan Radith berpisah. Ayah yang memintaku memilih saat beliau terbangun dari koma. Memilih ayah ataukah Radith. Tentu aku memilih ayah. Beliau juga memintaku mengambil cuti kuliah selama satu tahun dan beberapa bulan lalu aku baru kembali ke sini."

"Benar-benar mengerikan ya, Ren. Lalu bagaimana kamu bisa menikah dengan dia?" Mayang kembali mengulang pertanyaannya.

"Beberapa waktu lalu ibu menghubungiku dan menyuruh pulang. Ternyata ibu bilang aku akan dijodohkan dengan seorang pria yang bisa menerimaku apa adanya. Aku tak mungkin bisa menolak meskipun di hatiku hanya ada Radith. Aku tak mungkin menyakiti ayah dan ibu lagi. Lagi pula laki-laki mana yang mau menerima gadis yang sudah tak utuh lagi sepertiku. Ternyata setelah aku setuju, beberapa hari kemudian aku dinikahkan bahkan aku tidak mengenal pria itu. Puncaknya setelah akad, aku baru tahu pria itu adalah Radith. Selama ini aku tidak tahu jika dia terus menerus mendatangi orang tuaku dan proses perceraiannya yang dulu dilakukan sudah selesai dua bulan setelah kami berpisah. Nah, itu undangan resepsi pernikahanku di sini. Keluarga Radith yang mengadakan. Kamu harus hadir." Rena mengakhiri ceritanya.

"Kamu benar-benar tak terduga, Ren."

"Jangan pernah mencontoh jalanku untuk bersama Radith, Ren. Jangan pernah. Mencintai pria yang sudah ada pemiliknya itu menyakitkan meskipun dia balas mencintai kita."

Mayang mengangguk. Ia sudah merasakannya. Ia bahkan rela memberikan apapun agar bisa tetap di dekat pria itu. Meskipun tanpa ada ikatan ataupun balasan atas perasaannya.

"Godaan banget memang, Yang, laki-laki seperti mereka. Tampan, mapan, perhatian. Tanpa banyak berusaha sudah bikin kita jatuh bangun cinta mati sama mereka. Bahkan menyerahkan apa saja yang kita punya demi bisa menunjukkan betapa mereka sangat berarti bagi kita."

Benar. Apa yang Rena katakan tak ada yang salah. Mayang telah mengalaminya.

"Berarti kamu dulu benar-benar itu ya sama dia?" Mayang membuat tanda kutip dengan telunjuk dan jari tengahnya. Memastikan kembali apa yang ia dengar.

Rena menghela napas seolah menerawang mengingat detail masa lalunya. Gadis itu kemudian mengangguk. "Bahkan berbulan-bulan. Kami sudah hidup layaknya suami istri hingga ayah mengetahui kebusukan kami. Ayah mana yang tidak ambruk saat melihat video anak tunggalnya digagahi laki-laki dengan sukarela. Benar-benar mengerikan."

Mayang membenarkan dalam hati. "Setidaknya kalian sudah menikah."

Anggukan Rena berikan. "Aku sangat beruntung. Banyak gadis sepertiku yang justru semakin terperosok. Yang di Atas masih menyayangiku. Makanya sekali lagi aku pesan. Jangan sekali-kali mencoba bermain-main dengan pria beristri."

Pasti. Mayang sudah mengalami kerumitan saat melakukan hal itu.

"Tapi kamu enggak bakalan, Yang. Soalnya Pak rektor kan duda jadi aman. Kalau sama Pak Mahesa juga gitu. Tapi mending sama yang lain deh jangan sama mereka. Udah tua banget tuh. Kalau Radith dan suami Faira kan masih usia tiga puluhan. Kalau mereka? Ya ampun aku enggak bisa bayangin deh. Selisih usia kalian pasti lebih dari dua puluh tahun. Nanti kalau pas jalan dikira anak sama ayah dong. Apalagi Pak Mahesa. Riconya aja udah lebih tua dari pada kamu. Yah, meskipun kalau dideketin, kalian tidak benar-benar terlihat seperti ayah dan anak sih. Kalau laki-laki kan awet. Enggak kayak kita yang boros. Apalagi kalau sudah tumbuh ke samping." Rena terbahak dengan kalimatnya sendiri membuat suasana yang semula sendu hilang seketika. Tanpa sadar hati Mayang tercubit. Ah betapa tidak pantasnya dirinya dulu. Mengejar-ngejar pria yang sudah jelas-jelas mencintai istri dan anaknya. Dan lebih parah lagi, usia pria itu sudah dua kali lipat usianya. Layaknya ayah dan anak. Mayang seketika berdeham tak nyaman.

"Oh ya, berapa usia anaknya Faira? Kangen banget sama dia. Ada di sini juga kan dia? Suaminya kan orang sini." Mayang melemparkan pertanyaan---yang sebenarnya sudah ia ketahui jawabannya---berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Faira adalah teman satu kostnya dan Rena dua tahun lalu. Gadis itu dulu berpacaran dengan seorang duda yang sudah memiliki anak laki-laki yang saat itu sudah duduk di bangku sekolah dasar.

"Eh aku kayaknya sudah pernah cerita, deh. Kamu lupa ya. Anaknya kira-kira berusia setahun dan sekarang dia jadi nyonya besar. Suaminya kan pengusaha perhotelan---" Rena terus berceloteh menceritakan sahabat mereka. Membuat Mayang diam-diam merindukan masa-masa lebih dari dua setengah tahun lalu saat masih duduk di bangku kuliah dulu. Masa sebelum ia mengalami kerumitan dan jatuh cinta kepada Mahesa.

###

Ditulis, Maret 2022
Publish, 2 Agustus 2022

Yang mau baca kisah si Rena bisa meluncur ke lapak UPGRADE, ya. Sudah tamat sejak 2020.

Oh ya, mampir juga ke lapak RIVERSIDE, yuk. Lapak baru yg semoga aja lancar nulisnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top