Bab. 19

Masih ada yg nungguin kan?

Mana bintangnya?

Yuk, ramaikan!

###

"Saya ingin melamar kamu menjadi istri saya." Kalimat itu seketika menyentak Mayang. Membuatnya menganga karena keterkejutan. Pria di depannya ini melamarnya? Ingin menjadikannya istrinya? Apakah telinganya tidak salah dengar?

"Bapak... Bapak tidak salah, kan? Saya... Saya..." Mayang tergagap, bingung harus mengatakan apa.

Pria itu mengangguk mantap. "Saya tahu hal ini cukup mengagetkan kamu tapi saya sedari awal memang sudah meniatkan hal ini. Saya mendekati kamu bukan tanpa alasan. Saya sudah memikirkan hal itu bahkan sejak kamu duduk di bangku kuliah dulu. Tapi saat itu saya masih belum berani melangkah. Selain faktor usia kamu yang masih sangat belia, juga banyak hal lain yang saya pikirkan. Kini setelah kamu kembali, saya pun meneguhkan niat."

"Saya tahu banyak sekali perbedaan di antara kita. Jarak usia kita juga status saya yang pernah menikah sebelumnya. Hal yang pasti membuat kamu berpikiran ribuan kali untuk menerima tawaran saya. Namun, saya datang kepada kamu dengan niat yang baik. Saya ingin mengajak kamu memulai hubungan baru. Memulai komitmen baru. Mungkin di masa depan saya belum tentu mampu membahagiakan kamu, menjadi sosok sempurna yang kamu inginkan. Namun, satu hal yang harus kamu tahu, kebahagiaan kamulah yang akan menjadi prioritas hidup saya. Jadi Mayang, maukah kamu menikah dengan saya? Memulai hidup baru dengan saya?"

Mayang tercekat. Otaknya seolah lenyap. Menikah? Dengan pria ini? Pria yang menjabat sebagai rektor di kampusnya?

"Saya harap kamu tidak terbebani dengan apa yang saya sampaikan. Kita bisa menjalaninya perlahan. Jika kamu butuh waktu untuk lebih mengenal saya, dengan senang hati saya berikan. Setidaknya saya sudah menyampaikan niat saya. Tinggal kamu saja yang memberi jawaban."

"Pak..."

Sorot teduh Mayang lihat dari tatapan pria di hadapannya itu. Wajah segarnya seolah bersinar menyilaukan. Demi apa. Pria sempurna seperti Darmawan Wirayuda melamarnya? Benarkah?

"Saya... Saya masih tidak bisa benar-benar percaya dengan apa yang baru saja Bapak sampaikan." Mayang menarik napas berat. "Semuanya begitu tiba-tiba dan membuat saya terkejut."

Darmawan mengulas senyuman. "Sebenarnya bukan tiba-tiba. Jika kamu lebih peka mungkin kamu sudah merasakannya sejak lebih dari dua tahun lalu."

Mayang mengerutkan alis. Benarkah? Memangnya apa yang telah pria itu lakukan dua tahun lalu? Seingat Mayang, mereka tak pernah sekali pun dekat. Hanya setelah ia kembali ke kota ini mereka lebih sering berkomunikasi. Itu pun selalu ada hubungannya dengan keluarga pria itu. Tak pernah sekali pun kedekatan mereka memang benar-benar disengaja untuk menghabiskan waktu berdua saja.

"Saya benar-benar masih tak menyangka."

Darmawan mengulas senyuman sebelum kembali mengucapkan kalimatnya, "Bagi pria seumuran saya yang sudah berada di pertengahan empat puluh, cara mendekati wanita sudah berbeda dari pria seumuran kamu, Yang. Kami tidak akan mengajak berpacaran, keluar makan malam, menonton, dan hal-hal manis lainnya. Kami akan mendekati perlahan bahkan terkadang langsung menyampaikan seperti saat ini karena saya sudah mengenal kamu dengan begitu baik."

Mayang menganggukkan kepala canggung. Senyuman kaku ia lontarkan untuk pria di depannya itu.

"Saya tak tahu harus mengatakan apa, Pak. Semuanya begitu." Mayang terdiam sejenak. "Tiba-tiba."

Darmawan mengulas senyuman. "Pikirkan baik-baik dan jangan membuat kamu merasa terbebani."

"Saya bukan orang seistimewa itu untuk dipilih menjadi pendamping hidup Pak Darmawan."

"Tapi di mata saya kamu begitu istimewa."

"Saya tidak sebanding dengan Bapak. Saya bukan siapa-siapa. Menjadi pendamping Bapak adalah hal yang begitu luar biasa. Dan saya bukan wanita yang layak untuk mendapatkan itu semua."

"Jangan mengatakan hal itu, Yang. Saya hanya ingin menata masa depan bersama kamu."

Mayang terhenyak. Berdebar bersamaan mendengar keseriusan pria itu. Namun, beban berat menghimpitnya. Masa lalunya. Hal yang pasti akan membuat pria yang mendekatinya mundur seketika. Apakah ia harus mengatakan hal itu pada pria ini?

Mayang berpikir cepat. Hingga satu keputusan pun ia buat. Ia tak ingin membuang waktu. Tak ingin pula berkelit dan menutupi segalanya. Maka setelah menarik napas berat demi menenangkan dirinya sendiri, ia pun berucap, "Saya tidak sebaik yang Bapak lihat. Tidak juga sesederhana yang Bapak tahu. Mungkin jika Bapak tahu bagaimana sebenarnya saya, pasti Bapak tidak akan berada di hadapan saya saat ini."

Mayang kembali terdiam. Berusaha mengumpulkan keberaniannya. Sedangkan Darmawan terlihat begitu sabar menunggu apa yang akan Mayang sampaikan.

"Saya punya masa lalu yang buruk, Pak. Masa lalu yang mengerikan bahkan hanya untuk saya ingat sendiri. Masa lalu yang semakin memantapkan niat saya untuk pergi dari kota ini dua tahun lalu."

Darmawan tampak mengernyit kebingungan. Pria itu tahu siapa Mayang bahkan sejak gadis itu masih di tahun kedua kuliah karena dulu gadis itu pernah bekerja di butik adiknya, Endah. Dan seingat Darmawan, tidak ada kejadian apapun yang menyita perhatiannya dua tahun lalu. Ataukah dirinya memang tidak tahu?

"Dua tahun lalu saya terlibat hubungan terlarang dengan seseorang."

Darmawan tercenung. Benarkah? Setahu dirinya, gadis ini tak pernah dekat dengan pria mana pun, kecuali putra tunggal Mahesa Sastrawijaya. Apakah pria itu yang Mayang maksud?

"Saya terlibat hubungan dengan pria yang sudah berkeluarga." Sampai di sana suara Mayang bergetar. Kembali mengingat kenangan mengerikan yang juga begitu menyakitkan.

Berbeda dengan Mayang, Darmawan seketika tersentak. Namun, pria itu berusaha menguasai keadaan. Ia tetap duduk tenang menyimak apa pun yang Mayang sampaikan.

"Saya.... Kami...." Mayang seolah ragu dan ketakutan untuk mengatakannya.

"Jika kamu belum siap, tidak apa-apa jika tidak mengatakannya, Yang." Darmawan akhirnya melontarkan pikirannya. "Yang terpenting adalah kenyamanan kamu."

Gelengan Mayang berikan. Gadis itu sudah bertekad. Karena sesaat kemudian mulutnya kembali berucap, "Saya harus menyampaikannya sekarang. Semakin cepat Bapak tahu siapa saya akan semakin baik."

Darmawan mengangguk pelan. Kembali memberikan senyuman menguatkan untuk Mayang.

"Kami... Yah, kami berhubungan hingga melebihi batas dan... dan...," Mayang kembali diserang kegugupan.

"Istri pria itu menangkap basah kami lalu mereka bertengkar sambil mengendarai mobil dan mereka mengalami kecelakaan," lanjut Mayang cepat, khawatir tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Gadis itu menarik napas lega lalu berusaha menenangkan degub jantungnya yang berpacu.

Hal yang sama pun Darmawan lakukan. Namun, pria itu berusaha menguasai keadaan. Pria itu menarik napas sebelum melontarkan kalimatnya.

"Hanya itu saja?" Pertanyaan Darmawan membuat Mayang membelalak terkejut. Pria ini seolah tak terlalu mempermasalahkan ucapan Mayang baru saja. Benarkah? Apa hanya seperti ini? Apa pria ini memang tak mempermasalahkannya?

"Kenapa Bapak terlihat begitu..." Mayang bingung menggambarkan ekspresi pria di hadapannya. "Kenapa Bapak terlihat begitu tenang?"

Darmawan mengulas senyuman. "Setiap orang mempunyai masa lalu, Yang. Tidak hanya kamu. Saya pun sama. Seperti yang kamu tahu. Saya seorang duda, pernah menikah dan mempunyai anak."

"Tapi status itu jelas. Berbeda dengan keadaan saya. Saya pernah melakukan kesalahan."

"Yang penting kamu sudah menyadarinya dan tidak lagi mengganggu hubungan rumah tangga mereka lagi."

"Memang tidak, karena mereka sudah tidak bersama lagi."

Kalimat Mayang membuat Darmawan mengernyit tak paham.

"Tidakkah Bapak ingin tahu dengan siapa saya berhubungan dan apa yang menyebabkan mereka tak lagi bersama padahal saya sudah pergi?"

Darmawan membisu. Tak menjawab pertanyaan Mayang. Belum sempat ia berpikir, Mayang kembali melemparkan hal mengejutkan kepadanya.

"Mahesa Sastrawijaya. Dengan pria itulah saya berhubungan. Bu Indriana menangkap basah kami saat kami tidur bersama. Mereka mengalami kecelakaan saat bertengkar karena saya. Hal yang menjadi penyebab Bu Indriana meninggal dan Mahesa Sastrawijaya koma berhari-hari dan mengalami kelumpuhan selama hampir satu tahun. Hal yang pada akhirnya membuat saya pergi dari kota ini untuk melupakan segalanya."

###

Gimana-gimana? Ledakannya bikin pak rektor bakal mundur apa nggak, ya?

Kira-kira Pak Rektor bakal bilang apa nih ke Mayang?

Sampai di sini sudah kelihatan kan, si Mayang bakalan sama siapa?

Tinggal beberapa bab lagi yang akan dipublish di wp, ya. Kalau pengin cepet2 tahu endingnya bisa meluncur ke Karya karsa.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top