꒰🌺꒱ 31 :: Memory of festival.

“Mm ... Gojo, kita duduk dulu, ya.” [Name] menarik lengan Gojo, kemudian mendorong pelan pundaknya untuk duduk di pembatas antara jalan raya dan pejalan kaki.

Baju kuno? Model rambut kuno? batin [Name]. Ia masih cukup terkejut mendengar ucapan Gojo beberapa detik lalu. Itu ingatan masa lalu, tapi ... bukankah pria ini tak bisa ingat?

Gojo menatap secara bergantian kedua tangan [Name] yang menyentuh pundaknya. Tangan kurus yang memegang bahu lebar. Kemudian sedikit menegakkan tubuh agar ia bisa menatap wajah Sang Gadis.

“Hei, aku sudah nggak apa-apa.”

“Ah!“ [Name] menarik kedua tangan dan hendak mundur. Namun, Gojo menggenggam lengannya hingga ia berhenti bergerak.

“Aku cuma bilang sudah nggak apa-apa, lho? Kenapa kau malah menarik tanganmu?” tanya Gojo dengan nada agak jengkel. Lalu meletakkan kedua tangan [Name] di bahunya.

Ha? Pria ini kenapa? [Name] mengernyit. Apakah dia orang yang sama dengan pria yang meninggalkannya beberapa jam lalu?

Gojo menggerakkan kedua tangan [Name] untuk mengelus pundaknya. Kemudian, mungkin karena gadis itu sadar keinginan pria ini, dia pun mengusap bahu Gojo sendiri.

“Aku mencarimu,” ucap Gojo tiba-tiba.

“Oh ... untuk apa?” tanya [Name].

“Mengajakmu makan. Aku sudah bilang saat menarikmu keluar dari ruangan petinggi, 'kan?”

Sebenarnya aku mau mengatakan sesuatu sekaligus bertanya, sih, batin Gojo.

“Kupikir ajakan itu sudah tidak berlaku sejak kau pergi meninggalkanku,” jawab [Name] dengan nada menghibur.

“Siapa yang bilang begitu?” Gojo berdiri. Lantas menarik lengan kanan [Name]. “Aku akan menunjukkan restoran enak lalu toko makanan manis.”

“Beneran enak?” balas [Name].

“Ha? [Name] nggak percaya padaku?”

Sang Gadis terkekeh. “Aku cuma bercanda.”

꒰🌺꒱

“Aku tak menyangka jaraknya cukup jauh.” [Name] menengadah ke bangunan bercat merah. Aroma makanan menguar dari dalam restoran, kemudian memasuki indra penciuman.

“Sudah hampir jam makan malam,” ucap Gojo sambil melihat jam tangan di pergelangan kiri. “Ayo masuk.” Ia menarik lengan [Name]—yang tak pernah dilepas—lalu mengeratkan genggaman.

Hingga Sang Gadis yang menyadari itu bersemu merah di wajah.

[Name] hanya mendengarkan Gojo mengatakan pesanan—sekaligus untuknya—pada pelayan. Ia tak ada niatan untuk menolak menu makanan yang pria itu pilih. Selain itu, restoran ini ternyata memiliki prosedur pelayanan yang agak berbeda dengan restoran lain—di mana biasanya pelanggan hanya perlu membaca menu di meja setelah dihampiri pelayan—di tempat ini, pelanggan mendatangi pelayan untuk diminta mencatat pesanan. Nyaris mirip seperti rumah makan cepat saji.

“Gojo sering makan di sini?” tanya [Name] saat lelaki itu menariknya ke salah satu kursi dekat jendela—tempat favorit.

“Aku baru tahu restoran ini, sih.”

“Dan kau sudah sangat yakin makanannya akan seenak itu?” Satu alis [Name] terangkat.

“Percaya padaku.” Gojo tersenyum lebar, kemudian duduk.

“Oke.” [Name] mendudukkan diri. Lalu menatap Gojo, mendapati lelaki itu bersedekap dan menyandar pada kursi, sembari melihat pemandangan luar. Sang Gadis menghela napas. Menautkan jari-jari di atas meja.

Baju kuno, model rambut kuno, batin [Name]. Ia ingat dirinya dulu lebih suka mengurai rambut dan menghiasinya dengan jepitan di area poni. Namun, pada beberapa situasi seperti festival, ia dengan terpaksa menyanggul surainya.

Aku hanya mengingat bagian yang menyedihkan. Waktu festival hari itu ... ada penyerangan hingga pertumpahan darah. [Name] mengepalkan tangan. Menahan tubuh yang mulai bergetar kala memori kelam itu merangsek masuk ke pikiran. Kalau tidak salah  ... saat itu juga—

[Name] menutup mata saat kepalanya sakit. Bibir bawah ia gigit agak keras. Tubuhnya keringat dingin. Sudah lama ia tak merasakan perasaan ini—terakhir saat SMA—dan sekarang dia kesulitan mengendalikan diri.

“Oi.”

[Name] membuka mata saat merasakan kepalannya disentuh tangan besar hingga menangkup kedua tangan. Ia mendongak, menemukan Gojo dengan ekspresi bertanya.

“[Name] kenapa?”

“Tidak apa-apa. Aku hanya ... teringat beberapa hal yang mengganggu.” Sang Gadis menggeleng sembari menyungging senyum kecil.

Gojo bungkam. Menatap wajah [Name] yang dihias keringat, juga senyum yang terukir di wajah gadis itu dan ... tangan yang bergetar. Kayaknya sesuatu yang mengganggu banget, ya? Dia sampai gemetaran begini, batin Gojo.

“Oh iya. Ada yang mau Gojo bicarakan denganku?” [Name] menarik tangannya dari genggaman Sang Pria.

Gojo mengernyit melihat tindakan gadis itu. “Dari mana kau tahu aku mau membicarakan sesuatu?” Nadanya terdengar tak bersahabat.

“Benarkah? Padahal aku hanya menebak asal.”

“Cih.” Gojo bersedekap. “Kenapa para petinggi memanggilmu?”

[Name] menggeleng. “Aku tidak tahu. Saat menerima panggilan itu, aku mau mencari tahu setelah berhadapan dengan mereka, tapi Gojo datang dan malah menarikku.”

“Kau kayaknya sangat menyalahkanku karena itu, ya?”

[Name] mengangkat bahu ringan. “Aku juga penasaran dengan alasan mereka. Selama ini para petinggi tak pernah peduli denganku, 'kan?”

Gojo diam. Menilik ekspresi Sang Gadis yang terlihat tenang—tidak seperti beberapa detik lalu. Ada yang ingin diri tanyakan. Mengenai pakaian dan model rambut yang sangat ketinggalan zaman itu. Rasanya tak mungkin [Name] berpenampilan seperti itu setelah melihat outfit-nya sehari-hari. Lantas, ada apa?

“Aku mau bertanya,” ungkap Gojo. Dia merasa agak ragu setelah reaksi [Name] beberapa saat lalu—padahal biasanya dia tak peduli.

“Tanyakan saja.” [Name] tersenyum. “Aku tak masalah. Gojo tidak perlu ragu, kok.” Ia cukup percaya diri dengan penglihatannya jika Gojo terlihat merasa seperti itu.

“Hee. Kalau begitu, apa kau ... pernah memakai pakaian kuno?” tanya Gojo.

[Name] menahan napas. Ingatan masa lalu menyerang pikiran, tapi dia mencoba tetap terlihat tenang. Kenapa dia mengingat penampilanku tepat pada memori yang tidak kusuka?

“Kenapa?” tanya Gojo.

“Aku pernah pakai,” jawab [Name].

“Huh?”

“Pada abad ke-19 ... aku memakai pakaian itu saat festival.”

Mohon jangan terkecoh, takutnya nggak bisa konsisten 🥲😭

Tapi jujur, kangen masa-masa aku update pas puasa, pas lagi sahur🫂

Ann White Flo.
15 April 2023.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top