🌺 ꒰12꒱ :: Bad feel.

“Terima kasih sudah mengantarku pulang.”

“Sama-sama.”

Angin berembus. Menemani kesunyian di antara Gojo dan [Name] yang bungkam setelah mengatakan formalitas.

“Kakak akan langsung pulang?” tanya [Name] memecah keheningan.

“Tidak, sih. Setelah ini aku harus pergi misi.”

Sang gadis mengerjap. “... Sebenarnya, berapa banyak misi yang kau lakukan dalam satu hari?”

Gojo mengernyit. “Entahlah. Aku malas mengingatnya.”

“Kau tidak kelelahan?”

“Tidak.” Gojo agak menurunkan kacamatanya. Memperlihatkan netra biru berkilat yang berbahaya. “Dengan teknik pembalik yang baru saja kukuasai, aku tidak akan mudah kelelahan.”

Bukankah dengan itu kau makin kelelahan? [Name] menghela napas. Lantas membuka pintu rumah. “Aku masuk duluan, ya.”

“Hm.” Gojo berbalik, beranjak ingin meninggalkan jalan paving rumah [Name].

“Omong-omong, Kak.”

“Apa?” Lelaki itu memutar tubuh seketika setelah sang gadis memanggil.

“Apa kau ... masih merasa aneh setiap berada di dekatku?”

Gojo bungkam sejenak. Perasaan asing itu ... tentu ia masih merasakan. Namun, fokusnya teralihkan penuh pada sang kawan, juga kesedihan yang menetap dalam dada.

“Aku merasakannya.” Tangan Gojo terkepal dalam saku jaket. “Tapi ... aku masih memikirkan Suguru.”

“... Oh, begitu.” [Name] mengangguk. Ini bukan waktu yang tepat untuk memberi tahu jawaban atas perasaan aneh itu padanya. Setidaknya, untuk sekarang dan beberapa hari ke depan.

“Untuk kejadian lalu ... aku akan melupakannya, kok.” [Name] tersenyum.

Gojo membelalak.

“Jadi, jangan menghindariku lagi, ya?” katanya lagi.

Si surai putih bergeming. Bungkam selama beberapa saat hingga berkata, “Ya sudah, sampai jumpa besok.” Ia melambai singkat, lalu melanjutkan langkah.

“Iya. Hati-hati di jalan.”

꒰꒰꒱꒱

Percepat. Ini waktu yang bagus untuk memisahkan mereka. Pikiran si remaja Gojo itu sedang teralihkan.

“Itu kata Dewa saat dia menelepon.” Haruto cemberut, juga bersedekap dada dan bersandar pada dinding. Ia melirik ke kanan, menatap ponsel yang layarnya menunjukkan sambungan telepon terputus.

Dewa mulai mengikuti zaman, ya? Aku juga sudah lama tidak menemuinya, sih, batin Haruto.

Tanpa diketahui para manusia. Dewa telah hidup berdampingan bersama mereka selama ribuan tahun. Melihat perkembangan dan kemajuan dunia, hingga bisa berbaur dengan manusia.

Itu merupakan sedikit informasi mengenai Beliau.

“Aku pulang.”

Haruto berdiri setelah mendengar suara itu. Sedikit berlari kecil ke pintu dan menggesernya cepat.

“SELAMAT DATANG!” sapanya semangat—dengan sangat sengaja.

[Name] menanggapi dengan senyum tenang. “Paman sudah makan?”

“Sudah.” Haruto bersandar pada bingkai pintu. “Bagaimana? Sudah selesai ngobrol dengan bocah itu?”

“Sudah. Semuanya jelas, kok. Setelah ini mungkin dia tak akan menghindariku lagi.”

“Oh ... begitu.” Haruto mengangguk-angguk. Sedikit telat, ya? Nggak apa-apa.

“Apa ada yang mau Paman bicarakan lagi?” tanya [Name]. “Aku mau ke kamar buat ganti baju.”

“Yah ... Paman cuma mau bilang, kita harus pergi ke Korea dalam waktu dekat.”

“Kapan tepatnya?”

Haruto mengusap dagu. “Hmm ... hari Minggu nanti?”

[Name] membeku. Itu ... tak lama lagi. Tangannya terkepal di sisi tubuh. Ia belum memikirkan tentang pergi ke Korea itu sebab fokus pada Gojo. Kembali terpikir rasanya menjadi beban. Ada beberapa hal yang membuat diri tak mau meninggalkan Jepang.

Keberadaan Gojo ... adalah salah satunya.

Aku belum memberikan jawaban soal perasaan asing itu padanya, batin [Name]. “Aku mengerti.”

Ia menaiki tangga. Melangkahi beberapa—ingin cepat sampai ke lantai atas. Setelah berpijak di sana, [Name] langsung ke kamar. Membuka dan menutup pintunya. Bergeming sebentar, dan menghela napas.

“Kak Gojo baru-baru saja kehilangan, kalau aku pergi ....”

[Name] bungkam.

... Memangnya aku siapa? Ia menahan napas. Tiba-tiba berpikir liar—apa Gojo akan terpuruk juga jika [Name] pergi?

Mereka mengenal hanya karena 'perasaan asing' yang melingkupi hati Gojo tiap melihat sang gadis.

Dan keduanya terhubung karena ingatan masa lalu yang mendiami memori [Name].

Jika karena bukan hal itu ... apa mereka bahkan bisa menyapa?

“Jika aku tidak ada, bukankah dia juga tak akan merasakan 'perasaan asing' itu?” Tangan [Name] mengepal. Kenapa dia baru terpikirkan?

꒰꒰꒱꒱

“Kenapa firasatku tiba-tiba buruk?”

Gojo mengernyit, juga mengapit dagu. Rambutnya sedikit berkibar sebab terpaan angin dari teknik aka yang baru saja dia lepaskan pada kutukan.

Aneh. Rasanya lebih buruk dibanding firasat kemarin. Ia masukkan tangan dalam saku. Menatap ke depan, melihat pemandangan hutan yang pepohonannya sedikit terkikis, dan tanah yang tidak merata.

Tatapan bosan dilayangkan. Gojo mendongak, melihat langit yang tak lagi berhias awan hitam. Kini, bintang jadi pajangan langit bersama bulan.

Suguru ... apa firasat ini berasal dari kau juga, huh?

Angin berembus membuat Gojo menutup mata. Meski merasakan sedikit ketenangan, tapi wajahnya tak mengukir hal demikian.

Tentu saja, firasatnya sedang buruk sekarang. Sangat buruk.

Sekarang dia di mana? Pria itu membuka mata. Memikirkan keadaan sang kawan yang telah pergi, entah ke mana, dengan tujuan baru yang gila. Ah, dia memikirkan sesuatu yang mungkin saja sumber dari perasaan buruk ini.

Apa suatu saat nanti ... mereka akan bertarung?

Aku tidak mau. Gojo melangkah. Mulai menyusuri hutan, meninggalkan tempat ini.

Bahkan jika keadaan memaksa, ia tidak akan melawan satu-satunya sahabat brengsek itu.

Padahal ... firasat buruk itu berasal dari gadis yang tengah menyiapkan hati untuk pergi.

Aku gak mau banyak komen, deh 😭 intinya lagi sibuk banget, makanya update lama.

Kenapa nggak ada libur panjang, sih 🤧

Ann White Flo.
27 Oktober 2022.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top