🌺 ꒰10꒱ :: Kembali kekanakan.

Pagi hari, sekitar pukul lima. [Name] membuka pintu kamar Gojo untuk memeriksa keadaannya. Jika memungkinkan, dia akan bangunkan pria itu.  “Kak ....”

Namun, ia tidak menemukannya di ruangan itu.

Gadis itu menghela napas. Menyelisik sekitar. Barang-barang Gojo pun tidak ada di meja. Ia melangkah ke nakas, menemukan gelas putih—berisi minuman cokelat—tersisa setengah.

“Kapan dia pergi?” [Name] mengernyit. “Aku tidak bisa menemaninya sampai pagi karena terlalu mengantuk.”

Dia menghela napas panjang. Semoga Kak Gojo baik-baik saja.

꒰꒰꒱꒱

“Kak, apa kau melihat Kak Gojo?”

Shoko mengangkat sebelah alis sembari mengeluarkan asap rokok dari mulut. Melempar tatapan heran pada [Name] yang tengah berdiri di depan meja yang sedang ia tempati.

“Kenapa kau mencari orang itu? Kemarin juga ... kalian tidak bertemu?” Shoko menopang dagu.

“Kemarin kami bertemu. Karena suatu keadaan, dia tiba-tiba saja pergi tanpa mengatakan apa pun. Itu membuatku khawatir.”

Shoko diam. Melirik lemari di sudut ruangan—entah apa gunanya benda itu diletakkan di sana. “Tidak. Aku tidak melihatnya.”

“Begitu ... apa dia pergi ke sekolah?”

“Tadi dia ada di dalam kelas, kok. Terus dia keluar beberapa menit lalu.”

“Baiklah. Terima kasih. Aku pergi dulu!” [Name] melambai singkat dan beranjak.

Shoko menatap kepergian gadis itu, melihatnya membuka pintu dan menutup. Juga mendengar suara langkahnya yang mulai menjauh.

“Gojo, kau harus membelikan alkohol dan rokok untukku nanti,” ucap Shoko.

Pintu lemari terbuka. Memperlihatkan sosok si surai putih yang tengah duduk dengan malas di sana.

“Aku beri kau uang saja. Nanti pergi beli sendiri. Kau tahu aku nggak suka alkohol.” Gojo keluar—dengan malas—dari tempat itu.

“Omong-omong, pengen tahu saja. Kau dan [Name] kenapa?” Shoko menatap Gojo yang sedang berdiri, sedikit memperbaiki surai putihnya, lalu duduk di meja.

“Tidak ada apa-apa.”

“Terus? Kenapa kau menyuruhku berbohong? Bahkan menyogokku.”

“Kenapa kau mau-mau saja kusuruh begitu?” tanya Gojo dengan nada dongkol.

Shoko melempar pandangan malas. “Sudahlah. Aku mau pergi. Uangmu mana?”

Gojo mengeluarkan dompet dari saku. “Alkohol harganya berapa, sih?”

“Tergantung, tapi karena kau kaya. Aku mau beli yang harganya mahal.”

“Nyeh.”

꒰꒰꒱꒱

“Mungkin dia pergi buat misi ....”

[Name] duduk di anak tangga pertama—yang berada di pinggir lapangan. Mengembuskan napas panjang karena lelah. Rasanya ia hampir mengelilingi satu sekolah demi menemukan Gojo.

“Apa aku pergi bertanya pada Kepala Sekolah saja buat memastikan?” gumam [Name]. Mendongak. Melihat langit mendung.

Angin berembus lembut. Menerpa wajah, membuat rambut hitam gadis itu sedikit berkibar. Ia kontan menutup mata, menangkap suara gesekan daun yang terdengar samar-samar. Menikmati ketenangan yang melanda.

Omong-omong, tempat ini .... Mata [Name] terbuka. Sedikit menunduk, melihat anak tangga terakhir ... di mana Geto pernah duduk di sana, mengobrol bersama.

“Rasanya agak sepi, ya.” [Name] mengulum bibir. Tapi kepergiannya tidak terlalu mengena bagiku ... hanya saja Kak Gojo—

“Hah?”

[Name] tersentak. Lantas berbalik, menemukan Gojo berdiri tidak jauh dari jaraknya.

Mata emerald itu tiba-tiba berbinar. “Kak—”

Gojo langsung teleportasi.

“... Um.” [Name] mengerjap. Ada apa dengan Gojo?

“Dia ... menghindariku?” ucapnya.

Di sisi lain. Berpusat pada Gojo yang teleportasi hingga ke ruangan Kepala Sekolah. Tepat di depan Yaga yang tengah menjahit boneka.

Yaga mengentikan kegiatannya sejenak. “Ada apa dengan—”

“Mampus, salah tempat.” Gojo berpindah lagi.

“ANAK SIALAN—”

Gojo mengusap tengkuk. Lantas menilik sekitar. Dia berada di taman. Melangkah ke arah ayunan dan duduk. Sedikit menggerakkannya.

“Sepi banget,” katanya malas.

Ia mengingat ekspresi [Name] beberapa saat lalu. Namun, kenapa sang gadis duduk di anak tangga itu? Saat mendung?

“Kalau tidak salah, tadi dia keringatan, deh.” Gojo mengapit dagu. “Habis ngapain dia?”

Apa karena mencariku? batinnya. Masa, sih? Dia keluar dari kelasku itu sudah satu jam yang lalu ... buat apa dia mencariku sampai keringatan seperti itu?

꒰꒰꒱꒱

“Kayaknya dia benar menghindariku, deh.”

[Name] mengernyit. Memikirkan kejadian yang cukup membuatnya tersinggung. Gojo tiba-tiba pergi setelah melihatnya, seakan ia adalah virus yang berbahaya. Alasan yang dapat sang gadis pikirkan ... Gojo menghindarinya. Apa karena kejadian tadi malam?

“Pantas aku tak menemukannya di mana pun. Yah, cukup masuk akal.” [Name] berdiri. “Lebih baik aku pulang.”

Ia beranjak. Memasuki gedung kelas. Menyusuri lorong yang agak gelap.

“Pasti karena mendung, rasanya sudah mau menjelang malam,” ungkap [Name] sembari menggeser pintu kelas.

“He?”

Gadis itu membeku mendengar suara familier itu. Kontan membuatnya menatap asal suara, dan menemukan Gojo berdiri di dekat jendela.

“Kak—”

“SIALAN! KENAPA SALAH TELEPORTASI LAGI?!”

Gojo langsung menghilang dalam pandangan sang gadis.

“... Iya, dia benar-benar menghindariku. Aku yakin banget.” [Name] menghela napas.

Dia sudah tahu sejak perkenalan mereka jika Gojo punya sifat kekanakan, tapi ... sungguh, ada apa dengan lelaki itu?

Melihatnya begitu kupikir dia sudah cukup baik-baik saja .... [Name] melangkah ke arah kursinya yang berada dekat dengan jendela. “Tapi ... rasanya tidak nyaman dia menghindariku.”

Entahlah. Ia merasa tak adil, Gojo menghindar setelah meminta untuk ditemani malam kemarin. Apa karena malu?

Pada sisi lain. Berfokus pada Gojo yang berada di kamarnya. Duduk di kursi mahal dengan malas sembari melepas kacamata.

“Sial, hari ini aku kenapa?” katanya dengan nada jengkel.

Tentu saja. Dua kali salah teleportasi. Ia akui tidak fokus hari ini, tapi tak menyangka itu akan mengganggu jalur berpindah tempatnya.

Tapi karena ini ... pikiranku jadi teralihkan dari Suguru, deh. Gojo bergeming. Mengingat kenyataan jika sang kawan ....

“Sudahlah. Gadis itu pasti tersinggung banget.” Gojo menaruh kedua tangannya di belakang kepala sebagai bantal. “Lagian, buat apa dia mencariku?”

Kejadian malam kemarin cukup membuatnya merasa aneh. Seperti ... agak sulit untuk melihat wajah [Name].

Apa karena dia terbuka begitu saja pada gadis itu hingga berani meminta ....

“STRES?!”

Percayalah, aku kepikiran ini waktu lagi jemur pakaian :33

Btw ...

Ur lips, babe :33

Ann White Flo.
16 Oktober.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top