🌺 ꒰05꒱ :: Tak sesuai skenario.
“Sejak kapan kamu ketemu Gojo?”
[Name] mengerjap. Menggigit sepotong cake cokelat. Menatap sang paman dengan heran. Setelah masuk rumah ... pria itu terus bengong. Reaksinya saat melihat Gojo pun perlu dipertanyakan. Ada apa? Apa itu ada hubungannya dengan Haruto yang tampak galau?
“Baru pagi tadi, kok.” [Name] menelan ludah.
“Kamu tak merasakan hal aneh padanya?” Haruto mengusap kepala. Tampak stres dengan topik pembicaraan.
“Maksud Paman ... kalau dia reinkarnasi?” Alis perempuan itu terangkat.
Haruto mengangguk pasrah.
“Aku sadar itu.” [Name] meletakkan garpu. “Tapi kupikir ... dia tak mengingatnya.”
“Tidak semua orang seberuntung dirimu, [Name]-chan.” Haruto menopang dagu. Ini masalah kalau mereka bersama sekarang. Apa yang harus kulakukan?
“Yah, masuk akal.” [Name] menopang dagu. “Oh, iya. Bagaimana rasa cake-nya? Paman menikmatinya?”
“Lumayan.” Haruto menghela napas. Nafsu makan seketika hilang. Beban pikiran adalah penyebabnya.
“Begitu.” [Name] berdiri. “Aku selesai. Setelah Paman makan, tolong bawa piringnya ke dapur, ya? Aku akan mencucinya besok. Selamat malam, Paman!” Ia beranjak keluar dari ruang santai.
“Selamat malam ....” Haruto membaringkan kepala bersamaan mendengar suara pintu ditutup. Ia bergeming. Menikmati keheningan dengan pikiran kosong.
“Aku ceroboh.” Ia menyembunyikan wajah di lipatan tangan. “Aku lupa kalau Gojo itu penyihir kuat di masa sekarang ... tentu saja dia akan bersekolah di SMK Jujutsu. Bagaimana aku bisa abai pada hal sepenting itu?”
Sekarang mereka telah bertemu, bahkan anak itu mengantar [Name] sampai ke sini. Kalau aku tak bergerak segera, skenario takdir bisa hancur, batin Haruto.
Takdir tetap harus berjalan sesuai rencana. Salah satu contohnya adalah ... Gojo dan [Name] yang tidak boleh saling mengenal sekarang.
Itu adalah kehendak Dewa.
꒰꒰꒱꒱
“Yo.”
[Name] mengerjap. Membeku di depan pintu rumah. Bahkan menahan napas sejenak sebab begitu terkejut menemukan Gojo di halaman depan rumah.
Ini ... masih pagi, lho. Kenapa dia ke sini? batin [Name]. Menyungging senyum—dengan ekspresi penuh tanya. “Kak Gojo ... ada urusan apa di sini?”
Gojo bungkam. Berbalik dan beranjak. “Ayo ke sekolah.”
[Name] menyusul. Menyamai langkah pria itu. Menatapnya sebentar, masih melempar tatapan tanya dan penasaran. Pandangan beralih kala menemukan hal janggal pada sang pria. Rambut putih dan seragamnya. Tampak berantakan.
“Kak Gojo belum menjawab pertanyaanku, lho?” [Name] tersenyum.
“... Kau agak maksa, ya.” Lelaki itu cemberut.
“Maaf, tapi ... bukankah wajar bertanya dan penasaran saat bertemu kenalan di depan rumah pada pagi hari? Terlebih ini masih pukul enam.” Ia mengulum bibir. Menjelaskan dengan hati-hati sembari menyangkal—secara tak langsung—jika ia tak memaksa.
Bibir Gojo terkatup. Tak ada niatan untuk menjawab. Yah, dia sendiri pun masih bertanya-tanya ...
... Kenapa ia sangat ingin melihat wajah [Name] sampai nekat mendatangi rumahnya pukul tiga dini hari?
“Aku kebetulan lewat.” Ia menemukan alasan yang tepat—walau sedikit klasik. “Karena kau satu sekolah denganku. Kupikir tidak masalah mengajakmu sekalian.”
“Oh ....” [Name] mengangguk. Meskipun begitu, ia tak sepenuhnya menerima alasan Gojo. Entahlah, rasanya ada yang mengganjal hati.
꒰꒰꒱꒱
“Satoru—! Tunggu, di mana kalian bertemu?”
Geto mengerjap. Menatap Gojo dan [Name] bergantian. Sungguh, ia begitu terkejut saat menemukan kedua orang itu jalan bersama memasuki gerbang sekolah.
Kebingungannya akan si surai putih perihal tingkahnya di kafe kemarin saja belum kelar, ditambah ini?
“Kami bertemu di depan rumahku,” jawab [Name]. Mengukir senyuman.
“Oh ....” Geto mengangguk. Melirik Gojo. Mendapatinya menoleh ke arah lain dengan muka cemberut. “Aku mencarimu pukul lima pagi tadi, tapi kau sudah tidak ada di rumahmu, Satoru.”
“Aku ada urusan di sekitar rumah anak ini.” Gojo mencengkeram kepala sang gadis. “Jadi kami berangkat bareng.”
Geto merespon dengan wajah heran, tapi tetap mempertahankan senyuman. Ia mengangguk menerima jawaban Gojo. Meski merasa begitu janggal. Yah, dia bisa menanyakannya nanti.
“Baiklah. [Name], masuklah ke kelasmu duluan,” ucap Geto.
[Name] mengangguk. “Aku pergi dulu.”
“Ya.” Geto melambai, menatap kepergian sang gadis dalam diam. Setelah [Name] menghilang dari pandangan, ia melempar tatapan tanya pada Sang Kawan.
“Ck. Iya, iya, deh.” Gojo memasang muka jengah.
“Jadi?”
Remaja itu mengusap tengkuk. “Jam dua pagi tadi aku sampai di rumah sehabis misi, lalu mencoba tidur, tapi tidak bisa. Itu berlangsung selama satu jam.”
“Ha? Karena?” Geto tampak khawatir. Itu artinya Gojo sangat kelelahan, bukan?
“Bayangan [Name] ... tidak hilang dari pikiranku. Kau ingat? Aku mengejarnya kemarin, bahkan merasa panik. Sialan, aku ini sudah gila kayaknya!” Gojo mendecih.
“Bukannya memang, ya?”
Gojo dan Geto tersentak, berbalik bersama. Menemukan Shoko merokok di sana.
“Ha?” Gojo mengangkat satu alis.
“Shoko ... kau sudah merokok sepagi ini?” Geto mengernyit.
“Oh, maaf. Aku sedikit mengantuk.” Gadis itu mengeluarkan asap rokok dari mulutnya.
“SHOKO SIALAN! ASAPNYA!” Gojo menutup hidung menggunakan lengan.
“Santai aja, bisa?” balas gadis itu cuek.
“NGGAK?!”
“Sudahlah kalian. Ini masih pagi ....”
꒰꒰꒱꒱
“Hmm ... apa yang aneh dari gadis itu?”
Gojo menopang dagu. Kening mengerut keras, melayangkan pandangan tajam pada [Name] yang sedang bercengkrama dengan Haibara Yu di tengah lapangan.
Ia menghela napas, menggaruk belakang kepala. Sedikit frustrasi. Lantas mendongak, melihat langit biru tanpa awan.
“[Name] ... nama yang nggak asing,” gumamnya. “.... Setelah kupikir-pikir, dia belum mengenalkan dirinya dengan baik padaku.”
Rasanya agak mengganggu.
Gojo selonjoran di anak tangga. “Masa' aku yang aneh?” Dia mengernyit. Lantas menegakkan tubuh, duduk dengan baik, dan kembali memperhatikan sang gadis.
Omong-omong ... dia tenang banget, ya. Kalau dia aku ganggu bakalan gimana reaksinya? batin Gojo.
“OH? GOJO-SENPAI!”
Haibara melambai riang. Tersenyum begitu ceria. Melangkah menghampiri kakak kelas yang duduk di tangga.
Gojo abai. Fokus pada [Name] yang mengikuti Haibara di belakang. Gadis itu hanya tersenyum dengan tenang.
... Apa dia bisa diganggu? batin Gojo berekspresi aneh.
“Senpai tidak mau bergabung dengan kami?” tanya Haibara di depan Gojo.
“Oh ... tidak.” Gojo berdiri, memasukkan tangan ke saku. “Kalian latihan sendiri saja. Aku punya urusan.”
“Woah! Apa karena Senpai orang kuat makanya punya banyak urusan?!” Haibara tampak kagum.
“Yah, begitulah.” Gojo memasang wajah angkuh. “Dadah.” Ia beranjak.
[Name] menatap kepergiannya dalam diam. Setelah pria itu benar-benar menjauh dari pandangan, ia langsung melempar tatapan tanya pada Haibara.
“Aku sedikit penasaran. Orang kuat itu ...?” [Name] memiringkan kepala sedikit.
“Oh! Gojo-senpai dan Geto-senpai itu duo terkuat di masa sekarang. Mereka sudah mencapai kelas khusus saat usia mereka masih muda begini! Makanya mereka sering menjalankan misi penting bersama.”
Duo terkuat .... [Name] mengangguk paham. Hubungan mereka erat pastinya.
Gimana? Gimana? 👀 Aku penasaran sama pendapat kalian 😭
Ann White Flo.
5 Oktober 2022.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top