ENAM BELAS
Sebelumnya aku minta maaf dulu, karena bahasa asing di dalam cerita ini nggak dicetak miring. Karena waktu memindah dari word processor ke Wattpad formatnya ambyar. Aku belum punya tenaga buat mencari kata-kata itu dan mencetak miring. Semoga kamu memaafkanku. Kamu suka Halmar kan tapi?
***
"Aku nggak minum obat. Sudahlah, Halmar, ini bukan hal baru. Aku sudah terbiasa." Renae menjatuhkan diri di sofa panjang—tempatnya meringkuk sebelum bangkit membuka pintu tadi—lalu berbaring dan memejamkan mata. Ingin sekali Renae membuka baju dan mengoleskan minyak kayu putih ke seluruh kulit perutnya—yang sedang kembung. Tetapi karena ada laki-laki di sini, Renae tidak bisa melakukannya.
Pada saat seperti ini Renae ingin dibiarkan sendiri. Setelah istirahat sehari, besok Renae akan kembali menjadi Renae yang biasa dikenal orang. Seandainya Halmar tidak datang ke sini, Renae pasti sudah tidur pulas dan dua jam lagi terbangun dengan kondisi yang lebih segar.
Terserah sajalah kalau Halmar mau duduk di sini menonton Renae tidur. Walaupun konyol. Menemani seorang wanita yang sedang meringis dan mengerang kesakitan semestinya bukanlah kegiatan mengisi waktu untuk Halmar. Pasti ada banyak wanita di luar sana, yang sedang sehat, dan mau menemani Halmar jalan-jalan atau apa.
Seperti kucing yang tengah tidur nyenyak lalu diguyur air, Renae meloncat bangun ketika merasakan sesuatu yang dingin menyentuh wajahnya.
"Mmmm, good...." Sedetik kemudian Renae memejamkan mata dan mendesah. Buku-buku jari Halmar yang sejuk mengelus pipinya. Pelan dan lembut. Kenapa sentuhan Halmar bisa begini memabukkan? Kedua tangan Renae menyentuh dadanya yang berdebar semakin kencang. Kalau tidak ditahan, tulang-tulang rusuk depannya bisa jebol.
Ingatan Renae bergerak pada hari di mana Halmar menciumnya. Dua kali menciumnya. Pada hari terbaik Renae saja perhatian Halmar sesempurna itu, bagaimana kalau Renae mengizinkan Halmar memberinya perhatian pada hari terburuknya seperti saat ini? Pasti terasa seperti surga.
"Mmmm...." Renae menggumam lalu berbaring lagi. Nyaman. Menyejukkan. Kulit dingin tangan Halmar bergerak di atas kulit Renae yang terasa panas semenjak tadi. "No...." Bibir Renae mengeluarkan protes tidak rela ketika elusan di pipinya berhenti.
"Minum ini dulu, Renae." Suara Halmar memaksa Renae membuka mata.
"Dari mana kamu dapat itu?" Di samping sofa, lurus dengan kepala Renae, Halmar berjongkok. Mengulurkan tablet berwarna putih.
"Di tasmu."
"Lancang banget kamu membuka-buka tas orang lain!" Renae melotot karena Halmar memasuki ranah pribadi Renae tanpa izin.
Kombinasi benda-benda di setiap tas milik seseorang berbeda-beda. Dari isi tas, Renae menyakini, siapa saja bisa menganalisis kepribadian si pemilik tas. Apakah mereka adalah orang yang rajin menjaga kebersihan dan kerapian, penuh persiapan, dan lain sebagainya. Jika di dalam tas hanya terdapat dompet, ponsel, tisu dan tabir surya, bisa disimpulkan bahwa si pemilik adalah orang yang tidak suka ribet. Juga hemat, karena ia terbiasa membeli barang yang diperlukan saja. Tas yang berisi lipstik, blush-on, dan perlengkapan berdandan lainnya, menunjukkan pemiliknya sangat mengutamakan penampilan di atas segalanya.
Kalau Renae? Yang tidak hafal apa saja isi tasnya, karena saking banyaknya? Selain dompet, ada ponsel, tisu, tabir surya, lipbalm, kacamata hitam, pengisi daya ponsel, pulpen, obat-obatan pribadi, slip, plester luka ... saking susahnya didaftar benda apa saja yang ada di sana, Renae percaya hanya piring dan gelas saja yang tidak bisa ditemukan. Isi tas Renae bukan menunjukkan Renae pemalas, tapi menunjukkan Renae adalah orang yang memiliki banyak kegiatan dan tanggung jawab besar, secara profesional, sehingga tidak ada waktu untuk mengatur isi tasnya. Semua langsung dicemplungkan begitu saja. Kalau butuh sesuatu, bingung sendiri mengaduk-aduk.
"Ini baru pertama kali aku membuka tas orang lain. Kondisi gawat darurat." Halmar membela diri. "Aku pakai logika. Kamu bilang kamu biasa nyeri haid seperti ini. Jadi aku berasumsi kamu pasti pernah ke dokter dan diberi pain reliever. Di mana lagi kamu menyimpannya? Kalau bukan di black hole* yang kamu sebut tas itu."
"Lain kali aku nggak akan memaafkan kelancanganmu." Renae meminum obatnya. Tidak perlu tanya kenapa Renae tidak melakukannya sedari tadi. Karena dia terlalu lelah untuk mencari obat tersebut di dalam tasnya yang, benar kata Halmar, sudah seperti lubang hitam tak berdasar.
"Aku akan membongkar tasmu lagi kalau kondisi gawat darurat seperti ini." Halmar mencium kening Renae sebelum meletakkan gelas bekas Renae di meja. "Kamu boleh marah padaku setelahnya. Hell, kalau kamu ingin bertengkar dan berdebat setelah kamu sembuh, aku akan melayani. Yang penting kamu nggak kesakitan lagi."
"Halmar!" Renae menjerit frustrasi. Untuk menemukan pil, laki-laki itu menumpahkan seluruh isi tas Renae di atas meja. "Beresin lagi!"
"Ada permen kedaluwarsa. Ini apa? Hand sanitizer? Sudah kering. Kamu koleksi bon, ya? Pantas benda ini berat. Isinya sampah." Halmar menyortir isi tas Renae.
Renae hanya bisa ternganga menatap Halmar yang membaca satu per satu slip yang menumpuk di tas Renae. Kenapa ada laki-laki sebaik ini di dunia? Kenapa Renae tidak berkenalan dengan Halmar tujuh tahun yang lalu? Sebelum Renae bertemu kembali dengan Jeff. Seandainya Halmar yang menjadi suaminya, mungkin mereka masih menikah meski tidak memiliki anak. Meskipun anak mereka meninggal, Halmar pasti akan selalu berada di sisinya, menggenggam tangannya, meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja. Mereka akan selalu melewati masa sulit bersama dan Halmar tidak akan pernah menyalahkannya.
Halmar bisa diandalkan. Lihat saja bahunya. Kuat dan kukuh. Disuruh menyangga beban seberat dunia pun Halmar akan mampu dan tetap berdiri tegak. Jika sekarang mereka sedang berada di atas kapal yang nyaris tenggelam, dengan tenang Halmar akan mengambil sekoci dan berusaha menyelamatkan sebanyak mungkin orang. Laki-laki seperti Halmar akan selalu mendahulukan keselamatan dan kebahagiaan orang-orang yang mereka cintai.
Wanita mana yang tidak menginginkan laki-laki seperti Halmar dalam hidup mereka? Sebagai pasangan hidup, kalau bisa. Renae termasuk dalam kelompok wanita tersebut. Tetapi berbeda dengan mereka, Renae tidak akan pantas memiliki Halmar sebagai suami.
Dada Renae sesak memikirkan semua itu. Kenapa takdir Renae mempertemukan dengan Halmar, membiarkan Renae berangan-angan menjadi kekasih Halmar, kalau pada kenyataannya Renae dan Halmar tidak mungkin bersatu? Bayangan hari-hari terburuk selama masa pernikahannya dengan Jeff menyeruak ke permukaan. Memikirkan itu membuat Renae seperti diingatkan bahwa dirinya tidak—
"Re, what's wrong? Masih sakit?" Halmar duduk di samping Renae dan menarik Renae ke pelukannya. "Kenapa kamu menangis?"
"Hormon." Renae membenamkan wajahnya di leher Halmar. Karena sibuk menghitung berbagai kenyataan yang menyakitkan, tanpa sadar air mata mengalir di pipi Renae. Ditambah, perubahan hatinya, dari sedih—mengingat Jeff—ke bahagia—karena ada Halmar di sini, hanya untuknya—begitu drastis. Sampai Renae tidak tahu harus bereaksi seperti apa selain menangis.
Oh, betapa mudahnya menganggukkan kepala, mengiakan permintaan Halmar untuk menjalin hubungan lebih dari teman, dan memberikan kesempatan kepada Halmar untuk menjadi bagian dari hidup Renae. Walau tidak untuk selamanya. Dengan begitu, setidaknya Renae sempat menikmati pelukan Halmar seperti ini.
"Aku nggak suka dengan hormon yang membuatmu menangis," gumam Halmar pelan.
Renae tertawa di antara air matanya. "Sama. Aku ingin sendirian pada hari-hari seperti ini. Ingin sendirian melewati rasa sakit ini. Aku nggak suka orang lain melihatku ... nggak berdaya. Aku nggak suka orang lain melihatku nggak bisa mengendalikan diriku sendiri. Aku selalu ingin semua orang memandangku sebagai wanita yang kuat. Aku ingin mereka percaya sedikit rasa sakit nggak akan membuatku disfungsi."
Kalau menyangkut organ kewanitaan, Renae sadar memang dirinya lemah. Sangat lemah. Sampai tidak memiliki keinginan untuk hamil. Karena depresi, sudah berusaha sedemikian rupa, tapi tetap menstruasi. Sudah hamil, tidak mampu menjaga kehamilannya hingga tuntas sembilan bulan.
Dulu semasa menikah, setiap kali datang bulan, hati Renae hancur berkeping-keping. Hal terakhir yang dibutuhkan Renae adalah pengingat yang rutin datang setiap bulan, yang mengumumkan tidak adanya sel telur yang berhasil dibuahi. Renae gagal hamil. Renae lagi-lagi mengecewakan suami dan ibu mertuanya. Hati dan jiwanya semakin luluh-lantak saat harus memberi tahu Jeff mengenai kabar buruk tersebut. Tanggapan Jeff, yang hanya mengangguk dan memaksakan sebuah senyum, semakin membuat Renae merasa tidak berguna.
"Besok kita coba lagi," kata Jeff tanpa ekspresi.
Lambat laun seks tidak lagi tentang cinta dan kebahagiaan, melainkan hanya sebuah proses yang terpaksa mereka lakukan untuk mendapatkan keturunan. Keduanya sama-sama tidak antusias—bahkan Renae tersiksa selama prosesnya—tapi kalau tidak melakukan, bagaimana mereka akan punya anak?
Beberapa kali Renae berpikir apakah Jeff mencari kepuasan di luar sana? Bersama wanita lain. Sebab jelas Jeff tidak mendapatkan itu dari pernikahan mereka. Dari percintaan mereka. Untungnya kecurigaan Renae tidak pernah terbukti. Selain bersama Renae, Jeff menghabiskan waktu dengan bekerja. Bahkan di rumah pun Jeff lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan bersama lembar kerja dan laptop.
Renae ingin semua orang berpikir bahwa tak kunjung hamil bukan masalah besar baginya. Bahwa satu kenyataan pahit itu tidak mengganggu Renae dan tidak memengaruhi jalannya rumah tangganya. Bahwa Renae tetap bahagia dan mensyukuri rezekinya yang lain. Oleh karena itu Renae selalu menyuruh dirinya untuk selalu kuat dan berusaha bersikap biasa saja pada hari-hari seperti ini. Pada hari dia datang bulan, Renae mengungkung kesedihan, kekecewaan, dan berbagai perasaan negatif lainnya di dalam hati. Tidak dibiarkan keluar. Renae baru menangis dan meratap ketika sedang sendirian.
***
PERTANYAAN: ISI TASMU KAYAK APA? HAHAHA
*Area atau ruang di ruang angkasa di mana tarikan gravitasi begitu kuat. Tidak akan ada satu benda pun yang bisa menyelamatkan diri—bahkan cahaya sekalipun—dari sedotan black hole. Semua yang melintas atau berada di dekat balck hole akan dipadatkan supaya cukup masuk ke dalamnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top