DUA PULUH DELAPAN

Last update untuk The Promise of Forever. Buku ini sudah ada kontrak penerbitan dengan Elex Media Komputindo. Kamu bisa membaca The Promise of Forever secara lengkap di aplikasi Gramedia Digital, hanya dengan Rp 49.000,-(pssst... akhir bulan bisa diskon sampai 50%) dengan membeli Fiction Premium Package. Nggak hanya The Promise of Forever, dengan paket tersebut kamu bisa membaca semua judul bukuku disana.

Single edition e-book The Promise of Forever tersedia di app Gramedia Digital dan Google Play.

Buku cetak tersedia di toko buku kesayanganmu.

Jangan lupa ikuti cerita adiknya Halmar, Lamar, di Right Time To Fall In Love.

Kalau kamu memiliki pertanyaan silakan hubungi aku di IG/Twitter/FB/TikTok ikavihara, WA 083155861228

***

Setelah membereskan kotak-kotak bekal dan memastikan tidak ada remah makanan tercecer, Halmar dan Renae menutup rapat-rapat keranjang piknik. Semua sampah dibawa pulang. Supaya bau dan sisa makanan tidak mengundang hewan-hewan datang.

"Aku tidur siang, ya, biar nggak ngantuk waktu nyetir nanti." Halmar berbaring terlentang, melipat tangan di bawah kepala sebagai bantal.

"Kita bisa gantian." Renae menawarkan diri meski belum pernah menyetir jarak jauh. "Kecuali kamu merasa disopiri wanita akan mengganggu kejantananmu sebagai laki-laki."

"Nggak ada sesuatu di dunia ini yang bisa mengurangi kejantananku. Kalau kita bawa mobilku, kita bisa gantian. Tapi kita pakai mobil Elmar. Aku nggak mau kamu merasa bersalah kalau terjadi apa-apa pada mobil itu. Lagi pula Elmar tahunya aku yang meminjam. Bisa saja dia nggak mengizinkan kalau kamu yang menyetir." Halmar meraih tangan kanan Renae dan meletakkan di kepalanya. Meminta Renae melarikan jemarinya di sana.

Renae menuruti. Jari-jarinya menyisir rambut Halmar dari atas ke bawah. Sama dengan Elmar, rambut tebal Halmar berwarna seperti madu. Atau karamel. Sesuatu yang manis. Semanis semua perhatian Halmar. Rambut Halmar lembut. Mudah diatur, tapi Halmar seperti tidak mau repot mengurus rambut di pagi hari. Tidak seperti rambut Jeff yang kaku. Mungkin karena Jeff terlalu banyak memakai bahan kimia di sana semenjak muda.

Everything about them seems so right together. Warna kulit, rambut, dan mata mereka berbeda. Kuning langsat, hitam legam, dan cokelat bersanding dengan pirang gelap, cokelat, dan biru. Perpaduan yang tidak biasa. Tanpa bisa dicegah, Renae membayangkan seperti apa rupa anaknya kelak. Walaupun Halmar memiliki ayah berkulit putih, tapi warna kulit Halmar lebih gelap daripada kulit Renae. Sepertinya menurun dari ibu Halmar.

"Cuma delapan belas persen orang di dunia yang punya mata biru."

"Hmmm?" Mata Halmar terbuka lagi.

"Nggak apa-apa, aku ngomong sendiri, kok."

"Kamu suka jalan-jalan ke mana, Re?"

Renae menengadahkan kepala, membiarkan sinar matahari yang tidak terlalu panas—yang menerobos sela-sela pohon rindang—menimpa wajahnya. "Aku jarang jalan-jalan di sekitar sini. Malah jauh-jauh seperti ke Labuan Bajo." Lebih sering lagi jalan-jalan ke luar negeri bersama Jeff. Kalau dihitung-hitung, berapa banyak uang yang mereka belanjakan di negara lain? Siapa yang menikmati hasilnya? Bukan orang Indonesia.

"Ini memalukan, sih," lanjut Renae. "Uang kami lebih banyak lari ke luar negeri. Padahal tempat wisata lokal seperti ini memerlukan bantuan kita untuk terus bertahan, berkembang, dan semakin banyak masyarakat yang mendapat manfaat."

"Aku nggak menyangka tiketnya murah sekali." Halmar tertawa pelan. "Mungkin ini adalah kencan termurah yang pernah kulakukan."

"Yang mahal belum tentu bisa membuat kita bahagia."

"Aku mau kita banyak melakukan sesuatu yang baru, yang menyenangkan seperti ini, yang sama-sama belum pernah kita lakukan."

"Aku juga ingin," bisik Renae sambil meneliti wajah Halmar.

Hingga detik ini, Renae belum juga percaya bahwa ini semua bukan mimpi. Siapa yang menyangka Renae bersedia mengizinkan seorang laki-laki masuk ke dalam hidupnya, hanya berselang setahun setelah perceraiannya. Baru seminggu yang lalu Renae ketakutan saat Halmar tidak sabar ingin menjalin hubungan lebih dari teman. Tetapi lihatlah sekarang. Saat Halmar memindahkan kepalanya ke pangkuan Renae, Renae sangat tergoda untuk menunduk dan mencium bibir Halmar.

Dan Renae melakukannya. Menempelkan bibirnya di bibir Halmar.

"Wow, what's that for?" Halmar, yang tidak menyangka Renae akan menciumnya duluan, terkejut.

"Ungkapan terima kasih karena kamu mengajakku ke sini."

Setelah menegakkan badan, Renae menyentuh rambutnya sendiri. Segera setelah pernikahannya dengan Jeff resmi berakhir, Renae memotong rambut panjangnya. Dari menyentuh tengah punggung menjadi di atas bahu. Pada saat itu, Renae mencanangkan tekad dia baru akan membuka hati lagi, saat rambutnya sudah kembali mencapai tengah punggung.

Sekarang baru menyentuh ketiak, tapi Renae sudah nyaris kehilangan hatinya kepada laki-laki luar biasa ini. Laki-laki yang memperlakukan Renae dengan sangat istimewa. Seperti Renae adalah satu-satunya wanita paling berharga di dunia. Renae hanya perlu mengeluarkan satu kata 'ya' dan setiap hari Halmar akan menghujani Renae dengan bukti cinta. Tidak hanya kepada Renae, Halmar akan menunjukkan kepada dunia sebesar apa cintanya kepada Renae.

Renae tersenyum pedih. Dulu saat masih pacaran dan awal menikah, Jeff juga memperlakukan Renae seperti itu. Seperti Renae adalah wanita terbaik di dunia. Hingga kabar buruk demi kabar buruk mengenai kegagalan Renae terus berdatangan. Kenyataan ini sungguh sulit ditelan. Love is great until it lets you down.

Berdasarkan pengalaman, perhatian, dan cinta dari seorang laki-laki kepadanya tidak akan pernah bertahan selamanya. Jadi mulai sekarang, sebisa mungkin Renae akan melindungi dirinya dari rasa sakit yang sama. Walaupun dalam prosesnya, Renae harus kehilangan Halmar.

Kenapa hidup menempatkannya pada posisi sulit sekali lagi? Renae menarik napas. Menyetujui kencan pertama ini mungkin adalah sebuah kesalahan. Karena kini Renae memiliki keinginan yang amat besar untuk mengakhiri pertemanan dengan Halmar, lalu memulai hubungan baru sebagai sepasang kekasih.

Tidak akan ada guna Renae mengingkari perasaannya terhadap Halmar. Renae tertarik pada Halmar. Renae menyukai Halmar. Bukan tidak mungkin Renae sudah jatuh cinta kepada Halmar, seandainya Renae tidak punya kontrol diri yang baik.

Renae tidak tahu apakah dia punya cukup keberanian untuk mengambil risiko. Demi bisa mencicipi cinta Halmar walaupun hanya sesaat saja. Sama seperti Jeff, suatu hari nanti Halmar akan meninggalkannya. Jika itu terjadi, tinggallah Renae sendiri dan sekali lagi harus memunguti hati yang berserakan.

Tidak. Renae tidak akan mengambil risiko. Renae akan tetap bertahan di dalam zona nyaman. Sebab tidak ada harapan untuk masa depan bersama Halmar. Seandainya Halmar tidak meninggalkannya, Renae yang harus pergi. Atau selamanya Halmar tidak akan memiliki kesempatan menjadi ayah.

"Renae, aku bohong padamu."

"Bohong?" Renae tidak ingat Halmar pernah berkata tidak jujur kepadanya.

"Aku pulang ke Indonesia bukan karena merindukanmu. Aku datang ke sini karena aku ingin mendapatkan dirimu. Ingin memilikimu. Sebagai istriku."

Jemari Renae—yang masih terkubur di rambut tebal Halmar—berhenti bergerak.

"Aku jatuh cinta padamu, Renae. Aku nggak tahu kapan dan bagaimana itu terjadi. Mungkin saat pertama kali kita bertemu di pernikahan Alesha. Mungkin saat kamu memaksaku makan di kantin rumah sakit. Mungkin pada salah satu malam, di mana aku merasa sedih karena Mama meninggal, dan kamu selalu menjawab teleponku.

"Aku baru bilang sekarang karena aku perlu waktu untuk meyakinkan diriku kalau ... apa yang kurasakan kepadamu benar-benar cinta. Bukan karena aku ingin mengisi kekosongan yang ditinggalkan ibuku."

"Halmar—"

"Sekarang tidak ada lagi keraguan dalam hatiku. Aku mencintaimu."

"Halmar, aku—"

Halmar menempelkan telunjuk di bibir Renae. Mencegah Renae mengeluarkan alasan untuk menolak cintanya. "Aku menyampaikan perasaanku padamu bukan karena aku ingin kamu membalasnya. Aku hanya ingin kamu tahu. Kalau memang harus, aku akan menunggu seratus tahun sampai kamu bisa mencintaiku. Berani mencintaiku."

"Bagaimana kalau aku nggak bisa ... mencintaimu ...nggak pernah bisa mencintaimu?"

***

Baca selengkapnya cerita ini dalam buku The Promise of Forever dari penerbit PT Elex Media Komputindo. Tersedia di seluruh toko buku di Indonesia Minggu I Desember. Edisi spesial bisa didapatkan di Shopee/Tokopedia ikavihara. E-book akan bisa dibaca di Gramedia Digital dan Google Play tahun 2022 nanti. Koleksi bab ekstra bisa dibaca di karyakarsa.com/ikavihara.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top