6. Embracing the Dark

Kegelapan menggelayuti langit di atas mereka, dan udara terasa tegang, dipenuhi dengan janji-janji balas dendam. Cheonsa merasakan dorongan kuat dalam dirinya, kekuatan yang telah lama terpendam, siap untuk dieksplorasi. Dalam momen yang tak terduga, dia memutuskan untuk menggunakan kekuatannya dan bertransformasi menjadi ular. Dalam wujud baru ini, kulitnya berkilau dengan nuansa gelap yang menarik perhatian, dan mata berwarna kuningnya bersinar dengan kecerdasan yang tajam.

Dengan gerakan yang anggun dan menggoda, Cheonsa mendekati Alwin, yang berdiri terpaku melihat transformasinya. Dia meluncurkan suara lembut, "Apa kau siap untuk memulai perjalanan ini? Kekuatan kita bisa menjadi senjata yang mematikan."

Alwin merasakan ketertarikan yang mendalam, namun di dalam hatinya ada keraguan. Saat ia mengamati sosok Cheonsa, ia teringat akan rahasia gelap yang dia miliki—rahasia yang berkaitan dengan keluarganya. Pertanyaan muncul di benaknya. Apakah Cheonsa akan mengkhianatinya seperti yang dilakukan orang-orang di masa lalunya? Namun, di saat bersamaan, Cheonsa adalah satu-satunya yang peduli padanya; satu-satunya yang mempercayainya.

"Cheonsa," suara Alwin bergetar, "apa kau yakin ini jalan yang benar? Aku merasakan ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar balas dendam."

Cheonsa menghentikan langkahnya, mendekat dan menatap dalam-dalam ke mata Alwin. "Kau harus mempercayai dirimu, Alwin. Kita adalah dua jiwa yang terluka, dan kekuatan ini bisa membawa kita ke puncak. Kemenangan adalah milik kita jika kita bersatu."

Alwin terdiam, terjebak dalam tatapan Cheonsa. Di dalam dirinya, dia tahu betapa berbahayanya jika mengizinkan perasaannya tumbuh, tetapi kekuatan Cheonsa menariknya seperti magnet. Dia bertekad untuk tidak mengecewakannya, untuk tidak kehilangan orang yang mungkin adalah sekutunya.

Mereka mulai berlatih bersama. Cheonsa menunjukkan kepada Alwin bagaimana mengontrol elemen di sekitarnya. Ia mengajarinya cara memanipulasi flora, mengeluarkan bunga-bunga yang menakjubkan dari tanah, hanya dengan memfokuskan energinya. Alwin bisa merasakan aliran kekuatan baru yang mengalir di dalam dirinya, menumbuhkan rasa percaya diri yang sebelumnya tidak pernah dia miliki.

Namun, di balik keindahan itu, keraguan terus menghantuinya. Dalam momen-momen tertentu, dia merasa seolah Cheonsa menyembunyikan sesuatu yang lebih besar, lebih gelap. Saat Alwin berhasil menciptakan sebuah pohon yang berkilau dengan cahaya magis, keindahan itu membuatnya terpesona, tetapi kegelapan di dalam hatinya semakin membesar.

"Alwin," Cheonsa berkata dengan nada menggoda, "lihat betapa kuatnya dirimu sekarang. Kita bisa melakukan lebih banyak hal—bukan hanya sekadar mengubah flora, tetapi mengendalikan alam semesta ini. Bersamaku, kau bisa mendapatkan semua yang kau inginkan."

Kata-kata Cheonsa seperti racun manis yang mengalir dalam darahnya. Meskipun dia tahu ada konsekuensi yang harus dibayar, rasa ingin tahunya mendorongnya untuk mengeksplorasi lebih jauh. Dalam pelukan kegelapan, mereka menjadi semakin dekat, seolah-olah mengabaikan semua yang bisa menghancurkan mereka.

Klimaks latihan mereka terjadi saat Alwin, terbuai oleh kekuatan dan pengaruh Cheonsa, secara tidak sengaja mengeluarkan ledakan energi, menciptakan gelombang tanaman yang menjulang tinggi. Momen itu menyatu dengan irama lagu "Monster" yang menggema dalam pikirannya, membuat jiwanya bergetar. Namun, saat Alwin melihat hasilnya, rasa takut dan keraguan kembali melanda pikirannya.

Dia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa kekuatan ini mungkin datang dengan harga yang harus dibayar. "Cheonsa," dia berkata perlahan, "apakah semua ini benar-benar untuk kita? Atau untuk kepentinganmu sendiri?"

Cheonsa, dengan senyuman yang penuh misteri, menjawab, "Semua kekuatan ini adalah untuk kita. Kita tidak bisa mundur. Dan kita tidak bisa membiarkan siapa pun menghalangi kita."

Alwin mengangguk, meskipun hatinya dipenuhi keraguan. Dia tahu bahwa ia telah terjebak dalam jaring Cheonsa—sebuah hubungan yang berpotensi membawa keduanya pada kehancuran atau kemenangan yang mengubah segalanya.

Mereka berdiri berdampingan, dua jiwa yang diliputi kegelapan, bersiap untuk memasuki babak baru dari kehidupan mereka—suatu perjalanan yang akan menuntut segala sesuatu dari mereka, termasuk kepercayaan satu sama lain. Dengan tekad yang bulat, mereka melangkah ke dalam bayang-bayang, siap untuk mengeksplorasi kekuatan yang telah lama terpendam.

[Masih harus direvisi]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top