11. The Cursed Knight

Cheonsa duduk di atas singgasana bayangan kekuasaannya. Dengan sihir gelap, pengikut setia, dan pengaruh yang menyebar luas, ia merasa hanya tinggal satu hal yang dibutuhkan untuk melaksanakan rencana balas dendamnya yang lebih besar—sebuah pasukan militer. Pasukan yang dapat melibas musuh-musuhnya tanpa ampun, dan lebih dari itu, dipimpin oleh seseorang yang tak dapat dikalahkan.

Rumor tentang sosok ksatria legendaris yang terkutuk, Eros, mulai berhembus ke telinganya. Eros, seorang ksatria tangguh, telah lama mengasingkan diri ke dalam hutan belantara setelah terkena kutukan mengerikan yang membuatnya tak bisa merasa cinta, dan tak bisa mati. Kutukan itu hanya bisa dipatahkan oleh cinta sejati, namun tak ada yang berani mendekati pria itu—kutukannya begitu kuat, membuat siapa pun yang mencoba mendekat terluka atau mati.

Cheonsa tidak butuh cinta untuk menyelamatkan siapa pun, apalagi ksatria itu. Namun, kutukan Eros bisa menjadi keuntungan besar baginya. Jika dia bisa mengendalikan kekuatannya, ksatria terkutuk itu bisa dijadikan pemimpin militer dari pasukan yang dia rencanakan untuk membalas dendam. Dia tahu betul cara memutar situasi untuk keuntungannya.

Dengan senyuman penuh rencana, Cheonsa menyiapkan strategi. Dia memutuskan untuk mencari Eros. "Dia butuh cinta untuk mematahkan kutukannya," pikirnya sinis. "Tapi aku tidak akan memberinya cinta. Aku akan memberinya tujuan. Dan itu lebih dari cukup untuk membuatnya takluk."

Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan melalui hutan belantara yang gelap dan berbahaya, Cheonsa akhirnya tiba di daerah di mana Eros dikatakan mengasingkan diri. Hutan itu terasa hidup dengan aura yang menakutkan—pohon-pohon yang tampak memutar dan mencengkram tanah seperti cakar, dan angin yang berembus dengan nada-nada menyeramkan.

Ketika Cheonsa melangkah semakin dalam, sosok tinggi dan bersenjata lengkap muncul dari bayangan hutan. Di hadapannya, berdiri Eros, ksatria yang legendaris namun terlupakan. Tubuhnya besar dan berotot, namun tatapannya kosong dan hampa, seakan tak ada lagi kehidupan yang tersisa dalam dirinya selain kebencian yang mendalam terhadap kutukan yang terus membelenggu jiwanya.

"Kau siapa?" suara Eros terdengar kasar dan dalam, penuh ketidakpedulian.

"Cheonsa Custadio, Putri Kerajaan Citrus." Cheonsa menatap Eros yang berdiri tegap, tubuhnya kokoh dan penuh bekas luka, sebuah representasi dari penderitaan dan kutukan yang selama ini membelenggu dirinya. Di bawah sorotan rembulan yang temaram, sang ksatria tampak begitu kuat, namun dari sorot matanya, Cheonsa bisa merasakan kehampaan dan rasa kesepian yang mendalam. Kutukan itu bukan hanya merenggut kekuatan Eros, tapi juga kemampuannya untuk mencintai.

"Aku bisa membantumu, Eros," ucap Cheonsa dengan suara lembut namun penuh keyakinan. "Kutukanmu... hanya bisa dipatahkan oleh cinta sejati. Dan aku tahu kau sudah lama menantikan hal itu."

Eros menoleh tajam, matanya yang penuh luka berkilat dengan kecurigaan. "Cinta sejati?" katanya dengan nada penuh cemooh. "Kau ingin membuatku percaya pada hal bodoh itu? Kau ingin memanfaatkanku, sama seperti yang lain. Kau ingin mengambil keuntungan dari kutukan ini."

Cheonsa tersenyum, seringai kecil yang mengandung makna lebih dalam. "Aku tidak pernah berkata bahwa aku akan mencintaimu dengan tulus. Tapi aku bisa memberi apa yang kau inginkan. Sebuah kebebasan dari kutukan yang menghancurkanmu... dan mungkin sedikit lebih dari itu."

Langkah Cheonsa maju lebih dekat, tangannya terulur, menyentuh wajah keras Eros dengan lembut, menghilangkan jarak di antara mereka. Sentuhan itu seperti sebuah janji. "Aku tahu apa yang kau butuhkan, Eros. Bukan hanya kekuatan, tapi keintiman. Cinta yang bisa mematahkan kutukanmu dan membebaskanmu dari rasa sakit ini."

Eros, meskipun ragu, bisa merasakan dirinya goyah. Kutukan yang telah membelenggu dirinya selama bertahun-tahun telah menumpulkan semua rasa, meninggalkannya dengan kebencian dan penyesalan. Tapi tawaran Cheonsa... ia bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda. Bukan cinta tulus, tapi sebuah tawaran yang menggoda—sesuatu yang bisa memberi dirinya kebebasan, bahkan jika itu hanyalah ilusi.

"Kau menawarkan kebebasan dari kutukan ini... dengan cinta yang kau ciptakan?" gumamnya dengan getir, namun tatapannya sudah mulai melembut.

"Benar," balas Cheonsa, senyum misterius di wajahnya. "Kau bisa mendapatkan apa yang kau inginkan. Kekuatan, kebebasan... dan bahkan cinta. Tapi, untuk itu, aku ingin sesuatu darimu. Aku butuh seorang pemimpin militer, seseorang yang bisa memimpin pasukan untuk balas dendamku. Dan kau, Eros, adalah orang yang tepat."

Eros diam, terperangkap antara keinginan untuk bebas dan kecurigaannya terhadap niat Cheonsa. Tapi tawaran itu terlalu menggoda untuk ditolak. Mungkin, dengan Cheonsa, ia bisa mendapatkan kebebasan dari kutukannya. Dan mungkin, meski itu hanya sementara, dia bisa merasakan apa itu cinta—atau setidaknya, ilusi yang mirip dengannya.

"Aku akan menjadi pemimpin pasukanmu, tapi jangan pikir aku bisa kau kendalikan begitu saja, Cheonsa," katanya dengan nada tajam, meskipun di hatinya, ia tahu dirinya telah tergoda.

Cheonsa tertawa kecil, senyuman licik menghiasi wajahnya. "Oh, aku yakin kau tidak akan mudah dikendalikan, Eros. Tapi kita akan lihat... seberapa jauh kau bisa bertahan."

[Masih harus direvisi]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top