8. Klan Chizuuru di Utara

The Prince's Secret

Chapter 8

Klan Chizuuru di Utara

Ia tersentak ketika pengawal mengatakan kalau kunjungan dari Kerajaan Matahari telah tiba beserta dengan rombongannya, Ryunosuke menyambut Kepala Klan Achiromaru yang terlihat semuda dirinya, hingga ia menatap agak lamat lelaki berambut cokelat pendek tersebut. Di belakang sosok itu ada dua orang yang terlihat memiliki peran penting bagi sang kepala klan. Lelaki Hakudoshi itu menyambut dengan sapaan dan saling memberi hormat, mengajak sang pemimpin berserta orang-orang yang datang untuk menikmati kemewahan istana ini terlebih dahulu, dan mengistirahatkan tubuh yang telah menempuh perjalanan selama berhari-hari untuk menuju kerajaannya.

"Ryunosuke-Douno, istana Hakudoshi ini sangatlah indah, dan desa kalian pun sangat memesona. Sungguh kehormatan bagi kami Klan Achiromaru bisa mengunjunginya. Negeri kami dilimpahi padang pasir, dan sangat jarang tumbuhan hijau tumbuh di tanah kami, itu sebabnya kami melakukan pertukaran untuk memenuhi kebutuhan, dengan emas dan perak, juga minyak yang bergelimpang di tanah tandus kami." Achiromaru Akashi, sang kepala klan muda dan raja Kerjaan Matahari mendudukkan dirinya di ruangan yang terlihat seperti tempat pertemuan mereka. Lelaki itu mengambil gelasnya dan mengajak Ryunosuke untuk bersulang meminum teh yang telah disediakan.

Ryunosuke tersenyum, ia membalas perkataan sang kepala klan dengan gaya bicaranya yang amat berbeda.

"Tak ubahnya seperti yang Anda katakan, Douno. Setiap negeri memiliki keistimewaan masing-masing. Walau saya belum sempat menginjakan kaki di negeri padang pasir yang luar biasa, yang terkenal dengan Gurun Neraka. Donou, saya mendengar di sana adalah tempat pelatihan terbaik tentara elit yang akan menjaga kedamaian wilayah, sangat luar biasa."

Akashi tersenyum, memang tempat itu adalah salah satu kebanggaan negeri padang pasir yang selalu bisa menciptakan para prajurit tangguh, hingga mereka memiliki pertahanan wilayah yang amat kuat.

"Anda terlalu memuji, Douno. Hutan Kematian pun tak kalah mengagumkan."

Mereka saling melempar senyum, masing-masing orang berpengaruh itu menikmati waktu mereka untuk berbasa-basi dan membahas hal ringan di acara pertemuan pertama ini.

"Douno, maafkan saya jika ini termasuk kelancangan. Namun, saya sempat mendengar kabar, bahwa Aoda-Douno tengah terbaring sakit? Apakah benar adanya?"

Kepala Ryunosuke mengangguk untuk merespons pertanyaan Akashi. Hela napas pun Akashi berikan karena dirinya cukup mengenal sang calon ketua klan, bagaimana pun aliansi Kerajaan Matahari dan Kerajaan Langit sudah berjalan selama beberapa generasi.

"Kalau diperkenankan, saya ingin menjenguk Aoda-Douno, Ryunosuke-Douno."

Mereka lalu melangkah, hanya Ryunosuke dan Akashi juga dua orang pengawal elit Kerjaan Matahari yang mengikuti mereka di belakang. Berjalan ke ruangan peribadi sang kakak, ketika beberapa langkah lagi akan sampai, pengawal yang berjaga di depan pintu langsung masuk untuk memberi tahu kepada sang pemilik kamar bahwa Ryunosuke berkunjung ke ruangan itu.

Samar-samar, Akashi dan Ryunosuke mendengar suara Aoda. Mereka lalu menggeser pintu dengan sopan dan berjalan sambil menundukkan tubuh bersimpuh, Aoda jauh lebih tua dari Akashi dan lelaki itu sangat menghormati sang sulung yang beberapa kali mengajarinya tentang makna kehidupan saat bertemu dulu.

Terhalang oleh pembatas tirai yang terbuat dari bambu, Ryunosuke dan Akashi melihat siluet lain yang sedang duduk di dekat Aoda di samping futon.

"Kemarilah."

Kedua lelaki itu mengangguk dan Ryunosuke menyibakkan tirai agar Akashi bisa melewatinya. Mereka pun duduk di dekat sang calon kepala klan yang sekarang dibantu seorang gadis untuk mendudukkan dirinya.

"Apakah masih terasa sakit, Tuan Muda Aoda?" Shizuka yang sedang melakukan jadwal pengobatannya pun menanyakan kondisi Aoda, walau seharusnya mereka belum selesai melakukan pemicuan aura kehidupan Aoda, yang sedang dicoba dilakukan Shizuka hanyalah pemurnian jiwa untuk menghalau rasa Sakit.

Aoda menggeleng, lelaki berambut panjang dan memiliki mata yang hangat itu tersenyum saat pandangannya teralihkan kepada tamu agung.

"Ah, si nakal Akashi, lama tak berjumpa. Kau telah menjadi ketua klan Achiromaru dan Raja dari negeri Matahari sekarang, hm." Aoda tampak berbicara formal dengan Akashi, lelaki berambut cokelat itu tersenyum sesaat, namun saat matanya menangkap kondisi tubuh Aoda yang memprihatinkan, murung itu terbesit di hati.

"Aoda-Douno, lama tak berjumpa. Dan sekarang suatu kehormatan bagi saya untuk bekerja sama dengan si jenius Hakudoshi yang tersohor di berbagai negeri." Lelaki itu menganggukkan kepala dan bersujud, menunjukkan rasa hormat yang dijunjung tinggi.

"Jangan melebihkan, kau sekarang bahkan memiliki jabatan yang melebihiku, Douno. Ah, kau sudah bertemu dengan adikku ini, bagaimana dia?"

Akashi pun menjelaskan kalau Ryunosuke adalah orang yang menyenangkan, dan hal itu membuat Aoda sedikit terbahak, walau akhirnya dihentikan oleh Shizuka yang merasa takut jika Aoda berlebihan dalam tertawa, kondisi tubuh lelaki itu sangat lemah bagaimana pun juga.

"Douno, saya tak menyangka keadaan Anda sampai seperti ini? Adakah yang bisa kami bantu untuk kesembuhan Anda?"

Aoda menggelengkan kepala, ia lalu menatap Shizuka yang berada di sampingnya sebagai pengawas kesehatan dirinya.

"Tidak, aku memang lemah sejak lahir, kau tahu itu karena kau menyaksikanku yang demam hanya karena tak bisa menyesuaikan diri dengan suhu gurun dahulu saat kunjungan pertamaku. Lagi pula, kami telah memiliki tabib yang cocok, perkenalkan ini adalah Chizuuru Shizuka, dia yang telah merawatku selama hampir seminggu." Gadis itu menganggukkan kepala dan membungkukkan badan bersimpuh untuk memberi salam, kemudian langsung dihentikan Akashi dengan mengatakan tak perlu sesungkan itu.

"Ah, Onna. Kau berasal dari klan Chizuuru bagian utara? Aku dengar klan dan kuil suci Yukimura telah terbakar belasan tahun silam, semua yang berkuasa bahkan para Houshi dan Miko Chizuuru telah menghilang seperti ditelan bumi, maafkan perkataanku, Onna. Tapi apakah benar yang kutanyakan?"

Tentu saja Akashi cepat-cepat meminta maaf saat ia melihat perubahan raut pada wajah Shizuka, yang awalnya terlihat tenang menjadi terkejut dan gusar. Entah hanya perasaannya saja, tetapi sepertinya gadis di samping Aoda ini sama sekali tak menahu dengan apa yang telah ia katakan.

"K-kuil Yukimura di bagian utara?" dan benarlah yang diperkirakan lelaki berambut kecokelatan itu, bahwa Shizuka sama sekali tak mengetahuinya.

"Apa maksudmu, Douno?" suara Ryunosuke menginterupsi setelah beberapa saat terjadi keheningan.

"Entahlah, aku hanya teringat dengan kuil suci Yukimura saat mendengar namanya, di sana klan Chizuuru dengan para Miko maupun Houshi tinggal dan menjadi pelindung dari tanah utara. Saya dengar mereka memiliki kemampuan spiritual bahkan untuk memasang sejenis kekkai, dan menyebabkan tanah utara selalu damai karena terjaga dari pertempuran."

Jari-jari yang ada di dagu membuat gestur Akashi terlihat sedang berpikir.

"Ah, begitukah." Ryunosuke melirik Shizuka yang juga entah mengapa menatap wajah dingin tuan muda bungsu yang sekarang tersenyum amat tipis.

"Tetapi, jika mereka bisa membuat sejenis kekkai, bagaimana mungkin mereka bisa menghilang? Kebakaran itu dan hancurnya kuil? Aku ingat ciciue pernah membicarakan hal ini kepada ojiisama. Hanya saja waktu itu aku mencuri dengar." Aoda pun menggali ingatannya. Ia tak pernah berpikir kalau Shizuka mungkin saja adalah keturunan langsung dari klan Chizuuru yang telah musnah.

Akashi hanya menggelengkan kepala, sepetinya ia tak banyak tahu dan hanya sebatas itu saja.

.

.

.

Saat malam tiba, jamuan pun dimulai. Para bangsawan berpengaruh yang bekerja untuk Hakudoshi maupun Achiromaru berada dalam satu tempat. Di sana, sosok Ryunosuke sebagai tuan rumah memimpin jalannya makan malam sebagai tanda penghormatan antar pihak yang terlibat dalam kerja sama kerajaan. Suasana khitmat terjadi, sebagian dari mereka masih saling bersulang untuk menikmati hidangan.

Para dayang masih sibuk melayani para douno, menuangkan sake dan memberikan kudapan yang mereka inginkah. Walau suasana ramai itu sangat terasa bahkan di sekitar istana, Shizuka yang berada di kediaman pribadinya hanya bisa termenung, memikirkan perkataan sang kepala klan dari tanah Matahari.

Ia lalu membuka lipatan gulungan kain yang membawa barang-barang pribadinya, memindahkan lipatan kimono dan menemukan sebuah sapu tangan yang membungkus sesuatu. Ia ambil kain itu, dan dibukanya sisi-sisi yang terlipat, hingga menampakkan sebuah gelang mungil berukir namanya.

Jarinya mengusap untaian kata itu, hela napas dikeluarkan. Ketika usianya 15 dahulu, sang nenek menjelaskan kalau dirinya bukanlah bagian dari desa mereka. Ia adalah seorang bayi yang ditemukan mengalir di sungai dekat hutan, dan nenek Chiyo yang berbaik hati mengasuhnya dan membesarkannya seperti cucu sendiri. Namun, wanita tua itu berpendapat kalau dirinya harus mengetahui tentang kebenaran ini.

Pikiran yang awalnya tengah berasumsi tentang jati diri, sekarang berpindah kepada kesehatan Aoda yang lebih memburuk. Shizuka bahkan tak bisa menyetabilkan jiwa Aoda, kegiatan mereka selama beberapa hari ini untuk memancing aura kehidupan Aoda dari jiwanya, tidak terlalu berpegaruh terhadap tubuh mati pria itu. Walau ada hasil, tetapi tetap saja kerusakannya lebih cepat daripada penyembuhan itu sendiri, hal yang harus dilakukan untuk menyelamatkan jiwa Aoda adalah dengan membunuh sang iblis yang menyelimuti istana.

Hakudoshi Ryunosuke, ia harus bisa setidaknya meyakinkan pria itu bahwa yang dilakukannya ini salah dan menyiksa kakaknya sendiri. Atau jika tidak berhasil juga, terpakasa ia harus membocorkan kebenaran ini kepada Aoda, bahwa biang semua permasalahan ini adalah Ryunosuke sendiri.

Ketika masih termenung dengan pemikirannya, tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka. Bunyi gesekan itu terdengar dan Shizuka yang berada di ruangan yang temaram melihat sosok yang sudah tak asing lagi karena sedang dihukum untuk terus berada di dekatnya sebagai penjaga.

Lelaki berambut panjang dan dikuncir tinggi itu menunjukkan gurat kelelahan di wajah, mendekatinya dan duduk di dekat meja rendah, menuangkan ocha hangan yang tersedia dan menegukkan setelah memijat pangkal hidungnya yang berdenyut. Pengaruh sake masih dirasakannya, namun kesadarannya masih baik.

"Anda ... baik-baik saja?"

Lelaki itu mengangguk, Shizuka langsung berdiri dan duduk di dekat Ryunosuke yang wajahnya agak memerah, gadis itu langsung membuatkan ramuan untuk meredakan mabuk, yang terbuat dari campuran air, madu, jahe dan jeruk nipis. Ia mengaduknya di dalam teko yang dipanaskan dengan tungku kecil yang tersedia di atas meja. Saat campuran sudah mendidih, Shizuka lantas menuangkan ke dalam gelas yang terbuat dari tembikar dan memberikannya kepada Ryunosuke yang duduk di seberang meja.

"Ini untuk pereda dari efek sake, akan membuat perut Anda nyaman dan meredakan pusing."

Ryunosuke menerima gelas itu, ia meniup-niup sedikit dan menegukknya secara perlahan, seperti yang dijelaskan Shizuka, perlahan rasa tak nyaman yang diciptakan dari minuman beralkohol itu pun mereda. Efek dari jahe membuat tubuhnya langsung menghangat, ia pun merasakan kenyamanan yang meliputi dirinya.

Tuangan cairan itu kembali diberikan Shizuka saat gelas Ryunosuke telah kosong, seperti sedia kala, ia memberikan tiupan kecil untuk kembali dinikmati.

"Bagaimana keadaan Aoda?"

Lelaki itu telah menatapnya dan sesekali meneguk cairan hangat itu.

Ada hela napas yang dapat didengar Ryunosuke, menjadikan diri lelaki itu teratensikan kepada sang gadis yang terlihat gusar.

"Walau saya sudah mencoba dengan energi spiritual yang saya miliki, dan tubuhnya merespons apa yang saya lakukan, tetapi tetap saja kerusakan itu lebih cepat daripada penyembuhannya. Saya takut, kita tak akan sempat, dan itu mengancam kemurnian jiwa tuan muda Aoda."

"Apa maskudmu, Shizuka?"

"Saya memiliki seorang shisou yang merupakan miko dari kuil suci di desa, dan saya yang memang bisa mengendalikan energi spiritual sejak kecil pun belajar kepada beliau untuk mengusir momonoke yang sering mengganggu saya karena ketertarikan mereka terhadap aura khas yang saya miliki," ucapan Shizuka terhenti.

"Langsung saja Shizuka," geraman itu terdengar, entah hanya perasaan Ryunosuke, tetapi sepertinya Shizuka sangat sengaja untuk bertele-tele di depannya.

Mata tajam itu menelisik, gadis ini terlihat gelisah dan ada yang ingin dikatakannya, namun masih dipikirkan masak-masak. Seperti kata Aoda, Shizuka terlalu gampang dibaca.

"Jika tubuh Tuan Muda Aoda hancur sebelum jiwanya dilepaskan, maka ia tak akan bisa bereninkarnasi lagi. Bukan hanya itu, tuan muda akan menjadi arwah penasaran dan tak akan bisa disucikan, sehingga akhirnya ia akan tenggelam di dalam nereka."

Kerutan alis mengambarkan Ryunosuke yang terlihat tak suka dengan penjelasan Shizuka, gadis ini terlalu lancang menceramahinya, dan berbicara tanpa melihat dengan siapa dia sedang berbicara.

Entah karena pengaruh alkohol, Ryunosuke merasakan kemarahan di dalam dadanya. Namun, sebisa mungkin ia menahan diri dan berpikir waras karena bagaimanapun ia masih berada di dalam hukuman Aoda.

"Klan Chizuuru yang tersohor dengan kekuatan spiritualnya, tak kusangka sekarang berada di depan mataku." Entah apa maksud Ryunosuke mengatakan ini semua kepada Shizuka, hingga membuat gadis itu mengerutkan alis.

Ryunosuke sendiri hanya ingin mengeluarkan apa yang terbesit di kepalanya. Ia benar-benar kesal karena Shizuka seperti mendiktenya tentang keadaan sang kakak.

.

.

.

Bersambung.


Douno: Tuan Muda untuk gelar penguasa atau raja dalam bahaas Jepang.

Nona.

Pelindung/penghalang.

Kakek.

Tuan besar.

Arak beras.

Roh jahat/hantu.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top