7. Raja Muda Kerajaan Matahari
Decak malas mengakhiri perang batin dalam diri Ryunosuke, jika bukan demi sang kakak dan tubuh yang akan diperbaiki, Ryunosuke sudah pasti menolak mentah-mentah hal ini. Sementara itu, Shizuka menyoroti tubuh sang bungsu dengan pandangan spesial yang dimiliki, ia bisa melihat dan merasakan kalau lelaki yang berada di hadapannya sekarang ini menekan jauh-jauh energi iblis pada tubuh, sehingga Ryunosuke seperti lelaki biasa pada umumnya, aura murni lelaki itu indigo dan mirip seperti Shizuka. Apa artinya Ryunosuke juga memiliki kemampuan mengendalikan kekuatan spiritual?
Saat mengamati lebih jauh tubuh sang bungsu, tiba-tiba saja Shizuka terbelalak, ia melihat Ryunosuke menyeringai menggodanya. Ternyata lelaki itu sadar betul kalau Shizuka sedang menebak-nebak tentang dia.
Menyebalkan sekali dia ini.
Mereka pun memulainya, Aoda ditidurkan dengan kimono bagian atas yang dilepaskan, tubuh pucat itu benar-benar terlihat menyedihkan. Otot-otot perut Aoda terlihat ada yang membiru karena pembusukan dari dalam, saat jari Shizuka menekannya, bagian itu akan membentuk cekungan lembek, tidak seperti tubuh para pria sehat yang jika disentuh maka akan dirasakan otot mereka yang keras.
"Saya akan mencobanya."
Lengan kimono bercorak bunga itu digulung dan ia ikat menggunakan kain ke belakang bahu, sementara Ryunosuke diperintahkan untuk duduk di belakang Shizuka, dengan memegang kedua bahu mungil yang ia punya. Awalnya Shizuka sempat terkejut karena ternyata tangan Ryunosuke memang berat dan lebih bertenaga, ia berjengit tak nyaman saat Ryunosuke meremas kecil kedua pundaknya.
Sekarang Shizuka menganggukkan kepala, bertanda akan segera memulainnya, sementara Ryunosuke dan Aoda terlihat memerhatikan sang gadis yang tengah berkonsentrasi. Dan bola mata oniks sang bungsu bisa melihat kerliban cahaya yang mengelilingi Shizuka, jangan lupakan aura suci yang sekarang berkibar dari dalam diri sang gadis.
Jika mata manusia biasa seperti Aoda yang melihat, maka telapak tangan Shizuka yang berada di dada Aoda sama sekali tak mengeluarkan apa pun, namun lain halnya dengan yang dilihat Ryunosuke. Mata lelaki itu menangkap kedua telapak tangan itu mengeluarkan cahaya dengan pedar putih, yang membuat energi spiritual Shizuka tersalurkan ke dalam tubuh kakaknya. Keringat mulai membasahi tubuh Shizuka, dan Ryunosuke sendiri bisa jelas merasakan hal itu karena tangannya berada di bahu mungil sang gadis.
Napas Shizuka sudah terngah-engah dan Ryunosuke mulai membuka aura manusianya untuk menguatkan sang gadis yang sudah terlihat tak bertenaga. Hingga pedar yang awalnya akan memudar sekarang kembali seperti sedia kala. Shizuka mengerutkan alisnya, ia melihat kalau Aoda sedang membuka mata menatap langit-langit ruangan pribadinya dengan pandangan kosong. Sulung Hakudoshi itu sedang dalam kondisi tak sadarkan diri karena jiwanya sendang dipancing Shizuka untuk merespons tubuh yang mati. Hingga Shizuka tak tahan lagi dan tubuhnya gemetar, ia lunglai dan melepaskan tangannya dari penjagaan diri, tubuhnya terjatuh bersandar kepada Ryunosuke yang sedang menjadi penopangnya.
"Oy?"
Ryunosuke mengguncang tubuh Shizuka, gadis itu bersandar penuh di dadanya, dengan wajah mendongak dan mulut yang terbuka karena mencoba meraup udara sebanyak mungkin, pakaian mereka basah karena perbenturan energi yang beberapa kali terjadi, aura iblis di sekeliling istana tak memberikan kemudahan untuk Shizuka dan Ryunosuke.
Walau lelah, setidaknya Ryunosuke tak berkondisi seperti Shizuka yang sekarang masih gemetaran. Tanpa sadar, manik tajam lelaki itu menyoroti tubuh Shizuka yang tak bertenaga dan pasrah kepada keadaan. Ryunosuke hanya bisa medecak, gadis ini berlebihan dalam menggunakan kekuatan spritualnya. Ia pun hanya bisa menghela napas dan membagi energinya agar Shizuka setidaknya bisa lebih mengendalikan diri. Tatapan matanya beralih kepada sang kakak yang masih seperti sedia kala, seperti boneka yang tak merspons apa pun di sekitarnya. Kemungkinan Shizuka belum menetralkan jiwa Aoda, itu sebabnya sang sulung masih berada di ambang dua dunia.
"Kau bisa lanjutkan? Kau tahu, kau berlebihan hingga aku juga menjadi sangat lelah."
"Tetapi ... Tuan Muda Aoda, tubunya mulai merespons."
Kedua telapak tangan Ryunosuke mendoro bahu Shizuka, agar gadis itu bisa kembali duduk di tempatnya seperti sedia kala.
Bahu kecil gadis itu dan punggungnya tercetak jelas dari balik kimono berbahan sederhana yang Shizuka bawa dari rumahnya sendiri, hingga menjadi pemandangan tersendiri bagi diri Ryunosuke.
Ck, sial.
"Saya akan menetralkan jiwanya."
.
.
.
Sinar yang tajam saat dipandang mata, namun terkesan sangat indah, kini perlahan menghilang di balik ufuk barat. Hari yang semakin menggelap, disambut dengan ceria oleh lolongan anjing liar yang banyak hidup di dekat hutan. Suhu mulai menurun, tak seterik siang tadi, itu sebabnya terlihat pengawal mulai menyalakan perapian di salah satu kamar orang paling dihormati di istana ini.
Seorang pemuda dan beberapa dayang yang diperintahkan sedang dengan hati-hati membantu sang tuan muda untuk membuka pakaiannya. Mereka duduk tak jauh dari Aoda yang sekarang memakai kimono tidur yang lebih tipis dan nyaman.
"Tuan Muda Ryunosuke." Lelaki yang diserukan namanya pun menyahut dengan menggunakan gumaman. "Sebaiknya Anda juga beristirahat karena besok pagi Anda harus melakukan pertemuan dengan Kerajaan Matahari, untuk menggantikan Tuan Muda Aoda."
Desah napas terdengar, dan Ryunosuke hanya bisa menganggukkan kepalanya, ia lalu membungkuk hormat kepada sang kakak dan bersegera menuju ke ruangan pribadinya.
Mereka selesai sore tadi, memancing aura kehidupan Aoda sangatlah sulit, sang tabib sendiri sampai pingsan dan harus diangkatnya menuju kamar yang telah disediakan. Kabarnya, sampai sekarang si tabib belum juga terbangun. Tentu saja, stamina gadis itu benar-benar habis karena terlalu memaksakan diri. Walau tubuh kakaknya sudah merespons, tetap saja seharusnya sang gadis bisa berspekulasi kalau kakaknya tak mungkin langsung sembuh seratus persen.
Akibat memaksakan kehendak hanya karena menemukan hal baik, sekarang mereka menjadi kelelahan setengah mati.
Ryunosuke sendiri mengira kalau ia akan tak sadarkan diri seperti Shizuka. Ketika selesai, Shizuka langsung terjatuh dengan menyandar di dadanya, bahkan mendapati bobot tubuhnya bertambah karena sang gadis, menyebabkan dirinya pun ikut terjatuh ke lantai. Awalnya ia tak peduli, karena rasa lelah itu terlalu mengunci pikirannya, namun setelah beberapa saat mengistirahatkan diri, Ryunosuke terbelalak karena mendapati dirinya berada di bawah tubuh Shizuka. Gadis itu berkali-kali mengeluh kecil dalam ketidak-sadaran.
Bukannya ia mengambil kesempatan atau apa? Ryunosuke bahkan tak bisa menggerakkan tangan dan kaki, ia begitu lemas hingga lebih memilih memejamkan mata untuk mengisi tenaga. Entah beberapa lama tertidur, Ryunosuke mendapati dirinya dibangunkan sang kakak dengan panggilan berkali-kali, mungkin Aoda menganggap kalau posisi tidur mereka sangat tidak sopan, sekali lagi Shizuka masih berada di atas dada Ryunosuke.
Akhirnya, ia pun bisa menggerakkan diri, bangkit dari tidurnya dengan perlahan karena Shizuka juga masih memejamkan mata. Batinnya mendesah lega karena kakaknya terlihat lebih berwarna, sang kakak lalu tersenyum dan menanyakan kepada dirinya, apakah ia bisa berjalan ke ruangan pribadinya? Lelaki yang lebih muda itu menganggukkan kepala, lalu membawa Shizuka ke gendongan kedua lengannya dan berpamit diri kepada Aoda. Cukup menguras tenaga saat membawa tubuh sang gadis dalam setiap langkahnya, namun sekali lagi seperti sumpahnya beberapa hari lalu, kalau ini adalah tanggung jawabnya karena sekarang Shizuka berada di dalam naungannya.
Ryunosuke memejamkan mata, ketika ia teringat pesan penasihat, bahwa harus segera mengistirahatkan diri untuk pertemuan esok pagi. Menggelar futonnya, ia pun mulai menutup kelopak agar berlabuh ke negeri abstrak.
.
.
.
.
.
.
Hari ini suasana istana terlihat lebih berbeda, entah hanya perasaan Shizuka saja, namun sejak membuka mata, ia menemukan keadaan istana yang berbanding terbalik tak seperti saat ia pertama kali memijakkan kaki di kediaman Hakudoshi. Taman luas itu rapi dan terurus, kolam ikan dipenuhi dengan ikan koi yang menari-nari dengan warna beragam di tubuh. Pelayan-pelayan berhilir mudik di depannya, mengangguk saat bertatap muka dan kembali menjalankan tugas dengan cekatan.
Alis gadis itu terangkat saat ia menemukan sang calon penguasa berpakaian berbeda dari beberapa hari lalu. Dengan kimono kebesarannya yang berukir rajawali dan benang emas mengkilap, lelaki itu melewatinya tanpa memedulikan kehadirannya bersama beberapa orang yang terlihat memiliki wewenang di kediaman ini.
Mereka membicarakan sesuatu, samar-samar sang gadis yang memberi hormat kepada sang wakil calon penerus klan dan raja itu dapat mendengar pembicaran mereka. Alisnya mengerut kembali, saat ucapan tentang ketua Klan Achiromaru dari Kerajaan Matahari akan tiba beberapa saat lagi untuk membicarakan kerja sama mereka dalam bidang pengamanan dan perluasan wilayah.
Hakudoshi Ryunosuke menunggu di ruangan pribadinya, beberapa kamar telah disiapkan untuk tamu yang akan hadir nanti, ruangan rapat dan penjamuan sudah tersedia. Saat sedang menghela napasnya karena memikirkan kemalutan istana sebab keadaan sang kakak yang selalu sama, Ryunosuke mendengar suara pengawal yang menyerukan kedatangan sang jendral dan penasihat sang kakak.
"Masuklah."
Kedua orang yang berpengaruh di istana pun lekas memberikan hormat dengan bersimpuh di atas lutut. Terlihat wajah berwibawa Daito Ran dan juga Sano Juugo yang sekarang memberi salam kepadanya.
"Tuan Muda Ryunosuke, persiapan sudah selesai. Tuan Muda Aoda sudah berpesan agar Tuan Muda bisa menahan diri jika terjadi perdebatan yang alot. Maafkan kelancangan yang sudah hamba katakan, beliau sangat mengkhawatirkan keadaan Tuan Muda karena seharusnya ini adalah tanggung jawab beliau." Ran terlihat masih menundukkan kepalanya, rambut cokelat yang dibiarkan tergerai kini terjatuh ke dada saat ia mengangkat kepala untuk mendengarkan suara sang tuan, ruangan pribadi dibatasi tirai yang terbuat dari bambu pun tak pelak membuatnya lancang untuk sekadar menatap langsung wajah sang tuan, lelaki itu hanya menatap sebatas leher dan masih menunggu dengan sabar.
"Aku mengerti, ini adalah pertama kalinya untukku. Katakan terimakasih kepadanya selepas ini."
"Baik, Tuan Muda."
"Lalu, bagaimana dengan keamaannya, Jendral Juugo?"
Sang lelaki pun mengangguk patuh, seperti yang dilakukan penasihat dari Aoda sebelumnya, Juugo juga mengeluarkan gestur yang sama.
"Saya sudah mengamankan setiap wilayah yang akan dilewati oleh rombongan Klan Achiromaru di distrik Hakudoshi. Masing-masing saya siapkan penjagaan yang ketat, agar meminimalisir terjadinya penyerangan atau pemberontakan. Bukan hanya itu, saya juga memperketat pintu keluar-masuk desa, dan di dalam istana. Masing-masing terbagi dalam regu yang berjumlah sepuluh orang dengan diketuai oleh komandan regu. Begitu, Tuan Muda."
Ryunosuke menganggukkan kepalanya, semuanya berjalan sesuai seperti yang diperkirakan. Walau ini adalah tugas sang kakak, namun lambat laun dirinyalah yang akan mendapat gelar kepala Klan Hakudoshi maupun raja negeri ini. Posisi yang tak diinginkannya. Apalagi ia merasa dirinya tak cocok dan tak sebijaksana sang kakak dalam mengayomi masyarakat.
Sampai kapan aku bisa mempertahankannya.
Batinnya mendadak sakit, memikirkan salah satu takdir terkejam yang akan segera terealisasikan kembali. Sesuatu yang dengan gamblang telah diubahnya, melawan kodrat Dewa dan rela menjadi bagian dari kegelapan. Demi sosok yang disayanginya sepenuh hati, demi melihat tatapan hangat itu, demi senyuman yang tak ingin dihilangkan. Ryunosuke rela tenggelan dalam kegelapan demi yang berharga.
.
.
.
Bersambung.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top