38. Wujud Sempurna Shizuka
BAB XXXVIII
Wujud Sempurna Shizuka
Akashi terengah, lengannya dan sebagian tubuhnya terasa ngilu karena terhantam batuan ataupun tubuh para pasukan. Laki-laki itu bangkit, dan menatap Sotaru dalam diam, hingga menyadari kalau sesuatu yang mengikat lehernya adalah rantai yang berasal dari tangan Sotaru.
Suara gedebum kembali mengalihkan tatapan Shizuka yang masih terfokus kepada Akashi dan Sotaru. Ia kembali berkonsentrasi untuk menghadapi Ryunosuke yang sedang memanfaatkan kekuatan iblis yang dikendalikan. Dirinya tak seperit dahulu yang ketika dihempaskan pedang raksasa itu, langsung terpelanting dan tak sadarkan diri, sekarang ia lebih kuat walau merasa kelelahan karena tekanan energi Ryunosuke yang memang mengerikan.
Mata emerald kembali melebar, kala ia menyaksikan tubuh Sang Kegelapan bertransformasi menjadi sesuatu yang lebih besar, aura yang lebih pekat dan tekanan yang membuatnya gemetaran, Ryunosuke dalam keadaan seperti ini tak pernah dilihatnya dahulu dan ia tak tahu kalau kekuatan terlarang itu bisa sampai sebesar ini.
Bum!
Pedang yang ada di tangan sosok itu semakin besar dan mengerikan, kilat listrik keluar ketika ditabrkankan dengan kekkai yang mengelilingi pasukan Kerajaan Langit.
Shizuka tersentak, napasnya terasa tercekik kala pedang Ryunosuke terus merongrongnya, hingga ia tertekan bukan main.
Kuda-kuda perang mulai merasa resah karena tekanan itu bertambah kuat dengan mengerikan. Para pasukan yang kebingunan, lantas berbondong-bondong turun dari tunggangannya, hingga kuda-kuda berlari menjauh dari sosok Ryunosuke yang mengerikan. Shizuka terkaget, saat kuda yang ditunganginya mengikik tajam dan tiba-tiba mengangkat kedua kaki depan, hingga membuat tubuhnya terhempas ke tanah dan merasakan gilu di beberapa bagian.
Salah satu kapten yang menyaksikan nyonya besar itu terjatuh, pun dengan sigap mendekati, membantu tubuh itu untuk duduk kembali.
"Nawaki," bisik Shizuka yang sekarang sudah kembali berdiri.
Gadis yang sempat kehilangan konsentrasi itu, lalu memfokuskan pikirannya kembali, ia tetap teguh untuk mempertahankan kekkai agar tak dirusak Ryunosuke yang sekarang semakin menunjukkan keberingasan.
Hantaman kembali terjadi, tangan Shizuka gemetar, tubuhnya basah oleh keringat. Dan saat itu matanya terbelalak ketika sesuatu menghantam telak tubuh Sang Kegelapan yang mengamuk, hingga ledakan terjadi dengan mengerikannya.
Suara ledakan yang menggemuruh hingga menggema ke wilayah yang mereka pijak kembali membuat mereka terhenyak, gemetar dan terpelanting kala tanah kembali bergoyang dengan lebih dahsyat. Beberpa meter dari tubuh Shizuka, ia melihat Sotaru berdiri dengan sesuatu yang tampak menakutkan, sosok yang ia kenali sebagai seorang yang sangat baik hati.
"A-Akashi-Douno," bisiknya kaku.
Bum!
Suara retakan kali ini terdengar, setelah gemuruh hantaman dari pedang kembali mengenai kekkai Shizuka, ternyata serangan dari sosok mengerikan Akashi yang nyaris seperti iblis tak melukai sedikitpun tubuh Ryunosuke dengan aura kelamnya.
Shizuka terhempas, jika tak ada Nawaki di belakangnya, mungkin saja ia sudah terguling-guling di pasir yang panas. Darah merembas dari bibirnya, ia terbatuk pelan dengan napas yang terengah karena menghadapi tekanan dari Ryunosuke.
Tubunya gemetaran, ia dipegangi Nawaki yang sekarang menatpnya dengan khawatir, rambut cokelat ikalnya basah karena peluh yang tiada hentinya mengaliri diri.
Bola mata Ryunosuke melebar, ia menyaksikan sendiri Shizuka yang terluka akibat dari penyerangan yang ia lakukan, hatinya gusar, kalut karena melihat sang gadis tercinta menderita karenanya. Tak ada laki-laki di dunia ini yang menginginkan gadis yang dicintainya kesakitan seperti ini, apalagi karena ulahnya sendiri. Aura Ryunosuke ditekannya, hingga Sang Kegelapan kembali tertelan di dalam tubuh, lingkup kekelaman energi itu tak terlihat lagi bagi mata telanjang, hilang seolah ditelan bumi, namun sosok Ryunosuke masihlah dalam kondisi iblisnya dengan rambut panjang dan kulit kecokelatan.
Ia menggeram, rekatak yang ia buat, menyebabkan Shizuka terluka dan terbatuk darah, ia tak menyangka kalau akibatnya akan sefatal ini. Masih berkelut dalam kekhawatiran, Ryunosuke terbelalak saat sesuatu datang dengan cepat dan mengenai perutnya, ia tak sempat menghalaunya dengan prisai Sang Kegelapan, hanya sebagian dan belum sempurna, hingga menyebabkan tubuhnya terkena serangan musuh berupa bola ledakan seperti yang sebelumnya dengan mudah dihalaunya.
Bum! Duar!
Suara itu menggelegar, tubuh Ryunosuke terpelanting, terguling, hingga menabrak para pasukan perangnya sendiri, ia terseret beberapa meter karena tekanan kuat yang menghantam perutnya.
Suara ledakan memenuhi pendengaran dua pasukan perang.
"Ryunosuke!" teriak Shizuka, gadis itu melunturkan kekkainya tanpa ia sadari, berdiri dan menyaksikan orang yang dicintainya terkapar tak berdaya.
Sotaru tertawa, terbahak karena menyaksikan Akashi yang berhasil menyerang sang kepala klan Hakudoshi. Wujud Akashi yang dikuasi iblis, dengan fisik nyaris menyerupai monster di sebagian tubuh. Seragan bola energi yang mengakibatkan ledakan dahsyat cukup mengenai perut Ryunosuke, laki-laki itu tak sempurna menghalau serangan dengan kekuatan iblis yang dikendalikannya. Walau hanya secara tak langsung mengenainya karena Ryunosuke menggunakan sebelah sayapnya untuk melindungi diri, tetapi ia merasakan efek ledakan yang menghantam perutnya, hingga menyebabkan keadaannya menjadi terluka cukup parah dengan rembasan darah yang mengalir dari perutnya.
.
.
.
Ngingggg!
Telinga yang berdengung membuat Ryunosuke tak bisa bergerak sedikit pun, tubuhnya kaku, tatapanya buram dan nyaris menghitam, ia terkapar di tanah dengan darah yang menghiasi perut dan dada. Susah payah ia mencoba menahan kesadarannya agar tak pingsan karena serangan musuh, namun hal itu tak semudah yang ia kira karena untuk sekarang ini mengangkat kepala pun ia sudah tak bisa.
Tubuhnya dibiarkan telungkup, dengan kepala disandarkan penuh ke atas pasir. Napas terengah karena nyeri yang terus menggerogoti tubuh. Sayap mengepak-mengepak, salah satunya telah hilang dikarenakan ledakan yang menghantam dan menyebabkan hancur tak bersisa, meninggalkan salah satunya yang kemudian menyusut dan menghilang dari balik punggung.
Wujud iblisnya masih bisa dipertahankan, seseorang datang dengan cepat, itu adalah Rei yang tiba-tiba sudah ada di depan mata, meski pandangan Ryunosuke masih cukup buram untuk mengenali langsung sang paman. Suara familier pun menyadarkan kalau yang sedang memanggil namanya adalah Rei, laki-laki itu lalu mengangkat tubuhnya, dan membantunya untuk mendudukkan diri.
"Ryunosuke! Oy! Ryunosuke!"
Juugo yang berada cukup jauh dari Ryunosuke hanya bisa menyaksikan sang tuan, walau dirinya juga merasa khawatir, namun karena melihat kekkai yang dimiliki Kerajaan Matahari telah menghilang, dirinya pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Teriakan langsung membangkitkan semangat para prajurit, mereka berlari menyerang pasukan musuh yang sudah tak memiliki pelindung yang mengelilingi.
Riuh perang terjadi, kedua kubu saling menyerbu dengan senjata mereka masing-masing, pedang-pedang dilayangkan, tombak dilemparkan, hingga anak panah dilesatkan. Saling tangkis, dan menyerang, membunuh musuh masing-masing demi mengambil gelar kemenangan.
"Untuk Aoda-Douno dan Ryunosuke-Douno, serang!" gelegar suara pasukan Kerajaan Langit menyertai serangan demi serangan yang mereka lakukan, memperjuangkan kemenangan Kerajaan mereka.
Dari arah berlawanan, Shizuka masih menatap sosok yang telah memenjara hatinya, di balakangnya ada Nawaki yang memegangi pundak, menahan agar Shizuka tak limbung karena kehilangan daya. Mata emerald itu melebar, menatap Ryunosuke yang terkapar di tanah, air matanya menetes kala ia melihat Ryunosuke didudukkan dengan kondisi yang memprihatinkan.
Nawaki tak mengerti, awalnya ia hanya ingin melindungi sang nyonya, namun alisnya mengerut kala ia menyaksikan perubahan wujud yang tak terduga. Rambut cokelat ikal itu memutih dan memanjang hingga helainya tergeletak di pasir, bola mata yan awalnya hijau kini berubah menjadi kuning keemasan dan bersinar, serta adanya pedar cahaya yang mengelilingi tubuh sang gadis Chizuuru.
"Ryunosuke." bibir itu berbisik, gemetar suaranya bisa didengar Nawaki.
Tiba-tiba, auman mengerikan terdengar oleh Shizuka, lantas tatapannya langsung berpindah kepada sumber datanganya suara. Ia terhenyak, saat menyadari laki-laki yang disayanginya dan selalu bisa menenangkannya, kini terlihat tersiksa dengan tubuh mengerikan dan tak bisa dikendalikan. Akashi mengamuk, mengeluarkan sesuatu dari mulutnya yang terbuka lebar, energi positif dan negatif terkumpul, Kerajaan Langit dan ledakan pun kembali menggetarkan pasir yang mereka pijak.
Setetes air mata kembali mengaliri pipi, Shizuka meremas tengah dadanya, menatap dalam Akashi yang terlihat tersiksa dengan keadaan ini, leher lelaki itu diikat rantai yang hanya bisa dilihat olehnya, jika melawan dan mencoba melepaskan diri, maka rantai tersebut akan memerah seolah membakar leher Akashi.
"Graaaarrrgggg!"
.
.
.
Aura Ryunosuke menggelap, ia mencoba menyembuhkan luka dengan energi Sang Kegelapan. Rei yang ada di belakangnya mengawasi, merasakan energi yang meningkat hingga perlahan-lahan luka Ryunosuke bisa disembuhkan, hal ini cukup berisiko untuk dilakukan karena jika salah langkah bisa saja jiwanya akan tenggelam bersama sang Kegelapan.
Tatapan mata perak Ryunosuke menajam, ia menyaksikan Shizuka yang berfisik berbeda. Wujud itu lagi, yang pernah disaksikannya saat berada di kediaman Akashi. Ryunosuke mengerutkan alisnya, gadis itu sedang menatap kepada Akashi yang sepertinya tengah diluar kendali. Ia harus bisa menghentikan Akashi, agar laki-laki itu tak menghabisi pasukanya dengan senjata mematikann itu.
"Ryunosuke, kau tak masalah dengan pemulihan ini? Cukup berisiko untuk kaugunakan."
Mata laki-laki bungsu Hakudoshi itu memejam, bibirnya ia gigit, pemulihan sebentar lagi selesai. Walau ia tak akan bisa mendapatkan keutuhan sayapnya lagi, setidaknya lukanya bisa ia sembuhkan.
"Aku sudah lebih kuat, Paman. Seperti yang kujelaskan, walau ada kalanya dia berusaha untuk memasuki dan memakan energi spiritualku, tapi aku masih cukup kuat untuk ditaklukkan."
Napas Ryunosuke dikeluarkannya dengan lambat, sekali lagi memfokuskan energi spiritualnya, menekan sang Kegelapan yang mencoba menghitamkan jiwanya. Ryunosuke bersyukur karena dia adalah orang yang bisa mengendalikan energi spiritual dengan baik, dia adalah orang yang spesial sama seperti Shizuka.
Laki-laki itu lantas berdiri, meningkatkan energi dan menatap sang paman ketika dirinya telah dipenuhi aura sang Kegelapan. Ia akan menghentikan Akashi terlebih dahulu, untuk menyelamatkan pasukannya. Ia tak punya pilihan, meski harus menghilangkan nyawa pemimpin Kerajaan Matahari yang sekarang kehilangan kendali dari tubuh. Terlalu sulit baginya menyerang Sotaru karena Akashi ada di depan lelaki itu.
"Biar Paman yang melakukannya, kauurus saja Akashi, Ryunosuke. Lalu, apakah yang berhadapan dengan kita adalah tubuh aslinya? Laki-laki itu bisa memakai sihir kagutsu, bukan?"
Ryunosuke mengerutkan alis, ia menatap Sotaru yang masih gencar terbahak karena melihat kekacauan yang disebabkan laki-laki itu. Ryunosuke lantas menggeleng, ia tak tahu yang berhadapan dengan mereka apakah benar tubuh asli Sotaru atau hanya boneka sihirnya.
"Kita serang saja!"
Rei menganggukkan kepala, dan ia mulai terbakar api biru yang berasa dari kekuatan mata perak, perlahan-lahan menghilang untuk berpindah tempat. Sedangkan Ryunosuke berlari kencang untuk mendekati Akashi yang masih menjadi senjata terkuat Kerajaan Matahari.
Saat jarak antara Akashi dan Ryunosuke nyaris hanya tinggal beberapa meter ketika sebentar lagi Rei nyaris tiba di belakang Sotaru, sedang Ryunosuke telah mengacungkan tinju untuk menghantamkannya ke wajah Akashi, tiba-tiba saja kilatan petir menyambar tubuh Rei. Laki-laki yang merupakan adik dari ayah Ryunosuke pun terpelanting, tubuhnya tersengat kilatan petir hingga menimbulkan ruam-ruam luka karenanya.
Kilatan listrik menyetrum hingga tubuhnya mati rasa, Rei tergeletak, tak disangka kalau tubuh Sotaru dilindungi kekuatan sihir seperti itu.
Ryunosuke yang melihat Sotaru masih terfokus oleh Rei, pun tak ingin melewatkan kesempatan, namun sebelum pukulan itu melayang ke wajah Akashi, sesuatu yang kuat menghalanginya. Matanya yang perak perlahan melebar, kala ia melihat kristal hijau yang menghalaunya untuk menyerang sang pemimpin Kerajaan Matahari.
Ia terdiam, terpaku karena menatap Shizuka yang ada di sampingnya, sementara Akashi berteriak mengerikan karena merasa panasnya rantai tak kasat mata. Shizuka melidungi Akashi? Kenapa gadis itu terlalu berpihak kepada Kerajaan Matahari? Apa yang meyebabkan hal itu terjadi? Ryunosuke menggeram di dalam hati, mendelikkan mata menunjukkan sorot marah, baik sebelum Ryunosuke maupun Sotaru menyadari karena sibuk melawan Rei, Shizuka telah melakukan sesuatu yang membuat Ryunosuke tercengang untuk yang kesekian kalinya.
Shizuka dengan kekuatannya memutuskan rantai yang membelenggu leher Akashi, dengan sekali hempasan tangan saja, kemudian tangan sang gadis yang dilingkupi pedar cahaya pun menyentuh tengah dada Akashi, membuat kilau pada mata laki-laki berambut kecokelatan pendek itu kembali menghampiri. Sosok mengerikan keluar dari dalam tubuh Akashi, berbentuk aura kelam tanpa tubuh, jeritan menggelegar pun terdengar dan kemudian sirna diembus angin gurun yang panas. Tubuh monster Akashi rontok menjadi pasir, mengembalikan diri sang lelaki seperti sedia kala.
Mereka semua terdiam, Ryunosuke tak mengeluarkan suaranya walau ia ingin mengatakan sesuatu. Sementara Akashi masih mengambil napas karena merasa lelah, Shizuka membantunya berdiri dan menatap Ryunosuke yang ada di depan mereka.
"Hentikan, aku mohon. Kau juga tahu kalau Akashi-Douno dikuasai sesuatu," bisiknya lirih. Suasana perang yang mengerikan tak mereka pedulikan, Shizuka ingin kedua belah pihak melakukan gencaan senjata.
Dalam perang ini, jika Sotaru bisa dikalahkan Ryunosuke, maka mereka akan terlepas dari ancaman.
Dari jarak yang tak cukup jauh, Sotaru melihat sesuatu yang susah payah dikendalikannya kini hancur karena kekuatan yang dimiliki gadis Chizuuru. Sihir yang sudah lama dipelajarinya, dengan mudah dihempaskan Shizuka yang notabenya baru menguasai kekuatan klan. Laki-laki itu menggigit bibirnya hingga berdarah, menatap sosok yang tengah berbicara di suasana perang dengan ketua klan Hakudoshi.
Sotaru menggeleng-gelengkan kepalanya cepat, segala yang direncanakannya berakhir sudah, gadis itu sangat licik karena mengambil kesempatan di situasi perang. Gadis itu berniat menggunakan Hakudoshi untuk memusnahkannyakah?
Sialan! Sialan! Sialan! Chizuuru,sialan!
Tangannya gemetar karena kemarahan, kemudian menggenggam gagang pedang dengan erat, dan mengeluarkannya dari sarung pedang. Menatap sejenak Rei yang masih tidak berkutik karena dilingkupi sihir listriknya, dan berlari dengan segenap kekuatan, dengan cepat berniat menghabisi gadis Chizuuru dengan tikaman pedang.
Kubunuh kau! Tak akan kuampuni!
Gadis itu masih mencoba meyakinkan sang Hakudoshi, siatuasi yang sangat bagus, semakin dekat, dekat dan dekat.
"Mati Kau, CHIZUURU!"
Shizuka, Akashi dan Ryunosuke terbelalak, menyaksikan sesuatu yang tak akan pernah mereka lupakan seumur hidup.
Cras!
Pedang menembus dada, darah mengalir deras membasahi pasir di Gurun Neraka.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top