33. Merundingkan Rencana
BAB XXXIII
Merundingkan Rencana
Malam kian melarut, beberapa lilin mulai padam, menyisakan lampu minyak yang masih kokoh menerangi kamar yang sekarang dihuni tiga orang dengan dua pemuda dan seorang gadis. Masih tak ada penjelasan atau kata yang terucap, walau mereka sudah menghabiskan waktu beberapa saat untuk duduk saling berhadapan di depan meja.
Satu-satunya gadis yang berada di kamar lebih banyak diam dari yang biasa Akashi lihat, wajahnya menunduk sejak tadi dengan kedua tangan yang saling bertautan khawatir. Ia akhirnya menghela napas, merasa bertanggung jawab atas situasi ini.
Deheman mewarnai pendengaran mereka, Akashi menatap mata Ryunosuke setelah menuangkan teh pada cawan untuk tamu yang datang tanpa diundang.
"Walau aku tak mengerti apa hubungan kalian sebelum Nona Shizuka dibawa ke tempat ini, tetapi setidaknya aku mulai memahami situasinya." Akashi mengembuskan napas, melirik Shizuka yang tak merubah duduknya sejak tadi. "Ryunosuke-Douno, apa pun yang terlihat di matamu tadi, maukah kau tetap memercayai Nona Shizuka?"
Gadis itu tercekat dan langsung mengangkat kepalanya, menatap Akashi yang masih bercakap dengan Ryunosuke.
"D-douno," bisiknya terbata.
Mata Ryunosuke menyipit, ia tak suka cara Shizuka menatap pria yang sudah berusaha meruntuhkan Kerajaan Langit. Dan laki-laki itu kini tersenyum menanggapi bisikan Shizuka, sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan mereka dan apa yang sudah ia lewatkan?
Akashi menggengam tangan Shizuka yang berada di bawah meja, ia tahu kalau sekarang perasaan Shizuka sedang tak menentu.
"Kami hanya sedang bersandiwara demi kelangsungan hidup banyak orang, Ryunosuke-Douno."
Laki-laki itu berwajah dingin dengan kedua alis yang mengerut dalam. Dari hati ia mengumpat atas penjelasan yang diutarakan sang lelaki berambut kecokelatan. Apa laki-laki itu tengah membual sekarang?
"Dengan saling mencumbu?" ada seringai dan tatapan meremehkan yang lebih dilayangan untuk sang gadis berambut yang masih jua menundukkan kepala. Shizuka tak mau menatap Ryunosuke, tetapi tubuhnya langsung tersentak ketika mendengar suara dalam lelaki berambut kelam yang menuduhnya sedemikian.
Shizuka mengerti, yang dikatakan Akashi benar-benar sesuatu yang mungkin terlihat koyol atau lebih tepat adalah mencari-cari alasan. Tetapi, itulah kenyataan yang sedang terjadi, ia juga tak menginginkan semua ini karena di dalam hatinya telah terukir nama seseorang yang kini menatapnya dengan sinis.
"Douno, saya rasa itu sama sekali bukan masalah, apalagi yang melakukannya adalah pasangan yang baru saja menikah, di malam pengantin mereka pula?"
"Akashi-Douno!" Shizuka menyentak lengan Akashi, gadis itu menatap lelaki Achiromaru yang duduk di sampingnya dengan rasa tak percaya, bibirnya seketika ia gigit.
Laki-laki di sampingnya yang sebelum itu menatap Ryunosuke cukup lamat, sekarang memindahkan atensi kepada Shizuka. Ada senyuman kecil yang seperti mengutarakan kalau semuanya akan baik-baik saja, tetapi Shizuka tak bisa menjamin karena ia merasakan dengan jelas Ryunosuke tak membatasi aura yang membara di tubuhnya, mungkin orang lain tak merasakan perbedaan apa pun, tetapi lain halnya dengan Shizuka. Ia menatap bayangan hitam yang menyelimuti Ryunosuke, Sang Kegelapan.
Tubuh Shizuka bergetar, tak bisa ditipu kalau ia menyadari kemarahan Ryunosuke. Ia juga merasa kecewa karena tak bisa bebuat banyak untuk menutupi hal ini. Tetapi, kenapa ia dan Ryunosuke merasakan hal sedemikian? Mereka sebenarnya kenapa?
"Dia harus mengetahuinya, Nona Shizuka. Dengar, Ryunosuke-Douno. Aku dan Shizuka hanya bersandiwara, dan yang kaulihat beberapa saat yang lalu tak seperti yang kaupikirkan. Shizuka harus tetap berada di sini setidaknya sampai ia bisa menguasi kekuataanya. Aku tahu kau datang ke sini karena mengkhawatirkannya, tetapi nyawa penduduk desa berada di tangannya. Kami harus menyingkirkan Sang Kegelapan yang berada di dalam tubuhku. Agar aku bisa dengan penuh mengendalikan diri tanpa ketakutan jika akan lepas kendali."
"Seperti aku akan memercayai ucapanmu, kalian bahkan berusaha menghancurkan klan dan kerajaan kami."
Akashi menghela napasnya, ia mengusap wajah karena memang yang dikatakan Ryunosuke adalah kebenaran yang nyata.
"Aku tak peduli kau mau percaya atau tidak kepadaku, tetapi setidaknya percayalah kepada Nona Shizuka."
"Yang dikatakan Akashi-Douno benar, Ryunosuke. Kami melakukan ini karena terdesak dan tak menemukan cara lain. Para penduduk tengah terancam dan sebagai seorang tabib, aku tak mungkin membiarkan mereka dalam situasi yang buruk. Kumohon, dukunglah kami dengan cara tak membuat keributan."
Tak ada perubahan berarti yang ditemukan Shizuka dalam pias wajah Ryunosuke. Lelaki itu tetap mengerutkan alis seperti sedang berperang dengan dirinya sendiri. Ia hanya bisa mengharapkan kalau Ryunosuke setidaknya mau memercayainya.
Tak seperti Ryunosuke dan Shizuka yang sedang saling bersitegang, sang ketua klan Achiromaru malah menyunggingkan senyuman, ia memejamkan mata dan lantas berdiri. Sang gadis yang duduk di sebelahnya mendongakkan kepala dan mengerutkan alis, bingung dengan apa yang sedang dilakukan Akashi. Lelaki itu malah berjalan tanpa memberi penjelasan, namun beberapa langkah setelahnya bediri, diirnya pun berkata kepada dua orang yang masih duduk di bawah meja rendah.
"Aku akan memberi kalian waktu untuk berbicara." Hanya kalimat itu yang terucap, setelahnya Akashi benar-benar menghilang di balik pintu yang entah mengarah ke mana.
Shizuka masih terdiam, ia bingung karena hanya berhadapan dengan Ryunosuke yang masih kukuh tak mau berbicara kepadanya, untuk itu Shizuka mengambil napasnya dan sebelum mengeluarkan permintaan maaf.
Gadis itu menggiit bibirnya, menundukkan kepala.
"Apa kau tengah marah padaku, kalau begitu ... aku minta maaf, Ryunosuke."
Laki-laki itu terpancing, decakan cukup keras masuk ke pendangaran Shizuka, sang gadis langsung mengangkat kepalanya, emerald itu memandang oniks sang lelaki yang sudah tak sedingin tadi. Ada lega yang merambat di hati Shizuka, getar aneh pun menjalari tubuhnya kala mata hijau terfokus dan tak bisa berpindah dari sorot mata hitam yang membuatnya menjadi tenang. Tatapan Ryunosuke perlahan mulai melembut, tak ada kata yang terucap untuk beberapa saat, mereka hanya mengobati rindu dari kontak mata yang mencerminkan gemelut hati.
Embusan napas dikeluarkan Ryunosuke dengan perlahan, ia mengedipkan mata dan Shizuka yang tersadar langsung mengalihakan pandangannya. Deheman terdengar, kala Ryunosuke ingin mengatakan sesuatu.
"Aku tak bisa menerima, Shizuka. Kau menikah dengannya, walau ini hanyalah sandiwara, tetepi tetap saja itu adalah sesuatu yang sakral. Lagi pula, aku tak memercayai Kerajaan Matahari, setelah apa yang mereka lakukan kepada Kerajaan Langit dan para pasukan kami."
Salivanya ia telan, Shizuka merasakan tenggorokannya panas, matanya mulai berkaca-kaca.
"Aku ... minta maaf, Ryunosuke."
"Kemarilah, Shizuka." Ryunosuke tak memberi isyarat bahwa maaf Shizuka diterima, tetapi lelaki itu malah menyerukan agar Shizuka mendekatinya, untuk duduk di sampingnya. Gadis itu pun mengangguk, ia langsung berdiri dengan patuh dan duduk di samping Ryunosuke, lansung saja Ryunosuke memindahkan posisi duduknya dan mereka pun berhadapan sekarang.
Kerutan alis tergambar di wajah sang lelaki, berpikir keras namun keyakinan di hati sudah membulat.
"Saat aku kembali ke Kerajaan Langit, aku akan datang ke Kerajaan Matahari untuk mendeklarasikan peperangan."
Mata gadis itu terbelalak, ia terperagah dengan apa yang dikatakan Ryunosuke.
"Kupastikan kami akan memperoleh kemenangan nantinya, di saat itu, maka kami akan mengambil alih Kerajaan Matahari dan aku juga akan mengambil kembali dirimu, membebaskanmu, Shizuka." Mulut sang gadis masih terbuka kecil dengan mata yang melebar, ia mengenggam tangannya yang berada di atas paha.
Gadis itu menggelengkan kepala, ia tak ingin ada peperangan lagi, sudah cukup semua pertikaian yang terjadi, kenapa mereka tak mencoba untuk hidup berdampingan, walau ia yakin Sotaru tidak akan mau melakukan hal itu karena lelaki itu memiliki nurani yang telah mati.
"Jangan, jangan ada pertumpahan darah lagi ... itu sangat mengerikan, perang, sangat mengerikan, Ryunosuke." Tubuh Shizuka gemetaran, ia mengingat sekilas bayangan orang-orang yang melindunginya dahulu yang terbunuh secara mengerikan.
"Aku akan menggunakan kekuatang Sang Kegelapan dengan sempurna, walau bayarannya adalah jiwaku. Hanya itu satu-satunya−"
"Tetapi, kami memiliki jalan lain. Jika saja aku sudah menguasainya, Akashi-Douno akan terbebas. Dan Ryunosuke tidak akan menggunakan kekuatan kegelapan lagi, kumohon ... aku tak ingin Ryunosuke pergi, tidak ... aku ingin kita ... " napas Shizuka tersendat, ia mengeluarkan bulir bening dari mata, mengingat sekarang dirinya adalah istri sah Akashi, kenapa ia berani mengatakan hal sedemikian kepada Ryunosuke? Kepana ia lancang sekali.
Ryunosuke menghela napasnya, melihat Shizuka yang menundukkan kepala dan menangisi dirinya, sorot mata nanar ditampilkannya, menyadari kondisi mereka yang sangat tak mendukung, namun ia tak ingin berkecil hati, baginya Shizuka terbebas dan tak terkekang di tempat ini adalah sesuatu yang lebih dari cukup, kalau pun tak bersamanya, Shizuka akan ia kembalikan ke desanya.
Lengan Ryunosuke terulur, menyentuh dengan perlahan jemari Shizuka yang saling menggenggam. Sentakan pada diri Shizuka dapat dilihatnya dalam remang cahaya lampu minyak, namun itu tak masalah. Ia membawa telapak tangan Shizuka kepada dadanya, membiarkan gadis itu dapat mendengar detak jantungnya, yang sekarang sedang menggila.
Mata mereka saling menatap untuk kesekian kalinya, saling menggali pemilkiran dalam beda warna manik yang saling mengikat kontak. Shizuka dapat merasakan detak jantung Ryunosuke yang tak seperti orang normal pada umumnya, lebih kuat dan berpacu. Dan itu, sama seperti yang ia rasakan sekarang.
"Aku mencintaimu, Shizuka." Remasan pada telapak tangan Ryunosuke yang masih memengangi telapak tangan Shizuka yang bersandar di dada kirinya pun menguat, lelaki itu tersenyum kecil, ketika berhasil mengutarakan atas apa yang menggeluti pikirannya selama beberapa bulan ini. Lega, setelah memikirkan tentang gadis yang memiliki mata sehijau rerumputan, dan sekarang sedang berembun.
Ryonosuke sadar, ia tumbuh dengan tanpa cinta, ia asing dengan cinta, satu-satunya yang dimengerti adalah kasih sayang sang kakak, cinta antar saudara laki-laki, antara kakak dan adik. Namun, saat bertemu dengan Shizuka, dan menyadari kelebihan gadis itu, ia menjadi tertarik untuk memerhatikan lebih jauh. Ia selalu memasang wajah sinis dan mengintimidasi, tetapi Shizuka yang kukuh dengan keingingannya seakan mencoba bertahan, walau tubuh gadis itu gemetaran di saat harus berdekatan dengannya. Ia yang dulu sangat tidak baik, Shizuka yang bisa merasakan aura iblis, dan Ryunosuke yang memilikinya, membuatnya menekan Shizuka dan itu berhasil. Sayangnya, kakaknya yang terlampau jenius itu menyadari ketidak sukaannya, dan memberinya hukuman yang terus membuatnya mendekat dengan Shizuka.
Kesinisan itu perlahan memudar, apalagi menyadari Shizuka yang selalu menolong orang lain dengan kepahamannya terhadap penyakit dan obat-obatan tanpa adanya pamrih. Percik-percik kekaguman mulai mewarnai hatinya, hingga ia tak tahu kapan hal itu mulai mengembang dan menjadikan sesuatu itu sebagaimana yang dikatakan cinta. Membelai wajah gadis itu, dan meninggalkan di desa beberapa bulan lalu, membuatnya yakin kalau ia harus memperjuangkan Shizuka agar selalu berada di sisinya. Ia mengerti kalau ini adalah cinta.
"Ryunosuke ... k-kau−"
"Aku mengerti, Shizuka. Aku ... hanya ingin mengatakannya." Ryunosuke melepas genggaman tangan mereka, matanya menatap jemari, namun saat ia mengangkat wajah, kemudian mendapati senyuman tulus yang tersungging di bibir Shizuka.
"Terimakasih, Ryunosuke-kun." Ryunosuke merasa membuncah dalam sekejab, hanya karena mendengar perkataan Shizuka, namun tiba-tiba alisnya mengerut, ia merasakan perubahan aura Shizuka, sangat kuat dan jernih.
Kalau dipikir-pikir, saat ia ingin pergi tadi, Shizuka juga berubah menjadi sesuatu yang belum pernah didapatinya pada diri Shizuka, bukan hanya sulur-sulur dari tanda yang menghiasi pelipis gadis itu yang menjalari hampir ke sebagian muka, tetapi fisik Shizuka juga berubah, dengan rambut memanjang putih sampai ke lutut, mata menjadi keemasan, hingga sinar yang mengelilingi tubuh. Jangan bilang?
"Shizuka, apa kau tadi menyebutkan, kalau kau belum menguasai kekkai-mu dengan sempurna?"
Gadis itu menganggukkan kepala, bingung karena sang lelaki mengubah topik pembicaraan.
"Iya aku masih belum bisa menguasainya, walau cukup sering berlatih dengan Akashi-Douno."
"Apa kau tak menyadari kalau auramu yang sekarang berubah? Coba kau pakai kekuatan kekka yang kau bisa."
Mata perak Ryunosuke melihatnya, ia merasakan aura Shizuka, tetapi ini tak seperti yang tadi. Kenapa bisa berbeda? Atau Shizuka mengeluarkan kemampuannya yang sempurna tanpa disadari gadis itu?
"Memangnya kenapa?" tepat seperti yang dipikirkannya. Ia membutuhkan Akashi untuk menanyai pendapat tentang apa yang mereka saksikan tadi, di mana lelaki itu. Ah, panjang umur, Akashi kembali masuk setelah hampir setengah jam keluar dari ruangan ini.
"Nona Shizuka, kau mengaktifkan kekkai-mu?"
"Iya, Akashi-Douno."
"Akashi, mengenai Shizuka tadi, kau juga melihatnya bukan. Tetapi, Shizuka menjelaskan kalau ia belum bisa menguasai kekkai secara sempurna. Sementara itu yang kita lihat pada dirinya tadi, merupakan sesuatu yang sangat kuat dan menakjubkan? Apa kau mengetahui tentang wujud dari para Chizuuru yang menguasai kekkai dengan sempurna?"
Akashi mengerutkan kening, merasa mengerti dengan apa yang tengah berada di dalam pemikiran Ryunosuke.
"Aku tak terlalu tahu mengenai perubahan wujud dalam klan Chizuuru, tetapi Nona Shizuka tadi memang mengalami peningkatan energi spiritual yang sang luar biasa, ditambah lagi, kekkai yang dikeluarkan untuk menghentikan Ryunosuke-Douno sangat berbeda dengan yang biasa di saat kami berlatih." Mata Akashi memindahkan atensi kepada Shizuka, ia kembali berkata saat melihat gelagat kebingungan yang ditampilkan wajah Shizuka. "Nona Shizuka, kemungkinan kau tadi mengeluarkan kemampuan legendaris klan Chizuuru tanpa kausadari."
.
.
.
Bersambung
Sudah bisa didonwload di google play book, ya. Melalui Play Store atau App Store.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top