21. Mata Perak Hakudoshi

BAB XXI

Bola Mata Perak

Tatapan mata Ryunosuke sangat serius, tetapi Shizuka memberikan senyuman maklum. Gadis itu mengerti, mungkin Ryunosuke merasakan hal seperti ini karena kakak lelakinya telah memberinya tugas untuk menjaga Shizuka. Suasana Kerajaan Langit memang sangat kacau dan menegang, tetapi tetap saja ia hanyalah orang luar yang tak memiliki andil dan tak patut dilindungi oleh Tuan Muda Hakudoshi yang merupakan pewaris.

"Aku mengerti, Ryunosuke. Kau hanya terbebani janjimu kepada Tuan Muda Aoda, dan masalah desa membuatmu semakin resah." Shizuka memberikan senyuman. Ia menyatukan jarinya kepada jari Ryunosuke yang lebih besar dan kuat. "Kau harus memikirkan klanmu dan Kerajaan Langit, daripada aku."

Jari Ryunosuke membalas genggaman Shizuka lebih erat dan kuat.

"Tetapi, kau adalah Chizuuru, Shizuka. Keluarga inti Chizuuru."

Kembali Shizuka mengusap punggung tangan Ryunosuke dengan ibu jarinya. "Tidak ada yang tahu kalau aku ada hubungannya dengan klan yang telah musnah belasan tahun itu, Ryunosuke. Aku hanya Chizuuru biasa di desa ini. Kau hanya terlalu cemas."

Lelaki itu menatap dalam mata hijau Shizuka, walau kemudian mengalihkan penglihatannya atas diri Shizuka. Sejenak, tanpa sepengetahuan Shizuka, bola mata hitam Ryunosuke mengeluarkan tatapan nanar. Ia hanya bisa memejamkan mata, tetapi tak ingin melepaskan genggaman tangan Shizuka di telapaknya.

"Klan Hakudoshi, memiliki kemampuan mata yang legendaris, tetapi dirahasiakan. Tak seperti kejeniusan kami yang tersebar luas." Ryunosuke tak mengerti, kenapa ia ingin menceritakan tentang klannya kepada gadis di sampingnya ini? Tak ada respons dari Shizuka, sementara tatapan Ryunosuke menunduk dan mengamati kaitan tangan mereka yang masih bergenggam kuat. Di bawah langit malam, di ayunan yang terdiam.

"Mata ini," ucap Ryunosuke dengan suara yang rendah, bola matanya yang tiba-tiba berubah perak indah bak purnama dan bersinar saat menatap Shizuka kembali, membuat gadis itu tak bisa melepaskan jerat manik aneh tersebut. Ryunosuke kembali berbicara, "membuat kami lebih kuat, kekuatan mata yang bisa mengendalikan sesuatu, Sang Kegelapan."

Permata hijau Shizuka melebar, bibirnya terbuka sedikit karena mendengar suara berat Ryunosuke yang menginformasikan salah satu rahasia klannya. Tatapan mereka masih terkunci satu sama lain, emerald dan kilau mutiara.

"Tak sembarang orang yang memilikinya, atau lebih tepatnya ... bisa membangkitkan mata ini. Ada persyaratan khusus untuk mendapatkannya, yaitu cinta." Ryunosuke mengalihkan tatapannya karena ia mengingat kakak lelakinya yang sangat ia sayangi, ia cintai karena selalu berada di sisinya. Ia yang kehilagan ibu sejak lahir, dan memiliki sosok ayah yang tegas dan kaku, membuatnya menjadikan Aoda sebagai pengganti ayah dan ibu, bukan hanya sebatas sebagai sosok kakak.

"Kakakku meninggal dunia dengan cara menyedihkan karena penyakitnya, orang yang paling berarti bagiku, segalanya dan yang paling ingin kulindungi, ternyata meningalkanku ... dan sebagai gantinya ... aku malah mendapatkan mata ini, kekuatan spiritualku meningkat, aku bisa merasakannya, aura iblis mulai mengikutiku dan ingin menguasai energi spiritual yang menguar kuat dari tubuhku."

"Ryunosuke," bisik Shizuka membuat Ryunosuke berhenti sejenak, lelaki itu menghela napas dan mulai kembali mengungkapkan rahasia terdalamnya.

"Sang Kegelapan, dia mencoba mengendalikanku, merayuku agar aku dipenuhi kekelaman, agar jiwaku menghitam dan bisa dimakannya. Aku mengikuti kemauanku yang paling kuinginkan, dengan bujuk rayunya, membangkitkan kakakku yang telah mati, dan dia semakin menggelapkan diriku. Aku seperti dimakan kegelapan, tetapi aku melihat senyum Aoda yang bangkit dari kematian, dan aku mengendalikan kekuatan spiritualku, hingga ... akulah yang menelannya ke dalam energi spiritualku." Perlahan tetapi pasti, rahasia sang Pangeran pun terungkap. Rahasia tentang sang Kegelapan yang selalu membuat Shizuka bertanya-tanya dan penasaran.

Sekarang semuanya menjadi terang, Shizuka mengerti kenapa Ryunosuke bisa begitu menakutkan dengan aura iblis yang memancar kuat dari tubuhnya, tetapi di saat bersamaan lelaki itu juga bisa seperti manusia biasa dengan aura hangat yang memancar dari jiwanya. Tak ada tanda-tanda keberadaan iblis di dalam tubuhnya. Dan maksud lelaki itu dengan memakan iblis adalah dengan mengekang makhluk itu di balik energinya, itu sebabnya saat keadaan mendesak, ia tak bisa sembarangan mengeluarkan aura iblisnya, bisa jadi sang Kegelapan akan memberontak keluar dan berbalik mengendalikannya atau yang lebih parah, Ryunosuke bisa saja kehilangan jati dirinya.

"Ini merupakan jurus terlarang klan kami, dalam sejarah yang kubaca, hanya beberapa orang yang bisa melakukannya. Leluhurku, kakekku dan ayahku Harada, sebenarnya Kak Aoda juga membangkitkan mata ini setahuku, tetapi dengan tubuh yang lemah, Kak Aoda menekan kekuatannya agar tak diincar ataupun dikendalikan sang Kegelapan."

"Ryunosuke ... apa ... apa kau tak berniat untuk membuangnya?" Shizuka merasa khawatir, lelaki ini bermain dengan sesuatu yang sangat berbahaya, jurus terlarang pasti memiliki banyak risiko.

"Entahlah, aku akan memakainya untuk merebut kerajaan."

"Menurutku, suatu saat pasti dia akan mencari celah untuk menguasaimu, dan saat itu terjadi ... bisa saja ... kau tertelan selamanya dan menyatu dengan sang Kegelapan." Shizuka berwajah cemas, kini gilirannya yang meremas genggaman mereka.

Ryunosuke menundukkan kepalanya, ia berdiri dan melepas genggaman tangan. Mendekati Shizuka dan berdiri di depan gadis itu yang juga sudah menegakkan tubuh. Jarak mereka berdekatan, Shizuka setinggi bahu Ryunosuke dan gadis itu harus mendongak untuk melihat wajah yang tertutupi poni memanjang sang lelaki.

Tangan Ryunosuke terangkat, mengelus perlahan pipi Shizuka hingga gadis itu memejamkan mata. Sorot perak Ryunosuke menunjukkan rasa yang membuncah dan haru ketika mendapati sang Gadis merasa khawatir atas keadaannya. Bibirnya tersenyum kecil.

"Shizuka, terimakasih."

Senyum Ryunosuke membuat bola matanya melebar, wajahnya untuk pertama kali memerah dan ia merasakan debaran jantung yang menggila. Kenapa? Apa yang sedang terjadi dengannya?

Lelaki itu lalu membalikkan tubuh dan berlalu dari dirinya yang masih terpaku. Shizuka hanya teridiam, menatap punggung Ryunosuke yang perlana menjauh. Beberapa saat setelah Ryunosuke menghilang, tangan mungilnya bergerak untuk menyentuh bagian pipi yang disentuh Ryunosuke tadi. Ada apa ini? Mereka bergengaman tangan dan ia baik-baik saja. Mereka pernah berada sangat dekat saat terbang maupun berkuda, ia berdebar, tetapi sangat berbeda dengan yang ia rasakan sekarang. Ini pertama kalinya ia merasa debaran yang membuatnya merasa membuncah, tak bisa lepas dari tatapan mata Ryunosuke yang menghangat saat tersenyum tulus kepadanya. Bukan seringai, bukan juga senyum sinis seperti kebiasaan lelaki itu. Kenapa? Ada apa dengan dirinya?

Shizuka mengerakkan kaki, ia berajalan dalam sunyi sambil menyentuh dadanya yang masih berdetak kencang, menyenangkan, dan bisa membuatnya memikirkan lelaki itu.

Dalam redupnya nyala api dari lampu minyak, Ryunosuke terbaring di atas futon, terlentang menghadap langit-langit kamar. Tatapannya terbuka, tetapi tak ada yang menjadi fokusnya di atas sana karena yang sekarang tengah ia pikirkan adalah wajah gadis yang beberapa saat lalu telah ditinggalkan di halaman. Gadis itu, kenapa membuat perasaan menjadi tak menentu, apa ini? Kenapa jantung yang ia punya jadi berdetak kencang? Kenapa ia merasakan getaran di dada saat melihat wajah si gadis yang memerah karena perbuatannya?

Ia hanya membelai pipi Shizuka seperti kebiasaan kakaknya ketika tak bisa menjawab pertanyaan atau menuruti keinginannya di waktu kecil. Aoda akan tersenyum saat melakukan hal itu, dan membuat ia menjadi kesal, tetapi memerah karena merasa bahagia, ia merasakan kasih sayang yang membuncah hanya dari sebelah tangan yang menempel di pipi.

Lantas, apa yang membuatnya nekat melakukan hal itu kepada Shizuka? Ia tak tahu, hanya ingin meniru kakaknya atau ingin menyalurkan sesuatu yang sudah membuatnya terjerat. Sejak kapan? Sejak kapan ia merasa harus melindungi Shizuka tanpa teringat kalau ia adalah pengawal yang ditugaskan kakaknya.

Rasa tak rela di saat Shizuka menolaknya, membuatnya tak nyaman. Ada yang menyengat di hati, dan ia tak mengerti, kemudian malah menjelaskan rahasia klannya dan mata perak, kenapa ia melakukan hal itu? Kenapa ia menginginkan Shizuka tahu? Dan akhirnya gadis itu mengkhawatirakan dan ia membuncah, itukah yang ia inginkan? Dan menyalurakan rasa itu dengan sentuhan di pipi, rasa terimakasih dan senyuman. Ia melakukan hal itu, dan menggelegak saat tatapannya terjerat permata hijau yang berbinar dan wajah memerah diterangi sinar bulan, dan pedar obor yang mengelilingi halaman. Ia terhanyut dan merasa malu.

Tangannya menyentuh bagian dada, ia berdetak tak karuan lagi. Namun, bukan perasaan ketika ketakutan saat sang kakak tiada, bukan pula ketakutan saat sang ayah meninggal dunia. Ini ... membuatnya meresa senang dan teringat akan sosok gadis dengan wajah memerah indah.

Ryunosuke mengulum senyum, untuk kesekian kali di malam ini. Ia menutup mata, memiringkan tubuh dan mengubur diri dalam balutan selimut tebal hingga menutupi wajahnya. Ryunosuke tersenyum kembali, merasa malu dengan keadaan diri yang membayangkan wajah seorang gadis.

.

.

.

Sepanjang malah dihabiskan dengan berpikir, lelaki berambut hitam pendek tak bisa terlelap walau matanya sudah sangat sayu karena rasa kantuk. Tidak semudah itu, nyatanya pikiran tetap bermain dan terus berputar, mencari tahu tentang apa yang tengah dirasakan sekarang. Alhasil, saat pagi menjelang, Hakudoshi Ryunosuke baru bisa mengistirahatkan diri−otak. Ia kesiangan, untuk pertama kalinya, ketukan pintu yang membangunkan. Ia menyadari kurang mengistirahatkan tubuh belakangan ini karena masalah yang ia hadapi, dan perasaan yang asing memperparah situasi.

"Aa, baiklah." Wajahnya agak kusut, baru sekitar dua jam ia terlelap, tetapi pagi sudah mendatangi hari.

Berdiri dari futon dan langsung merapikan benda tersebut, kemudian ia berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajah. Merasa lebih segar, Ryunosuke memijat pelan tengkuknya untuk menghilangkan keletihan akibat kurang tidur. Menjumpai Shizuka yang sedang bersama Nenek Aiko menyiapkan sarapan, Ryunosuke pun bergabung dengan ucapan selamat pagi.

Gadis itu seperti tak mau menatapnya, lihat ... walau ia beberapa kali mencoba menumbukkan sorot mata mereka, tetap saja Shizuka mengelak. Entah dengan menundukkan pandangan atau dengan memperhatikan hal lain. Ini membuatnya tidak nyaman.

"Shizuka," ucap suara Ryunosuke terdengar lembut.

"Ya?" benar dengan apa yang dipikirkan Ryunosuke, Shizuka menyahut, tetapi tidak terlihat mau menatap mata hitam yang ia punya.

"Tambah." Finalnya menghela napas, setelah tak menjumpai kata apa yang cocok untuk menjawab sahutan Shizuka.

Kepala itu mengangguk, ia lalu menerima uluran mangkuk Ryunosuke dan memberikan nasi untuk lelaki itu. Mereka sedang menikmati sarapan di atas meja rendah, dengan Shizuka yang sigap, baik membantu neneknya makan atau menjawab panggilan Ryunosuke sekali-kali untuk menerima uluran mangkuk.

Alisnya berkerut karena Ryunosuke pagi ini memiliki nafsu makan yang cukup banyak atau ia yang sama sekali tak tahu kalau lelaki itu memang memiliki porsi makan seperti itu selama ini? Kembali ia mengerutkan alis, bisa jadi untuk memulihkan energi sang Lelaki?

Menjelang siang, setelah membersihkan rumah dan pekarangan seperti kegiatan hariannya, Shizuka lantas meminta tolong kepada Ryunosuke untuk menemani neneknya, sementara ia berniat mencari tanaman obat di hutan untuk kebutuhan para penduduk yang mungkin akan datang meminta pertolongan kepadanya. Seperti biasa, ke area hutan yang cukup dekat dengan rumah, berkeliling dan memeriksa berbagai tanaman.

Saat pulang, ia membawa sekeranjang tanaman yang kemudian ia cuci dan dijemur di dekat kolam.

"Apa yang sedang kaubaca, Ryunosuke?" Shizuka yang baru saja selesai memasak makan siang untuk mereka, kini mendekati lelaki itu, setelah ia menaruh mangkuk dan hidangan di atas meja.

"Ini tentang Chizuuru, hanya ingin membaca keseluruhannya dan sedikit menyelidiki apa saja kemampuan kalian." Shizuka menganggukkan kepala, dan ia tak ingin mengganggu fokus sang lelaki yang terlihat menyandar di dinding sambil memegang gulungan yang berisi informasi klannya.

Tak banyak yang bisa didapatkan Ryunosuke, tetapi ini semua sudah lebih dari cukup untuk mengetahui apa saja kemampuan Chizuuru. Walau ia sendiri memiliki permasalahan di desanya, tetap saja ia harus memastikan kalau Shizuka setidaknya aman ketika ia tinggal nanti. Mereka hanya memiliki sedikit waktu, dan ia juga tak bisa sembarangan meminta bantuan dari klan Tsuki nanti. Sebaiknya, ia menyelidiki keadaan istana dan mendatangi tempat yang menampung penduduknya untuk sedikit berdiskusi mengenai keadaaan desa dan apa yang bisa mereka lakukan. Ia juga harus membawa beberapa jendral dan petinggi ke istana Kerajaan Bulan sebagai permintaan resmi. Tidak seperti ayahnya dan Aoda yang mengenal baik para orang Klan Tsuki, dirinya sama sekali tak pernah bertutur sapa kepada mereka, kemungkinan ini adalah pertama kalinya ia mendatangi istana itu secara resmi.

Ryunosuke berdiri, menggulung kertas informasi Chizuuru, dan menyimpannya di kamar. Ia lalu berjalan dan mendatangi Shizuka yang sedang membantu neneknya makan.

"Ah, kau sudah selesai, Ryunosuke?" lelaki itu menganggukkan kepala. "Ayo kita makan dulu."

Mereka tak banyak bebicara, tetapi setelah membantu Shizuka mengangkat mangkuk, ia menarik Shizuka untuk menanyakan sesuatu.

"Apa kau memiliki kertas dan peralatan menulis?" kepala itu mengangguk.

"Tunggu sebentar, sepertinya ada di dalam ruang penyimpanan."

Duduk di bawah meja rendah, tatapan mata Ryunosuke masih mengikuti si gadis yang sedang berjalan ke kamar. Beberapa saat kemudian, kertas dan peralatan menulis diberikan Shizuka dan ditaruh di atas meja.

"Ini, aku harus melanjutkan pekerjaanku." Anggukan rambut hitam terlihat, sang gadis pun tersenyum setelahnya.

"Shizuka!"

Gadis itu terlihat kembali menatap Ryunosuke, dengan tanda tanya.

"Nanti malam, kau akan kulatih."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top