2. Putra Mahkota Kerajaan Langit

The Prince's Secret (Drowning in Darkness)

Story by zhaErza

.

.

.

Tapak demi tapak jalan dilalui kaki indah Shizuka, desa yang sangat memesona dan memanjakan mata, membuat tanpa sadar bibir tipisnya melantunkan sebuah nada-nada yang menenangkan. Sesekali ia tersenyum dan membalas sapaan penduduk desa yang kebetulan berpapasan dengan dirinya, menganggukkan kepala dengan sopan sebagai salah satu orang yang dikenal dengan kemampuan sebagai tabib desa.

Pekarangan yang jaraknya dekat dengan bukit dan hutan, yang di tengahnya terdapat sebuah rumah sederhana pun telah tampak di mata yang kehijauan. Hela napas diembuskan karena rasa lelah yang menghampiri, beraktivitas sedari pagi membuat Shizuka mengeluh juga. Kaki dan punggungnya kini pegal, dan ia sudah tak sabar untuk mengistirahatkan diri.

Dari kejauhan, alis mata kecokelatan mengernyit bingung. Matanya melebar kala melihat sesuatu yang sangat asing tersaji di pekarangan rumah. Banyak pengawal bersenjata berdiri di halaman depan, beberapa terlihat berjaga di teras yang berlantai kayu. Rasa takut dan khawatir langsung menghampiri Shizuka, gadis itu mempercepat langkah dan sedikit berlari.

"Apa yang terjadi?" Keringat mulai mengalir, ia tak ingin sesuatu yang buruk menimpa Nenek Aiko yang keadaannya baru saja pulih.

"Nenek!"

Kakinya menapak dengan cepat, mata Shizuka terbelalak, selanjutnya ia mengucap syukur di dalam hati, ternyata neneknya baik-baik saja. Wantia tua itu sedang berbicara dengan seseorang yang tampaknya berpengaruh dan lebih dihormati daripada pengawal-pengawal ini.

"Ah, Shizuka. Masuklah, Cucuku."

Dengan perlahan, ia melangkahkan kaki dan ikut duduk di atas bantalan yang disediakan. Neneknya menjelaskan, kalau orang-orang ini adalah utusan dari istana Kerjaan Langit, yang jaraknya cukup jauh dari Desa Kitsune. Jauh-jauh datang ke sini ingin meminta pertolongan kepada mereka, untuk menyembuhkan putra mahkota Klan Hakudosi, seorang calon pemimpin Kerjaan Langit yang sakit-sakitan, dan semakin lemah dari hari ke hari.

Sudah banyak tabib yang didatangkan untuk menyembuhkan tuan muda mereka, namun tak ada satu pun yang bisa menanganinya. Oleh sebab itu, saat mendatangi Desa Kitsune, mereka mendengar kalau Nenek Aiko dan cucunya adalah tabib yang sangat mujarab, maka dari itu mereka berencana untuk membawa cucu dan nenek ini untuk menemui tuan muda mereka.

"Tetapi, dengan jarak yang jauh, bagaimana bisa tuan muda kalian mendatangi kami?" Shizuka bertanya, ia panik dan agak khawatir dengan keadaan tuan muda yang sakit, jika harus menempuh perjalanan untuk mendatangi mereka. Dengan kondisi yang dikatakan parah, hal itu tidak akan mungkin bisa mereka lakukan.

"Tidak, Nona. Saya datang ke sini untuk membawa kalian menemui tuan muda kami."

Keheranan tergambar di wajah gadis muda berambut cokelat lurus dan sedang diikat.

"Apa? Itu tidak mungkin, nenek sudah terlampau tua untuk menempuh perjalanan jauh, angin di luar sana sangat tidak baik untuk kesehatannya." Shizuka mengerutkan alis, ia tidak bisa mengizinkan neneknya pergi ke luar rumah, apalagi dengan jarak yang jauh. "Dan tidak mungkin juga kalau saya meninggalkan nenek sendirian di rumah berhari-hari nanti."

Mereka semua terdiam, lalu dengan suaranya yang serak, wanita tua yang beranama Aiko mengusulkan sesuatu.

"Shizuka, pergilah, Cucuku. Tuan muda itu pasti sangat membutuhkan bantuanmu, periksalah ia dan sembuhkan penyakitnya. Kau bisa meniggalkanku di rumah keluarga Mizuki, mereka pasti mau merawatku saat kau menjalankan pekerjaan ini."

Sang penasihat menghela napas lega diam-diam.

"Maaf memotong, Nyonya, tetapi saya rasa itu adalah tindakan yang bijaksana. Saya meminta maaf sekali lagi atas kesulitan ini, tetapi saya sangat memohon kepada Nona Chizuuru agar melihat dan mengobati tuan muda kami."

Dengan izin dari sang nenek dan keluarga Mizuki yang akan merawat satu-satunya keluarga Shizuka, maka ia pun bersedia untuk dibawa ke istana Klan Hakudoshi yang merupakan tempat tinggal tuan muda dari Kerajaan Langit yang sakit parah. Pagi-pagi saat matahari belum terbit, mereka sudah bertolak ke luar Desa Kitsune, berangkat untuk menemui calon pewaris kerajaan.

Shizuka dibawa menggunakan tandu, dan mereka berjalan selama lima hari untuk sampai ke istana klan Hakudoshi. Dalam perjalanan, penasihat istana menjelaskan kalau sang sulung yang merupakan putra mahkota dari klan Hakudoshi seharusnya sudah bisa menjadi kepala klan dan raja menggantikan ayahnya yang meninggal dunia, tetapi karena tubuh yang lemah dan penyakit yang baru-baru ini menyerangnya, upacara penobatan pun belum bisa dilakukan.

Ini adalah sesuatu yang sangat menyedihkan yang menimpa Kerajaan Langit, walau sang raja terdahulu memiliki dua orang putra, tetap saja yang tertualah yang akan menggantikan singgasana sang ayah. Meskipun beliau tengah sakit-sakitan, tak akan bisa bagi sang adik untuk menaiki takhta, sungguhpun keadaan sang adik selalu sehat dan berbanding terbalik dengan sang kakak. Kecuali jika sulung Hakudoshi telang wafat, barulah kekausaan Kerajaan Langit dipindahkan kepada sang bungsu.

Gadis itu mengangguk, ketika mendengarkan penjelasan mengenai keadaaan sulung Hakudoshi dan permasalahan kerajaan.

"Kalau begitu, siapa nama tuan muda?"

"Hakudoshi Aoda, dia adalah sang sulung, sedangkan sang bungsu adalah Hakudoshi Ryunosuke. Tuan Muda Aoda dan Tuan Muda Ryunosuke hanya tinggal berdua di istanya semenjak kepala klan yang merupakan raja terdahulu, Tuan Besar Harada meniggal dunia, sedangkan Nyonya Besar Mikoto istri beliau sudah meninggal sejak lama, ketika melahirkan Tuan Muda Ryunosuke."

"Nona Shizuka, itu adalah istana kediaman klan Hakudoshi."

Rombongan pengawal dan Shizuka hampir tiba, istana dari Kerajaan Langit sudah terlihat, sangat besar dan megah hingga membuat Shizuka merasa kagum. Namun, ketika tubuhnya dibawa semakin mendekat, Shizuka merasakan sesuatu yang kuat menyelimuti dinding benteng dan keseluruhan istana. Tatapan bermata hijau itu melebar sekilas, ia mengerutkan alis dalam.

Gadis Chizuuru itu turun dari tandu, sekali lagi terdiam sejenak dan menyisir bagunan megah itu dengan matanya, termenung sebentar, kemudian tersadar dari dunianya sendiri ketika mendengar sang penasihat memanggilnya, ia melangkah mengikuti sang penasihat yang berjalan di depan, melewati para pengawal istana dan dayang-dayang yang langsung menunduk hormat. Sementara itu, Shizuka sekali-kali menatap keseluaruhan bangunan istana, bukan karena terpukau dengan kemegahannya, tetapi karena sesuatu yang ganjil dan sangat berbahaya.

Ini, aura iblis. Aura iblis menyelimuti istana Hakudoshi. Kenapa bisa? Shizuka membatin, alisnya mengernyit dalam.

Mereka berhenti di salah satu ruangan. Mempersilakan Shizuka duduk dan disuguhi teh, juga kue berisi kacang merah yang masih hangat. Gadis itu mengangguk, berterimakasih kepada dayang, kemudian memotong kue kacang merah dan melahapnya, setelah itu meneguk teh hijau pekat yang rasanya pahit. Sang penasihat pun melakukan hal yang sama, mereka beristirahat sejenak setelah menempuh perjalanan yang melelahkan.

"Nona Chizuuru, apakah Anda ingin beristirahat terlebih dahulu, saya akan menyuruh dayang untuk menyiapkan kamar untuk Anda."

Shizuka menggelengkan kepala.

"Kalau diperbolehkan, saya ingin melihat keadaan Tuan Muda Aoda terlebih dahulu."

Penasihat terdiam sebentar, ia berpikir,  kemudian menganggukkan kepala.

"Baiklah, Nona. Ikuti saya."

Mereka berjalan melewati sebuah halaman luas yang rumputnya menguning, kolam ikan yang ada di tengah-tengah halaman terlihat tidak ada tanda-tandan kehidupan di sana. Shizuka menjadi heran sendiri, apa istana ini tidak ada yang merawat lagi? Mereka lalu berbelok, dan manik hijau itu melihat sebuah bagunan indah dan beberapa pengawal yang berdiri di depan pintu, berjaga di sana untuk menghalangi siapa pun yang mendeketi kediaman pribadi sang sulung.

"Ada apa ini? Saya membawa tabib untuk melihat keadaan Tuan Muda Aoda."

Kepala beberapa pengawal yang berjaga menunduk takut dan hormat, merasa gentar saat sang penasihat dari Tuan Besar Harada berhadapan dan menegur prilaku mereka. Namun, perintah Tuan Muda Ryunosuke tak bisa mereka kesampingkan. Maka, dengan terpaksa mereka menjawab pertanyaan yang dilayangkan oleh penasihat raja terdahulu.

"Maafkan kami, Penasihat. Tetepi, Tuan Muda Ryunosuke melarang siapa pun untuk mendekati kediaman pribadi Tuan Muda Aoda."

Mendengar hal itu, sang penasihat terdiam, tak bisa memercayai atas apa yang dilakukan bungsu Hakudoshi. Yang ia tau, Tuan Muda Ryunosuke sangat menyayangi kakaknya, hingga terkadang berbuat berlebihan, contohnya seperti sekarang ini.

Shizuka memerhatikan, situasi ini sangat tidak membuatnya nyaman, ditambah lagi iblis yang menyelimuti setiap sisi dan aura kelam yang tersebar di keseluruhan istana ini. Apa yang terjadi sebenarnya? Gadis itu hanya diam, lalu melangkah maju tanpa memedulian para pengawal yang memanggil namanya. Ia menggeser pintu dan melangkah mendekati tirai yang terbuat dari bambu, berguna sebagai pembatas antara dirinya dan sang tuan muda yang sekarang duduk di atas futon.

Mungkin Aoda terbangun saat mendengar suara ribut-ribut di luar sana. Lelaki itu menatap pintu masuk kamarnya dan melihat siluet seorang wanita yang masuk tanpa permisi dahulu kepadanya. Laki-laki itu mengerutkan alis, tak biasanya ada yang datang tanpa izin darinya untuk melangkah masuk.

Shizuka menyibakkan tirai bambu pembatas, dan kedua pasang mata saling bertatapan sekarang.

Inikah Tuan Muda Aoda? K-kenapa?

.

.

.

Sang gadis tidak memedulikan seruan pengawal yang terus saja melarangnya, ia tetap melangkahkan kaki, menggeser pintu dan masuk ke ruangan sang sulung Hakudoshi. Ketika telah tiba di dalam, ia melihat sebuah tirai yang terbentang membatasi antara ruangan sang tuan dan dirinya, tirai itu terbuat dari bambu, dan gadis yang rambutnya kali ini tengah dikucir rendah pun menyibak benda itu. Tatapan mereka bertemu, dirinya dan sang Hakudoshi bertubuh lemah karena penyakit yang menggerogoti.

Shizuka hanya bisa membatin sambil mengerutkan alis, anak rambut yang menghalangi penglihatannya, ia sisipkan ke belakang telinga. Menyoroti tubuh sang putra mahkota yang sekarang ada di depan pandangan mata. Beberapa saat setelah terdiam, masuklah dua orang pengawal yang langsung bersimpuh di balik tirai bambu, mereka memohon maaf karena kelancangan yang sudah ditimbulkan Shizuka.

"Tuan Muda, maafkan kami. Kami telah menyuruhnya untuk tidak memasuki wilayah pribadi Tuan Muda Aoda, tetapi tabib ini memaksa masuk. "

"Tananglah, dan sekarang tinggalkan kami berdua." Suara yang bersahaja, namun tegas dan terdengar indah.

Gadis tabib tak terlalu mendengarkan percakapan antara penguasa dan pengawalnya, dia hanya semakin tidak mengertik dengan semua yang tertangkap penglihatan atas diri sang sulung. Setelah menganalisis sejenak, ia pun menundukkan diri, bersujud meminta maaf atas ketidaksopanan yang telah ia perbuat. Tatapan mata terpejam, ia sudah menyadari apa yang terjadi kepada Aoda, namun masih ingin menyelidiki lebih lanjut, tak ingin percaya begitu saja atas apa yang sudah dilihatnya.

"Maaf atas tindakan saya tadi, Tuan Muda."

"Bagunlah, tidak apa-apa, Nona."

Sang gadis lantas mengikuti apa yang dikatakan Aoda, ia menegakkan tubuhnya dan terdiam. Masih tak mengerti dengan yang terjadi di depan mata terhadap laki-laki berusia matang dengan wajah rupawan.

"Kemarilah, dan katakana siapa namamu?"

Shizuka berjalan menggunakan lututnya untuk kesopanan, dan ia sekarang berjarak cukup dekat dengan sang sulung yang terlihat sangat lemah. Muka lelaki itu pucat− tidak, seluruh tubuhnya pucat, seperti orang yang sudah mati, namun suara dan pergerakan akan menyadarkan kalau Tuan Muda Aoda masih hidup dan terlihat menderita.

"Nama saya Chizuuru Shizuka, Tuan Muda."

"Baiklah, Aku adalah Hakudoshi Aoda, Nona Chizuuru. Kalau begitu, kau bisa memulai memeriksaku sekarang."

Kembali anggukan kepala terlihat, ia mulai mendekati Hakudoshi Aoda dan menyentuh denyut nadinya. Alisnya semakin berkerut, ternyata benar apa yang sudah dilihatnya tadi. Untuk lebih meyakinkan, ia menggerakkan tangan dan memeriksa deyut di bagian leher, selain suhu tubuh yang sangat dingin, denyut nadi yang seharusnya terdapat di tangan dan leher juga tidak terdeteksi oleh tangan terampilnya. Alis itu mengernyit semakin dalam, ia menatap wajah rupawan sang sulung dan melanjutkan dengan memeriksa detak jantung. Rambut laki-laki itu tergerai, hitam dan lurus, indah namun terlihat agak kusam.

Shizuka mengembuskan napas, kemudian berhenti, meyakini bahwa seseorang yang berada di hadapannya ini telah meninggal dunia. Tentu saja, tubuh sang sulung sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan lagi, lantas apa yang membuat lelaki ini masih memiliki jiwa di dalam raga yang sudah tak berfungsi? Tubuh itu nyaris membusuk dari bagian dalam?

Iblis? Ya, pasti ini ulah iblis.

.

.

.

Bersambung.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top