16. Pengobatan Darurat (Sisi Lain Ryunosuke)

Udara hangat menjadi penghantar perjalanan muda-muda yang baru saja bertarung dari penyerangan mendadak para musuh, dengan wajah takut dan malu, gadis itu terus memejamkan mata sambil menaruh wajahnya di dada sang Tuan Muda―menundukkan kepala.

Ia tak berani untuk sekadar melihat ke samping, apalagi ke bawah, baginya itu semua akan membuatnya dalam kondisi serba salah. Melihat ke atas, matanya akan menjadi sakit karena menatap mentari yang mulai menyilaukan, mengarahkan wajah ke samping dan ke bawah membuatnya takut kepalang dengan ketinggian, sedang ketika mensejajarkan wajahnya maka yang ditangkap permata hijau itu adalah wajah tanpa ekspresi yang sangat dekat dengannya.

Kepala pun digelengkan, benar-benar malu karena memikirkan hal ini. Shizuka sendiri sudah tak tahu berapa lama mereka menempuh perjalanan, tetapi jika melihat terik matahari, mungkin sekarang sudah memasuki waktu tengah hari.

Keringat tipis mulai menjalari wajah Ryunosuke, lelaki itu lantas memelankan laju kepak sayapnya dan berangsur menurunkan diri ke pinggir pegunungan. Pohon-pohon tinggi menyambut mereka terlebih dahulu, mata perak khas itu menatap bibir sungai yang berarus beriak, menandakan tak dalam, kemudian ia pun menapakkan kakinya ke tanah.

Meraka berada di belantara hutan, tetapi bukan di desa naungan klan Hakudoshi. Shizuka tak tahu ini di mana dan Ryunosuke sepertinya tak berniat untuk menjelaskan apapun karena lelaki itu kini mendudukkan diri dan mengembalikkan wujud seperti manusia.

"Tuan Muda," perkataan Shizuka terdengar khawatir, ia melihat kain perban pada tubuh Ryunosuke kini terembasi darah segar. Lelaki itu terlalu lelah untuk sekadar menjawab, Shizuka hanya melihat Ryunosuke mengerutkan alisnya dan menyandarkan diri di batang pohon yang tumbuh di dekat bibir sungai.

Mata hijau itu memperhatikan tubuh sang Tuan, kulit pucat yang berkeringat cukup banyak, napas yang terdengar tak beraturan dan adanya kerutan di alis yang semakin menjadi-jadi. Shizuka dapat memastikan kalau sekarang Ryunosuke tengah merasakan sakit pada luka robek diperutnya, tak langsung dibersihkan dan diobati, menjadikan luka itu semakin parah karena bisa saja terinfeksi.

Sang gadis lantas berlari, mendekati semak. Ia mencari daun yang bisa digunakan sebagai wadah untuk air karena bagaimanapun Ryunosuke harus memenuhi kebutuhan cairan di tubuhnya. Keringat yang cukup banyak, menjadikan lelaki itu terlihat lemas.

Shizuka menemukan daun yang bentuknya lebar dan bisa dijadikan sebagai wadah air, ia lantas mengambilnya beberapa dan melipatnya sedemikian, hingga membentuk sebuah kerucut. Berjalan cepat ke arah sungai dan mengambil airnya, lalu memberikannya kepada Ryunosuke yang terduduk tak jauh dari bibir sungai.

"Tuan Muda, minumlah ini." Gadis itu berusaha agar airnya tak menetes dari celah daun.

Ryunosuke membuka matanya, lalu menerima sodoran wadah daun dengan memegangi tangan Shizuka, ia membiarkan sang gadis membantu dengan memegangi kepalanya, agar ia bisa meneguk cairan menyegarkan yang tersaji di depan mata.

Dahan-dahan pohon dan dedaunan yang lebat, menjadikan mereka terlindung dari sinar mentari. Shizuka lantas meminta izin kepada Ryunosuke untuk membuka perban yang meliliti perutnya dan berniat untuk membersihkan luka itu, yang dibalas Ryunosuke dengan menganggukkan kepala dan membiarkan Shizuka bekerja sebagaimana seorang tabib.

Gadis itu mulai membuka lilitan kain, dengan perlahan agar tidak membuat Ryunosuke merasa tak nyaman. Setelah itu, ia menatap luka robek di perut Ryunosuke, Shizuka mengehela napas penuh syukur karena luka tersebut tak sampai menembus isi perut. Ia lalu membuka bungkusan bawaannya dan mengambil sebuah kain lain untuk melilit, sebuah ramuan obat yang berada di dalam botol, dan handuk kecil untuk membersihkan luka.

"Ada apa, Shizuka?" Ryunosuke bertanya karena melihat alis Shizuka berkerut dan gadis itu seperti tengah mempertimbangkan sesuatu.

Kepala berambut cokelat terlihat menggelengkan, lalu berdiri dan berjalan ke arah sungai untuk membasuh handuk kecil, ia meremasnya dan kembali berjalan ke arah Ryunosuke yang masih menatapnya dengan bersandar di batang pohon.

"Darahnya sudah mengering, tetapi karena Anda telah memaksakan diri, darah segar kembali merembas. Ini cukup sakit karena saya harus membersihkan semuanya. Saya akan memulainya, Tuan Muda."

Dingin air sungai menyentak tubuh Ryunosuke, belum lagi rasa perih yang tersaji tiap kali gadis itu menempelkan handuk kepada luka robeknya. Walau Shizuka dengan perlahan membersihkan darah kering di sekitar luka, tetap saja Ryunosuke merasa sakit hingga harus memejamkan mata dan mengatur pernapasan.

Ryunosuke merasa lebih baik, saat tangan dan handuk meninggalkan lukanya, entah sudah berapa kali gadis itu bolak-balik antara dirinya dan sungai untuk membilas handuk dan membersihkan kembali lukanya. Namun, sekarang alis Ryunosuke kembali berkerut saat sang gadis mengambil sebuah jarum aneh yang lebih mirip kail untuk memacing ikan, dan sebuah benang yang kemudian disangkutkan di dalam jarum. Apa Shizuka berniat untuk memancing agar mereka tak kelaparan?

"Tuan Muda, saya akan menjahit luka Anda dan karena ini akan menyakitkan, sebaiknya Anda gigit kain ini agar tidak berteriak. " Shizuka sekarang menyerahkan sebuah gulungan kain cukup tebal, yang bisa digunakan untuk menghalau suara Ryunosuke dengan cara menggigitnya.

"Apakah harus dijahit?"

Sebelumnya Ryunosuke sama sekali tidak pernah terluka saat bertarung, itu karena ia tidak pernah memecah fokusnya saat memegang pedang. Tetapi, lain ceritanya dengan kejadian beberapa saat lalu, fokus Ryunosuke pecah saat ia harus bertarung sekaligus menjaga keselamatan kakakknya dan tabib ini. Sebenarnya, Aoda sama sekali tidak perlu dikhawatirakan karena lelaki itu terikat kontrak dengannya dan hanya dirinya yang bisa membuat Aoda lepas dari dunia ini. Lelaki itu tak akan bisa disakiti karena sesungguhnya Aoda memanglah telah mati.

Lain halnya dengan Shizuka, sebenarnya gadis itulah yang dicemaskan Ryunosuke, apalagi ia masih terikat hukuman dengan Shizuka saat itu. Ia tentu saja tak ingin mengecewakan kakaknya. Mungkin, ini pula yang menyebabkan Shishio dan Renji gugur. Jika hanya jumlah lawan yang banyak, mereka tidak akan semudah itu dikalahkan, tetapi kerana harus membagi fokus saat bertarung, mereka menjadi memiliki banyak celah karena harus memikirkan keselamatan sang Majikan.

Ryunosuke tersentak setelah melamun beberapa saat karena merasakan benda yang terbuat dari besi itu menembus kulitnya, menyatukan daging tubuhnya agar tak terkoyak lebar seperti sekarang. Tentu saja, ia akan merasa lebih baik setelah hal ini diselesaikan, tetapi yang menjadi masalah adalah rasa sakit ketika ia dengan jelas mendapatkan tusukan jarum di kulitnya yang sudah terluka, belum lagi ada seutas benang yang berfungsi sebagai pemersatu.

Matanya terpejam dengan alis yang berkerut, ia menggigit kuat-kuat gulungan kain yang tadi diberikan Shizuka. Ini sangat sakit.

"Grrgg!" Suara geraman masih terdengar walau ia telah menggigit kain. Ia ingin menghancurkan sesuatu untuk melampiaskannya.

Tangan Ryunosuke memegang pergelangan tangan Shizuka, seperti ingin mencengah gadis itu agar tak meneruskan penyiksaan ini.

"Tuan Muda, saya mohon bertahanlah sebentar."

Shizuka berhenti dari aktivitasnya karena tangannya dicengkeram Ryunosuke, lelaki itu membuang kain di mulut yang berfungsi sebagai penyumpal suara, matanya terbuka dan menatap sayu sang gadis yang berada di samping tubuhnya. Ryunosuke masih tergeletak di atas daun kering, terlentang di permukaan tanah.

"S-sebaiknya, kau buat aku tak sadarkan diri. Dengan ramuanmu atau apapun." Lelaki itu bernapas putus-putus. Kesadaran akan segera membunuhnya.

Keringat bertetesan dari tubuh dan dahi Ryunosuke, lelaki itu gemetar karena rasa sakit.

"Anda harus kuat, setelah ini semua akan menjadi lebih baik." Shizuka tersenyum.

Ia tak bisa memberikan semangat yang lain karena sekarang kedua tangannya sedang bekerja. Ryunosuke terlihat menganggukkan kepala, dan Shizuka kembali menyatukan koyakan di perut sang Tuan. Laki-laki itu berusaha sekuat mungkin agar tak mengeluh atau bahkan meneteskan air mata, ini penyiksaan yang amat menyakitkan, ia dijahit dengen kesadaran penuh. Kenapa luka ini tak membuatnya pingsan saja, semua itu akan lebih baik untuk dirinya.

Hela napas terdengar dari diri Shizuka, gadis itu lalu membasuhkan tangannya ke sungai setelah selesai menjahit luka Ryunosuke, kemudian kembali mendatangi Ryunosuke dan tersenyum untuk menguatkan lelaki itu. Ia sendiri heran, kenapa Ryunosuke masih sanggup untuk terjaga? Padahal seharusnya tenaga lelaki itu sudah terkuras banyak karena proses menjahit luka ini.

"Tuan Muda, saya akan memberikan ramuan ini agar luka Anda lebih cepat sembuh. Namun, ini juga cukup menyakitkan. Setelah ini, Anda akan merasa lebih baik." Gadis itu merasa sungkan saat mendapati Ryunosuke yang terbelalak dan mengeluh terbata.

"Kau ... mengataknnya lagi, agar lebih baik, eh?" bisik lelaki itu dengan muka masam. Entah kenapa, di sini Shizuka seperti menemukan sisi lain dari tuan mudanya yang sombong, kaku dan menyebalkan. Ia tentu tidak akan melupakan saat di mana sang Tuan mengancamnya dengan sebuah cekikan.

"Shizuka! Arg!"

Gadis itu tidak bisa melakukan apa pun selain meneruskan kewajibannya, ia melirik Ryunosuke yang sekarang memasukkan kain gulungan ke dalam mulut dengan sebelah tangan, sementara sebelah tangan lainnya dipakai untuk mencengkeram rambut hitam panjang.

Jari-Jari mungil Shizuka kembali meratakan ramuan berbentuk bubur hijau dan lengket juga bau ke perut Ryunosuke yang terdapat luka yang telah dijahit, ia lalu memberikan sebuah kain pesegi untuk menjaga agar ramuan itu tidak berserakan ke mana-mana saat Ryunosuke bergerak nanti. Kain yang lebih panjang diambilnya, untuk digunakan sebagai pelilit tubuh Ryunosuke. Kain itu ia lingkarkan ke tubuh Ryunosuke yang terluka, ia menarik belakang pinggang Ryunosuke dengan perlahan, agar kain perban bisa melilit tubuh Ryunosuke dengan sempurna.

Sang Tuan sendiri sekarang sudah melepas sumpalah yang berada di mulut, napasnya masih tersegal dengan tubuh yang benar-benar dibanjiri keringat.

"Anda sangat tahan banting." Shizuka tersenyum tulus, tetapi Ryunosuke tetap merasa kesal.

Ia tak suka terlihat lemah, apalagi dihadapan seorang wanita. Namun, luka ini benar-benar membuatnya berada di dalam kondisi paling memalukan dalam kehidupan yang ia jalani ini. Ia tak bisa membayangkan bagaimana wajah memuakkannya saat mengerang sakit. Kepalanya mendadak pusing sekarang karena memikirkan hal itu.

"Selesai, sekarang sebaiknya Anda beristirahat." Shizuka kembali menuju sungai untuk membasuh handuk dan membersihkan peralatannya. Ia juga menjemur kain-kain yang sudah dicucinya di ranting pohon, lalu mengambil kain seperti handuk kecil untuk membersihkan wajah dan tubuh Ryunosuke. Setelah handuk kecil itu diperas, dirinya kembali ke samping Ryunosuke dan mulai membersihkan wajah lelaki yang merupakan tuan muda klan Hakudoshi.

"Saya kira, Anda sudah tertidur."

Ryunosuke mengerutkan alis. Dengusan sebal sengaja diperdengarkan untuk Shizuka.

"Punggungku penuh dengan daun kering yang menempel karena keringat. Itu sangat mengganggu, Shizuka. Dan gatal."

Tawa kecil terdengar dari bibir si gadis berambut cokelat ikal.

"Sayangnya, saya tidak bisa membersihkannya karena untuk sementara ini Anda tidak boleh bergerak dulu."

Jari-jari Shizuka menyingkirkan rambut Ryunosuke yang menempel di dahi dan pipi, ia lalu membersihkan wajah lelaki itu dengan handuk kecil yang berada di tangannya. Bagian leher, lalu dada dan lengan. Walau punggung pria itu terasa gatal, tetapi sekarang dirinya merasa lebih baik.

Sebenaranya, mereka berdua sama-sama berada dalam keadaan kotor. Kimono Shizuka sendiri penuh dengan noda darah kering, muka dan lengan atasnya juga, tetapi tentu saja bagian itu sudah ia bersihkan ketika mereka mendarat di pinggir sungai tadi. Namun, ia belum sempat untuk mengganti kimono-nya karena luka Ryunosuke menjadi prioritas. Sekarang, setelah luka pria itu ia obati, tujuan selanjutnya adalah membersihkan tubuh secara keseluruhan dan mengganti kimono.

Ia mengambil pakaian di dalam bungkusan kain yang dibawa, lalu memilih bagian sungai yang terlihat tertutup bebatuan besar. Ia menanggalkan pelapis tubuh dan mulai membesihkan tubuh. Selembar handuk kecil menutup area pribadinya saat ia telah selesai membersihkan diri, dengan duduk di batu, ia kemudian mencuci kimono yang penuh dengan noda darah.

Atensinya berpindah, sekarang ia memegang bagian atas pakaian Ryunosuke, lelaki itu hanya memakai celana dan selembar kain yang berguna untuk selimut. Setidaknya ia harus membersihkan pakaian Ryunosuke, untung ia sempat memindahkan beberapa kimono Aoda ke dalam bungkusannya. Jadi lelaki itu akan memiliki pakaian untuk ganti nanti.

Kini ia telah memakai pakaian yang bersih, sementara baju basah itu ia jemur di dahan pohon seperti handuk dan perban tadi. Ia lalu mendekati Ryunosuke yang tergeletak dengan alas rerumputan dan daun kering, saat mendekatinya, Shizuka mengangkat alisnya karena melihat sang Tuan yang masih tetap terjaga.

"Kenapa Anda tidak beristirahat?" Shizuka tentu terkejut, ia kira sang Tuan sedang berada di alam mimpi.

"Ini tak lebih baik, dia terus berdenyut dan membuatku susah tidur."

Shizuka menghela napasnya. Ia menatap Ryunosuke dengan kesal karena benar-benar keras kepala, padahal dengan kondisi tubuh seperti ini, jika mata lelaki itu dipaksa terpejam, pasti dengan sendirinya dia bisa tertidur. Seperti para pasiennya yang lain saat di desa dulu.

"Tuan Muda hanya tinggal memejamkan mata, lagi pula tubuh Anda sedang sangat kelelahan. Nanti Anda akan tertidur dengan sendirinya."

"Lagi pula, aku sangat haus." Shizuka menganggukkan kepala dan berjalan untuk mengambilkan air.

Ia membuat sebuah bentuk kerucut dari daun yang bentuknya agak lebar, jadi bisa menampung air cukup banyak untuk meredakan harus tuan mudanya. Setelah mengambil air, ia berjalan mendekatkan diri kepada Ryunosuke, dan kebingungan sendiri karena lelaki itu masih belum bisa bergerak leluasa.

"Bagaimana caraku minum?"

"Bukankah kalian sangat jenius?" Shizuka mengangkat satu alisnya. Sedang Ryunosuke merasa kesal.

Lelaki itu kemudian tanpa sengaja mengalihkan tatapannya dari mata Shizuka, terfokus kepada bibir merah muda sang gadis.

"Bagaimana kalau dengan cara itu?" Ryunosuke berwajah datar ketika mengucapkan kalimat sedemikian, tetapi secercah merah muda menebar di pipinya. Bola mata hitam itu pun tak menatap diri Shizuka, melainkan arah samping. Namun, kelihatannya sang gadis tidak sadar dengan kecanggungan Ryunosuke.

"Ah, benar juga!" Shizuka terlihat senang, dan membuat Ryunosuke mengerutkan alis curiga.

.

.

.

Bersambung

Silakan tinggalkan kenang-kenangan berupa vote, komen dan share.

Oh, ya. Komik The Prince's Secret sudah publish di Webtoon Kanvas, silakan cari dengan kata kunci sesuai judul atau nama zhaErza.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top