15. Sad Tragedy.

Ledakan besar di langit terjadi, seakan udara di atas sana yang terbakar, kobaran api membubung tinggi dan melebar. Setiap pasang mata yang menyaksikan kejadian itu berteriak dalam kengerian yang tak dapat terjelaskan. Setelah sebelumnya langit berwarna kemerahan akibat lingkaran sihir, sekarang berwarna jingga terang akibat warna api yang menutupi.

"REINA!" Cyanne berteriak lantang. Ia menghentikan misinya dan terbang cepat menuju ke lokasi ledakan.

Sedangkan Verona kemudian merapalkan mantra sihir untuk membersihkan sisa ledakan. Kobaran api di langit pun seketika menghilang, bersih habis terserap oleh sihir yang Verona keluarkan.

"Hanya seperti kemampuanmu, huh? Padahal Ayah sangat membangga-banggakan dirimu. Ternyata tidak ada apa-apanya." Verona bergumam lalu pergi meninggalkan tempat tersebut dalam sekali kedipan mata.

Hujan di Mandevilla pun akhirnya turun. Itu bukanlah hujan biasa, melainkan hujan kutukan yang Verona berikan. Seperti yang Cyanne sempat singgung bahwa hujan tersebut bisa menembus apapun tanpa ada yang bisa menghalanginya. Target utama adalah para wanita. Bahkan bayi perempuan sekalipun dapat terkena oleh kutukan yang ia buat. Meski mereka berada di dalam rumah dan bersembunyi dalam takut, air hujan itu masih dapat menembus atap barang hanya setetes dan jatuh di atas tubuh mereka.

Siapapun yang terkena oleh air hujan sihir itu kecuali pria, tangan mereka akan memunculkan sebuah segel di bagian pergelangan tangan. Bentuk segel yang muncul berwarna hitam dengan ukiran ular bersisik. Semua wanita yang terkena air hujan pun panik ketika menyadari adanya tanda aneh muncul di pergelangan tangan. Suasana semakin memilukan ketika mereka menyadari bahwa itulah kutukan yang dimaksud.

Tangisan dari seluruh wanita, anak-anak dan bayi perempuan di seluruh Kerajaan Mandevilla pun terdengar ke setiap sudut. Bahkan dari kejauhan, di istana kerajaan sekalipun, para prajurit dapat mendengar tangis mereka. Pelayan di Kerajaan Mandevilla juga tak luput dari kutukan yang sama.

Lalu Cyanne yang terbang di atas mereka pun menunduk, menyaksikan tragedi di mana dalam pandangannya tampak banyak lelaki yang merupakan kepala keluarga berteriak histeris di luar rumah mereka. Bahkan yang di dalam rumah pun bisa Cyanne dengar suara putus asa dari para warga. Suara-suara itu membuat hati Cyanne teriris hingga menangis. Suara tangis dan teriakan, umpatan putus asa, dan bahkan Cyanne menyaksikan satu keluarga bunuh diri bersama-sama.

"I-Ini ... mengerikan." Cyanne hanya bisa bergumam dengan pilu. Tragedi kutukan yang dijatuhkan oleh Verona benar-benar kengerian. Hati nurani Cyanne dengan sedikit keberaniannya bertekad untuk membereskan semua ini meski harus mengorbankan nyawa.

Namun, hal pertama yang perlu ia perhatikan saat ini adalah mencari keberadaan Reina yang telah menghilang di udara. Cyanne menajamkan pandangannya dibantu juga dengan energi miliknya yang tersisa membuat ia bisa melihat dengan tajam meski terlampau ratusan meter jauh jarak pandangnya.
"Reina tidak akan mati dengan mudah. Ia sudah berjanji akan membereskan semua ini dan memberikan laporan pada kerajaan sihir." Cyanne bergumam lagi dengan panik. Tubuh kecilnya bergerak mondar-mandir tidak tenang.

Hingga akhirnya, ia melihat seseorang yang terbaring tak berdaya di atas sebuah gedung bangunan milik warga. Kemudian Cyanne pun melaju terbang dengan kecepatan penuh menuju ke sana. Benar saja, yang ia lihat adalah Reina. Meskipun baju yang dikenakan olehnya sudah compang-camping dan dan tubuh penuh luka, ia tidak mungkin tidak mengenali sahabat karibnya sendiri.

"Reina." Cyanne bersuara pilu ketika ia telah tiba di samping si pemilik nama.

Tubuh Reina dipenuhi luka bakar, kulitnya banyak yang melepuh dan mengelupas, wajahnya lebam dan luka yang terbuka. Bisa Cyanne pastikan bahwa energi sihir milik Reina telah benar-benar habis sehingga ia tidak bisa memulihkan diri sendiri. Namun, Reina masihlah hidup. Cyanne bisa merasakan dengan jelas jantungnya yang masih berdegup dan napas sahabatnya yang kesulitan.

"C-Cyan," suara parau Reina terdengar.

Cyanne kemudian berpindah tempat, ia terbang di depan wajah Reina yang mulai membuka matanya perlahan-lahan.

"Kau tidak apa-apa?" Pertanyaan bodoh dari Cyanne tentu saja. Reina sampai tersenyum melihat kelakuan unik sahabat kecilnya itu. Bisa-bisanya ia masih bisa bertanya demikian setelah melihat kondisinya yang benar-benar parah.

"T-Temui prajurit dan minta bantuan kerajaan sihir dengan segera." Reina kembali memberi perintah.

"Cih! Kau masih saja bisa memerintahku di saat kondisi tidak baik-baik saja seperti ini!" Cyanne mengeluh dengan suaranya yang melengking.

Reina kembali terkekeh meski dipaksakan. "Itu tahu jika aku tidak baik-baik saja. Lalu mengapa tadi kau masih bertanya?"

"Bukankah itu yang normal ditanyakan saat teman kenapa-kenapa?" Cyanne bertanya balik hingga Reina kembali terkekeh sedikit.

"Pergilah, Cyan," ucap Reina dengan wajah memelas. Dalam pikirannya sudah terbesit banyak hal negatif. Tentang dirinya yang mungkin tidak bisa diselamatkan lagi karena luka yang begitu parah dan kemenangan telak Verona yang mungkin akan membawa kekacauan berikutnya dalam waktu dekat. Ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa sehingga yang bisa dilakukan hanyalah meminta tolong Cyanne agar bergegas memberi laporan dan membuat prajurit serta kerajaan sihir mengambil tindakan.

"Tidak." Sebenarnya jawaban Cyanne ini sudah bisa diduga oleh Reina. Cyanne melanjutkan, "Aku tidak akan meninggalkan sahabatku yang sedang terluka."

"Kau harus bergegas agar bala bantuan seg–ukhuk!" Reina tak melanjutkan ucapannya akibat terbatuk darah. Batuk yang dialaminya juga tidak hanya sekali. Ia terbatuk beberapa kali dan mengeluarkan darah. Kondisinya sudah sangat parah hingga kepanikan Cyanne semakin tinggi terhadapnya.

Cyanne terbang di sekitar tubuh Reina yang terkapar dan tak sadarkan diri. Ia tidak tahu harus bagaimana karena sihir teleportasi hanya bisa dilakukan oleh penyihir. Tentu saja ia tidak bisa membawa Reina secepat kedipan mata menuju ke tempat persembunyian tentara sihir. Cyanne begitu panik hingga tangisannya semakin kencang sambil menggoyang-goyangkan pipi Reina agar bisa memberi rangsangan untuk membuat wanita itu sadar dari pingsannya. Namun, usahanya tentu gagal.

Hingga Cyanne pun terpikirkan sesuatu hal. Lokasi mereka saat ini adalah berada di Kerajaan Mandevilla dan dekat dengan istana utama. Di dalam istana tentunya ada para tabib yang sangat ahli karena merawat bangsawan dan juga keluarga raja. Pengobatan terbaik justru ada di dalam istana dan Cyanne yakin jika ia membawa Reina ke sana, temannya itu akan bisa diselamatkan.

Tanpa berbasa-basi lagi, Cyanne segera menyentuh pipi Reina dengan lembut. Ia mengeluarkan bubuk peri dari tangannya dan menabur di wajah Reina. Sedikit bubuk peri saja sudah bisa membuat targetnya melayang di udara. Lalu, Cyanne kemudian terbang di samping tubuh pingsan Reina menuju ke istana Kerajaan Mandevilla.

Tidak hanya pada kota-kota pemukiman warga. Situasi dan kondisi yang sama juga bisa Cyanne lihat di istana Kerajaan Mandevilla. Situasi yang memperlihatkan kesedihan dan keputusasaan. Masing-masing orang yang ada di area gerbang dan di dalamnya sama sekali tidak melirik atas kehadiran Cyanne dan Reina di tengah-tengah mereka. Raungan dan tangisan mereka yang nyaring membuat suara Cyanne yang meminta tolong tidak terdengar.

Prajurit laki-laki justru terlihat lebih tegar dan tetap bertugas meski kocar-kacir. Namun, para pelayan istana yang mulai lemas dan pingsan membuat suasana semakin kacau. Para prajurit perlu memindahkan mereka ke tempat yang aman dan tanpa formasi.

Menurut Cyanne, bagaimana pun ia berusaha untuk meminta pertolongan pada mereka, agaknya itu tidak akan bisa dilakukan. Para manusia itu sedang memikirkan nasib sendiri. Diri sendiri sudah tidak bisa ditolong, bagiamana mereka bisa menolong orang lain? Mungkin begitu kiranya yang bisa Cyanne simpulkan.

.
.
.

🌹🌹🌹

Bersambung ~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top