Prolog

"Sejak perusahaan Papa bangkrut, rumah lama kita terpaksa dijual. Lo tau tentang itu, kan?"

"Woya jelas. Itu awal dari kepercayaan kalian sama ramalan yang berujung menyalahkan gue atas insiden itu," jawab Hara dengan gigi menggertak.

"Rumah itu akhirnya dibeli kembali sama kakeknya Owen karena merasa simpatik sama kita, trus papa sama mama juga dianggap berjasa karena pernah membiarkan Owen tinggal sama kita," jelas Gara lagi seakan tidak ada interupsi. "Kakek Owen berjanji akan mengembalikan rumah itu ke kita tanpa harus membayar setelah gue genap 18 tahun. Teknisnya, gue hanya perlu waktu sekitar 6 bulan lagi untuk mendapatkan hak milik rumah itu secara resmi."

"Kenapa kakeknya Owen nggak langsung kembalikan aja? Keluarga Nugroho tiga kali lipat kayanya dari kita, saingan sama konglomerat kan?"

"Yaaa... lo tau sendirilah namanya pebisnis ya gitu, pastinya mau memanfaatkan setiap peluang yang bisa memberikan keuntungan lebih. Makanya banyak yang kaya jadi semakin kaya," jawab Gara dengan kesabaran yang patut diacungi jempol. "Rumah itu udah lama difungsikan kakek Owen untuk disewakan kamarnya ke teman-teman sekelas gue, ya hitung-hitung tujuannya demi Owen sih supaya nggak merasa sendirian. Lo kan tau sendiri sejak kecil orang tua Owen jarang pulang ke rumah."

"Gue jadi tau rasanya gimana jadi Owen," sindir Hara pedas.

"Nah jadi gimana, Hara? Kalo lo bantu gue, rumah itu bakal kembali jadi milik kita setelah 6 bulan lagi. Lo harus bertahan jadi gue selama kurun waktu itu. Mau ya?"

"Gue berpura-pura jadi lo?"

Gara mengangguk.

"Gue jadi cowok?"

Gara mengangguk lagi.

"Selama 6 bulan?"

Gara mengangguk lagi. "Tambahannya tinggal di rumah itu juga sama teman-teman sekelas gue. Ada Owen juga, kok. Nggak usah khawatir, dia bakal jagain lo. Lagian denger dari Paman Ariga, lo jago kelahi, kan? Bukan jadi halangan dong lo tinggal di sana."

"DASAR GILA YA LO!" seru Hara yang nadanya naik satu oktaf lagi. "Gue nggak mau! Lo ngaku aja ke kakeknya Owen kalo lo kecelakaan. Masalah selesai, kan?"

"Masalahnya gue takut kakek Owen berubah pikiran, Ra. Soalnya rumah itu strategis. Jelas potensi mendapat keuntungan lebih besar daripada kembalikan ke kita. Gue yakin kakeknya Owen bakal ngambil kesempatan buat ngeles kalo tau yang sebenarnya."

"Enam bulan masih lama, Ga. Lo pasti bisa sembuh total sebelum masa itu tiba," kata Hara dengan nada yang dimanis-maniskan meski tatapannya masih galak. "Lagian gue benci berpura-pura orang lain, apalagi orang itu adalah lo."

Namun Gara menggelengkan kepalanya. "Tulang kaki gue ada yang patah, Ra, dan udah dipastikan bakal lama sembuhnya. Lo harus bantuin gue, ya? Plisss... kapan lagi bisa dapetin rumah kembali tanpa bayar? Lo nggak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini, Ra.

"Soal adaptasi sama teman-teman sekelas gue, lo nggak usah khawatir. Anggapannya, lo kecelakaan tapi hilang ingatan. Jadi mereka nggak bakal curiga. Mau ya, Ra?" tambah Gara di saat Hara masih bungkam.

"Tetap aja," bisik Hara akhirnya setelah diam selama beberapa saat. "Lo sekarang butuh gue karena ada maunya. Gue jadi merasa kayak orang bodoh karena dengan gampangnya kalian buang trus bisa kalian bujuk untuk baik-baik lagi sama kalian."

"Hara...."

"Gue muak sama kalian," kata Hara dingin. Matanya lantas memberitahu Gara tentang luka dan kesedihan yang terlalu kentara hingga cowok itu sukses dibuat kicep.

*****


Presented by: YunitaChearrish
Start: Sept 30th, 2020 | 15.30

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top