9). Another Secret (?)
"Beliau adalah Wali Kelas kita, Pak Yunus," jelas Galang pada Hara ketika seorang guru masuk ke dalam kelas dan memberikan senyum penuh kehangatan usai merespons salam dari murid-murid.
Hara menoleh pada Galang, terapi tidak mengatakan apa-apa. Sebenarnya sengaja karena dia masih ingin bertahan dengan karakter tsundere-nya. Lagi pula, cewek itu tidak menemukan alasan kalau dia harus merespons.
Mengucapkan terima kasih? Hara akan merasa kalau itu hanya akan membuat Galang curiga. Sejauh pengamatannya, empat cowok yang tinggal bersama Gara di rumah pastilah telah mengakrabkan diri satu sama lain, bahkan jauh lebih akrab dari seharusnya.
Mungkin itulah sebabnya mengapa Owen bisa mempunyai perasaan khusus pada Gara Arganta, pikir Hara yang lagi-lagi mengingat kenyataan itu sementara ekor matanya menangkap siluet Owen di sebelah kanannya dan diam-diam memperhatikannya.
Sungguh disayangkan seorang cowok seperti Owen Putra Nugroho lebih tertarik pada sesama jenis karena Hara mengakui kalau Owen mempunyai wajah yang tampan sehingga tidak heran jika cewek secantik Maya Florensia rela menjadi bucinnya. Tatapan matanya bisa saja saingan sama Vico yang mampu membuat siapa saja meleleh jika ditatap terlalu lama dan bisa dibilang kalau parasnya layak menyandang julukan 'visual' dalam bahasa fanatik grup idola Korea.
Owen mengalihkan tatapannya ke Hara saat sadar sedang diperhatikan, membuat si pengamat segera membuang muka, tetapi kedua matanya langsung berhadapan dengan Galang yang ternyata sedari tadi telah memperhatikannya.
Sepasang netra itu sarat akan kepedulian yang tinggi dan juga bermakna simpatik hingga Hara merasa tidak senang.
"What are you thinking about?" tanya Hara dengan tatapannya yang membunuh. "Don't you ever dare to know me."
Hara menyangka kalau ancaman telaknya akan berhasil menjatuhkan mental Galang, tetapi ternyata dia salah besar. Cowok itu memang sempat dibuat membeku oleh perkataannya, tetapi itu tidak berlangsung lama karena beberapa detik setelahnya, cowok itu tersenyum manis.
"How about if I can study you?" tanya Galang, masih dengan senyum manisnya alih-alih marah. "I'm pretty sure I will graduate, trust me."
"Apa karena lo terkenal dengan sifat pengertian lo yang tanpa batas?" tanya Hara setelah menunjukkan tawa konyolnya. "Denger ya, kalo semua orang bisa saling pengertian, nggak akan ada yang namanya perselisihan atau bahkan kebencian. Benar, kan?"
"Lo bener, Gara. Tapi gue nggak bilang gue bisa ngerti semua orang. Konteksnya sekarang adalah elo, karena sejak tadi pagi gue udah mengerti apa alasan sebenarnya. Alasan mengapa lo bersikap seperti ini yang mana sangat tidak sinkron dengan pribadi Gara yang sesungguhnya."
Tatapan Galang sekarang tampak serius, membuat Hara gagal paham. Cewek itu segera mengernyitkan alis, mulai menerka-nerka apa arti perkataannya.
"Lo bingung, ya?" tanya Galang yang tampak begitu puas dengan dirinya sendiri. "Rupanya gue bisa mempengaruhi lo juga padahal karakter tsundere lo begitu kuat, dan sekali lagi gue rasa gue ngerti sama perasaan lo. Itu sangat wajar menurut gue."
"Lebih baik terus terang atau nggak sama sekali, karena gue paling benci sama semua yang berkaitan dengan bertele-tele," kata Hara dingin hingga membuat fokus Vico teralihkan karena mendengar ucapannya dari depan bangku.
Vico memutar kepalanya ke belakang, mengamati ekspresi Hara dengan ekspresi takjub dan berkata, "Sejak kapan Gara yang gue kenal jadi nggak suka bertele-tele? Sebagai sahabat lo yang cukup dekat sampai sering bertukar pakaian dalam, lo itu pribadi yang paling suka bertele-tele kalo ngomong. Makanya cewek-cewek lebih suka sama gue daripada elo."
Hara tidak mau menjawab, lebih tepatnya dia sudah emosi. Mendadak dia menyesal telah bersedia menjadi Gara. Cewek itu tidak memperkirakan kemungkinan terjebak dalam lingkaran cowok-cowok gila seperti mereka.
Hara yakin sebentar lagi dia akan depresi jika meladeni omongan mereka.
Oleh sebab itu ketika ekor mata Hara menangkap sepasang netra Kimmy yang kebetulan memandangnya, sebuah ide muncul begitu saja dalam pikirannya.
"Kimmy, let's be friends."
"What?" tanya Kimmy, melongo.
"I said, let's be friends. I prefer making friends with you rather than have to stuck between crazy guys," kata Hara terus terang, berhasil membuat ketiganya menatapnya ngeri seakan cewek itu benar-benar kerasukan arwah. "If you agree, come sit next to me."
Vico berbalik menatap Kimmy di sebelahnya, lantas memberikan tatapan menuduh dan berkata, "Ternyata arwahnya lesbian, Kimmy! Lo harus hati-hati!"
Kimmy balas menatap Vico risih, tetapi tetap saja cewek itu terhenyak dengan penawaran Gara. Menurutnya ini tidak masuk akal karena selama ini hubungan mereka tidak layak disebut sebagai akrab. Karakter Gara yang kurang lebih mirip dengan Vico membuat keduanya sering terlibat adu mulut.
Namun sekarang, Kimmy merasa ada yang berbeda dari Gara. Entahlah, dia juga masih belum mengerti apa perbedaannya. Yang jelas, cewek itu belum pernah melihat tatapan mata Gara yang menusuk seperti itu.
Haruskah Kimmy menerima tawaran Gara?
Gestur Kimmy selanjutnya adalah beranjak diam-diam dari bangkunya sendiri, tetapi sebelum cewek itu berhasil pindah, tangan Vico menahannya.
"Lo lebih milih dia?" tanya Vico dengan tatapan tidak percaya. "Pesona gue lebih daebak daripada dia, loh!"
Daebak adalah luar biasa dalam bahasa Korea.
Hara menaikkan alis. Untuk pertama kalinya dia menunjukkan ekspresi senang karena keputusan Kimmy, sementara Galang ikut menarik senyum setelah memperhatikan ekspresi Hara yang menurutnya tidak disangka-sangka.
"Better seeing your smiling face than angry one," komentar Galang, mengabaikan tatapan intens dari Hara sebagai jawabannya. "Kalo itu bisa membuat perasaan lo lebih baik, gue ikut kemauan lo."
"Kalo lo punya rencana untuk 'menaklukkan' gue, lebih baik lo nyerah aja," kata Hara sementara Kimmy meladeni acara ngambek-ngambekan dari Vico yang tidak terima dinomorduakan. "Lagian nggak ada untungnya buat lo, kan? Jadi nggak usah ikut campur dan urus aja urusan lo sendiri."
Namun Galang menggelengkan kepalanya, masih saja mengabaikan amarah Hara yang sepertinya siap meledak sebentar lagi. "Soalnya entah bagaimana, gue merasa punya keinginan untuk bantuin lo lepas dari penderitaan lo sendiri karena gue bisa rasain kalo apa yang lo lewatin itu nggak gampang. Gue nggak minta balas jasa, tenang aja. Gue mau karena gue murni peduli. Gara adalah teman dekat gue, jadi gue juga harus peduli dengan semua yang berkaitan sama dia, kan?"
Galang tidak memberi Hara kesempatan untuk menjawab atau setidaknya merespons, karena cowok itu telah beranjak dan lantas memberi isyarat pada Kimmy untuk bertukar tempat duduk.
Hara tidak ingin percaya dengan suara hatinya, tetapi sepertinya dia harus mengakui kalau Galang mengetahui semuanya, termasuk penyamarannya sebagai Gara Arganta.
Galang mengalihkan tatapan ke luar jendela setelah mendengar curahan hati Vico yang merasa terhina dengan kelakuan Kimmy yang kurang akhlak. Tatapannya bisa saja terlihat seperti tertarik dengan awan-awan di langit, tetapi dia sedang mengingat kembali kejadian tadi pagi.
Galang heran dengan Gara karena dia tidak menjawab salamnya seperti biasa. Cowok itu lantas berpikir mungkin saja dia baru sembuh dari kecelakaan dan kondisinya masih belum prima.
Oleh karena itu, Galang mematikan api kompor gas dan segera menghampiri Gara.
Galang segera memeluknya tetapi segera tahu ada yang tidak sama dari tubuh Gara karena tubuh itu sedikit lebih pendek dan juga lebih kurus dari yang seharusnya. Tidak cukup dengan itu semua karena di saat yang sama, Galang merasa sensasi aneh sewaktu memeluk Gara saat ini. Seperti ada sengatan listrik yang tidak akan bisa didefinisikan penyebabnya dalam bahasa ilmiah.
Maka saat itu jugalah, Galang teringat curahan hati Gara sebelum kecelakaan.
"Makasih banyak ya, Lang. Punya temen deket lain selain Owen membuat gue membayangkan kembaran gue."
"Lo punya kembaran?" tanya Galang takjub. "Dobel laknat dong."
Gara tertawa. "Gue yakin kalo ketemu dia suatu saat, kenakalan gue jauh lebih parah dari dia. Gue... gue kangen Hara."
"Hara? Cewek?" tanya Galang yang sukses dibuat takjub untuk kedua kalinya.
Gara mengangguk. "Ceritanya panjang, Lang. Yang jelas, gue dipaksa harus berpisah sama kembaran gue padahal kami dekat banget, bertiga sama Owen. Gue... gue jujur kangen sama dia. Kalo aja Hara masih sekota sama gue, gue pasti kunjungi dia terus. Persetan sama ramalan itu."
"Oke, habis pulang ekskul, lo harus cerita semuanya ke gue ya. Walau gue nggak bisa bantu, tapi setidaknya lo tau kalo gue peduli sama lo. Eh, bentar ya. Gue mau oles lipbalm lagi, nggak nyaman banget nih bibir."
Gara tertawa, lalu berkata, "Nggak nyangka deh orang feminin kayak lo bisa seloyal ini sama temen. Gue selalu nyaman curhat sama lo. Lo sama Owen saingan deh pokoknya."
"Oh... jadi gue bukan sobat lo, ya?" tanya suara berbahaya di belakang duo Gara dan Galang, membuat keduanya lantas menemukan Vico yang memasang ekspresi kesal.
Ingatan Galang kembali lagi ke masa kini di saat dia segera mengendalikan ekspresinya supaya tidak ketahuan dan dia juga sengaja menyerocos panjang lebar.
Kemudian, saat Galang melihat Vico menangkupkan wajah Hara dengan tangannya barusan dan mengomentari kulit wajah Gara yang tidak biasa, membuat cowok itu benar-benar yakin kalau dugaannya benar.
Gara Arganta yang sekarang adalah kembarannya yang bernama Hara Arganta.
Salam kenal, Hara. Lo tenang aja, gue bakal lindungin lo sampai Gara yang asli sembuh dari kecelakaan.
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top