5). Here Comes Fake Gara
Keputusan mengubah dirinya menjadi Gara sebenarnya memberikan tantangan tersendiri bagi Hara karena selain mengubah penampilannya menjadi cowok, dia juga harus memotong rambutnya. Hingga sekarang pun cewek itu merasa konyol karena harus melakukan aksi penipuan yang risikonya ngalah-ngalahin pelaku kriminal.
Hara jadi ingat drama Hana Kimi yang sempat diadaptasikan ke dalam drama Taiwan dan Korea, yang mana pemeran utama perempuan mengubah dirinya menjadi cowok untuk sebuah tujuan. Jika dalam drama tersebut, si pemeran utama berjuang dalam misi memberikan semangat pada cowok yang disukainya, Hara melakukan itu dalam misi mendapatkan kembali hak milik rumah lama mereka.
Hara tidak tahu apakah dia harus bangga dengan ini atau tidak.
"Gara, you're so handsome!" puji Gara pada Hara seakan sedang mematut dirinya sendiri ke cermin. Hara jadi teringat kenangan masa kecilnya dulu setiap dia memakai pakaian yang sama dengan Gara dan menyembunyikan rambut panjangnya. Kemudian, Gara akan memujinya dengan kalimat itu.
Kali ini, Hara tidak perlu menyembunyikan surai panjangnya karena dia telah memotong rambutnya persis dengan gaya rambut Gara.
Hara mendecakkan lidah lalu bertanya, "Jadi, penampilan gue bener udah macho kan sekarang? Nggak bakal ketahuan, kan?"
Gara menempelkan jemarinya ke sisi wajah, kemudian memiringkan kepala untuk menilai Hara. Tatapannya tidak berbeda dari seorang pacar yang memberikan penilaian pada pasangannya, menyensor dari puncak kepala Hara hingga ke mata kaki berkali-kali. "Hmmm... ada yang kurang."
"Apa?"
"Tatapan lo terlalu tajem," kritik Gara setelah sengaja memberikan jeda cukup lama demi menghayati perannya sebagai seorang juri yang sedang memberikan penilaian. "Tatapan gue itu lembut, bikin cewek mana aja langsung mendekat kayak magnet."
"Apa itu penting sekarang?" tanya Hara setelah melengos kesal, alisnya segera berkerut.
"Oke. Selain mata elang lo yang siap mencari mangsa, gue rasa nggak ada lagi yang kurang," jawab Gara akhirnya setelah menyerah mengusili kembarannya. "Ck, gue bahkan nggak bisa ngajak lo bercanda."
"Jadi, udah oke kan sekarang?" tanya Hara, seperti biasa mengabaikan celetukan tidak penting dari kembarannya. "Misi berikutnya, gue pulang ke rumah lama kita dan nyari Owen, kan?"
"Bener, karena dia roommate-nya lo."
"Ck."
"Tenang aja, Ra. Seperti yang gue bilang, Owen itu gay jadi nggak bakal--"
"Justru dia bakal grepe-grepe gue karena gue jadi cowok sekarang," potong Hara sembari melayangkan tatapan seakan Gara adalah cowok paling bego sedunia.
"Oh iya ya," jawab Gara dengan ekspresi polos. "Tapi lo tenang aja. Nggak bakalan grepe-grepe gimana kok, palingan cuma ngerangkul sama ndusel-ndusel manja aja."
Tatapan Hara berubah menjadi horor dan bergidik ngeri secara refleks. "Itu termasuk grepe-grepe namanya!"
Gara auto mencebikkan bibirnya. "Anggap dia kembaran lo deh, kita dulu kan juga pernah bobo sekamar sama ngerangkul random kalo lagi happy."
"Enteng bener ya mulut lo!" hardik Hara super galak. "Kalo Paman Ariga nggak ngeluarin gue dari sekolah, boro-boro gue mau gantiin lo!"
"Ampun, Ndoro," ucap Gara pelan. "Eh tapi... lo udah hapal nama tiga teman absurd gue yang lain, kan?"
"Dengan kemampuan otak gue, menurut lo?" Hara malah bertanya balik dengan nada menantang.
"Kalo gitu gue tes. Yang sebangku sama gue di kelas, siapa?"
Hara menatap Gara datar selagi menjawab pertanyaan kembarannya. "Galang Dawala, dari luar kelihatan feminin karena suka ngolesin lipbalm dua jam sekali, tapi selalu ngaku dirinya normal. Karakternya easy going, sepeka, dan sepeduli itu sama teman-teman sekelasnya. Am I right?"
"Jawaban lo persis sama, nggak ada yang terlewat. Salut sama lo." Gara memuji dengan kesungguhan yang patut dipuji. "Kalo yang duduk persis di depan lo, siapa? Yang sebangku sama Kimmy Kimberly?"
"Vico Anderson, si playboy tapi punya muka imut. Sebenarnya nggak tepat disebut playboy karena dia nggak pernah bermaksud mainin perasaan cewek. Lebih tepatnya, dia nggak bisa nolak kasih sayang cewek-cewek ke dia. Itulah sebabnya dia mempunyai karakter realistis, yaitu menikmati apa yang diterima dan nggak mau mikir yang ribet-ribet."
"Oke. Next, yang duduk sama Owen tuh siapa?"
"Yang terakhir, Alka Orlando, satu-satunya yang paling waras dari yang lain kalo dilihat dari luar, tapi jadi budak cintanya Maya Florensia dari kelas X. Terpintar di kelas, jabatannya Ketua Kelas, dan punya jiwa kompetitif yang tinggi."
"Oke, LULUS!" sorak Gara senang, meski tidak sinkron dengan Hara yang tampaknya menganggap semua ini adalah mimpi buruk. "Gue yakin penyamaran ini akan sempurna. Nggak ada yang bakal bisa mengira kalo lo adalah diri gue yang lain. Dipikir-pikir gue serasa amuba yang bisa membelah diri. Muehehe...."
Kekehan Gara lantas harus berhenti saat melihat mata tajam Hara. "Yahhh... salah lagi."
Hara melipat lengan di depan dada, lantas memicingkan matanya dengan sorot kecurigaan yang mengental. "Kayaknya gue jadi curiga. Ini bukan akal-akalan lo, kan?"
"Maksud lo?"
"Semua ini. Mulai dari nyuruh gue berubah jadi lo, tinggal serumah sama empat cowok, dan gue juga harus menggantikan lo di sekolah. Ini rencana lo, kan?"
"Emang lo kira gue rela ditabrak hanya demi ini semua?" tanya Gara dengan tatapan tidak percaya. "Gue nggak gila, ya!"
"Tapi tingkah lo emang gila. Laknatnya nggak ketulungan, sumpah!" kilah Hara, mengabaikan ekspresi terhina yang ditunjukkan oleh Gara padanya. "Gue nggak akan heran kalo lo beneran punya rencana kayak gitu."
"Siapa juga yang mau ngorbanin kaki sampai patah begini?" tanya Gara dengan nada yang masih tersinggung. "Gue nggak setega itu kali ya lakuin ini ke saudari gue sendiri, apalagi kita kembar. Bukankah kembar punya firasat yang sama? Masa lo nggak bisa ngerasain ketulusan gue, sih?"
"It's long gone since eight years ago," jawab Hara. Meski suaranya pelan, tetapi memberi kesan yang sangat dingin hingga berhasil membuat Gara terkesiap. "Still, you expect me to act like nothing happened?"
"Hara, gue--"
"Don't try to know me because you're not even worth close."
Situasi Hara sekarang tidak ada bedanya dengan cangkang telur yang terkelupas, menyisakan lapisan putih yang tinggal menunggu waktu hingga pecah sepenuhnya.
*****
Kesan pertama Hara saat melihat Owen Putra Nugroho pasca 8 tahun tidak bertemu adalah penampilan fisiknya yang sudah berubah banyak. Selain lebih tinggi dan berisi, visual wajahnya juga sangat layak untuk dipandang, atau lebih tepatnya standar visualnya di atas rata-rata.
Mau tidak mau Hara diingatkan kembali memori masa kecilnya bersama Owen, yang sepaket dengan Gara di sisinya. Mereka bertiga ibarat tiga saudara kandung yang tidak terpisahkan karena di mana ada Gara-Hara, di situ pasti ada Owen meski badannya terlampau kurus untuk anak seusianya.
Owen selalu menjadi korban usil Gara-Hara karena gampang ditipu. Apalagi setelah Hara menikmati kebiasaan baru memakai pakaian Gara dan menyembunyikan rambutnya di balik topi, yang sukses membuat bingung teman masa kecilnya itu.
Owen tidak hanya sulit membedakan yang mana Gara dengan Hara, tetapi selalu berhasil dibuat kesal hingga berujung meneteskan air mata. Pasalnya, uang jajan miliknya diporotin karena dipaksa menebak. Saat itu Owen masih kecil, belum mengerti kalau kekayaan keluarganya bisa membeli sebuah pulau dengan isinya kalau dia mau, jadi dia hanya merasa tidak rela saja uang miliknya diembat semerdeka mereka.
Tingkah Gara-Hara memang sama-sama laknat, tidak ada akhlaknya sama sekali.
"Gara, lo nggak apa-apa kan? Gue denger lo kecelakaan dan ponsel lo juga nggak bisa dihubungi," kata Owen, bertepatan dengan langkah Hara yang baru saja memasuki halaman rumah lamanya. Desain eksterior rumah tersebut sama sekali tidak berubah kecuali warna catnya yang semula berwarna kelabu-putih telah berubah menjadi biru-putih.
Ibarat rekaman video yang diputar ulang, Hara lagi-lagi diingatkan kembali akan kenangan masa kecilnya yang terasa nyata hingga cewek itu terpekur di tempat. Rasa rindu segera menyelimutinya, sukses membuat cewek itu benar-benar lupa akan eksistensi Owen yang sejak tadi memperhatikannya dan turut menunjukkan ekspresi sedih dengan bebas karena dia tahu kalau Hara sedang tenggelam dalam dunianya sendiri.
Hara... di antara semua rasa kehilangan yang pernah gue rasain, kehilangan lo adalah yang paling menyakitkan. Mau tau kenapa? Karena eksistensi lo sepenting itu bagi gue dan jelas jauh lebih penting daripada eksistensi orang tua yang nggak akan pernah dekat sama gue. Jadi, lo nggak boleh pergi lagi dari hidup gue. Tanpa seizin gue.
Hara membutuhkan waktu yang cukup lama untuk kembali ke dunia nyata. Lantas ketika matanya mengunci netra milik Owen, dia sadar sepenuhnya kalau dia juga rindu pada cowok itu.
Namun, Hara tidak akan bersedia menuruti suara hatinya untuk mendekati Owen dan memeluknya.
Karena Hara tidak akan pernah membiarkan siapa pun mendekat. Siapa pun dia.
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top