38). Gara's Return
"Perasaan kita udah jalan pelan banget deh. Kok Gara masih belum nyusul, ya?" tanya Galang sembari terus menoleh ke belakang untuk yang entah ke berapa kalinya dan dia juga berkali-kali harus berekspresi kecewa karena tidak kunjung menemukan sosok Hara.
Perasaan Galang mulai tidak enak. Entahlah, dia tidak tahu apa alasannya. Yang jelas, cowok itu mau tidak mau mengingat insiden tadi pagi saat melihat Hara menangis dan mulai merasa kalau akhir-akhir ini dia kelihatan begitu sensitif.
"Tenang aja," kata Vico, menenangkan Galang. "Mungkin Gara lagi siapin kejutan lain buat Owen yang lagi berulang tahun dan dia nggak mau ketahuan. Namanya juga serpraise, yekan?"
"Surprised, Vico. Ckckck," keluh Alka yang berjalan di sebelahnya, memperbaiki pengucapan Vico secara otomatis. Teknisnya mereka berjalan berpasangan; Alka-Vico di depan dan Galang-Owen di belakang.
"Eh, itu bukannya Pak Lukas ya? Kok ada di sini?" tanya Galang, mengalihkan perhatian Owen dan mengikuti arah pandang Galang yang menatap jauh ke depan.
Benar saja. Terlihat Pak Lukas sedang berdiri di area pos satpam, tepatnya sedang mengobrol dengan salah satu satpam. Penasaran, Owen mempercepat langkah untuk mendekati asisten pribadi keluarganya itu.
"Pak Lukas," panggil Owen yang segera menarik perhatian Pak Lukas ke arahnya.
"Oh, kamu baru dateng?" tanya Pak Lukas, tersenyum lebar setelah sebelumnya pamit secara singkat dengan salah satu satpam. "Gara udah masuk kelas, tuh. Udah sehat dia."
"Apa? Gara udah masuk? Gara Arganta, maksudnya?" tanya Owen kaget yang benar-benar kaget karena tidak menyangka Gara bisa secepat itu masuk sekolah.
Kalau begitu, bagaimana dengan Hara?
Owen tiba-tiba merasakan firasat buruk.
Plis, jangan bilang....
Untung saja Owen menjangkau Pak Lukas lebih cepat sehingga ketiga temannya belum mendengar perihal tentang Gara asli dan dia bisa menanyakan beberapa hal penting terlebih dahulu.
Sekaligus... memastikan sesuatu.
"Kalo gitu, Hara gimana, Pak? Hara belum tau, kan?" tanya Owen meski asumsi negatif mulai menguasai pikirannya.
Karena mendadak saja seakan memorinya diputar ulang layaknya kumpulan potongan adegan dalam drama, Owen teringat tentang bagaimana sikap absurd Hara yang terlihat lebih sedih dari biasanya akhir-akhir ini, tentang bagaimana Hara menarik tangannya sendiri dengan cara yang tidak biasa untuk lepas dari cekalan tangan Owen di malam itu, tentang bagaimana dia menangis hanya karena mengucapkan selamat ulang tahun padanya.
"... Owen Putra Nugroho, lo udah berumur 18 tahun. Jadi mulai sekarang, lo nggak boleh cengeng lagi, ya."
"Loh, Hara nggak kasih tau kamu ya? Saya pikir saya nggak perlu kasih tau kamu lagi karena Hara udah denger sendiri semuanya di rumah sakit waktu jenguk Gara. Juga... bukankah dia udah tau semuanya?" tanya Pak Lukas, jelas tampak gagal paham.
Owen menggeleng. "Hara nggak bilang apa-apa ke saya, Pak. Dan maksud Bapak udah tau semuanya gimana, Pak?"
"Semuanya, Owen. Semuanya Hara udah tau. Waktu itu saya ajak Hara makan, dia jelas-jelas udah tau tentang ramalan yang sejak awal ditujukan ke keluarga kamu, bukan keluarga Arganta. Kamu kenapa, Wen? Kenapa kesannya jadi kamu yang nggak tau tentang ini? Hara nggak mungkin dong pura-pura tau segalanya trus tanya saya buat mancing--"
Pak Lukas kontan membekap mulutnya sendiri dengan salah satu telapak tangan dan menatap Owen dengan tatapan horor, sedangkan yang ditatap serasa sedang mengalami guncangan batin dan kesadaran segera menamparnya.
"Oh ya, saya lupa kalo Hara itu jenius. Dia pasti udah curiga dari awal sewaktu denger Gara mendapat banyak fasilitas yang nggak wajar dari Pak Nugroho," lanjut Pak Lukas dengan tatapan cemas ke Owen.
Gara udah kembali, sedangkan Hara bilang akan menyusul....
"Perasaan kita udah jalan pelan banget deh, kok Gara masih belum nyusul ya?" Suara Galang serasa terngiang-ngiang di dalam kepalanya, membuat hatinya mencelus seakan kelewatan salah satu anak tangga saat menuruni tangga dengan cepat.
Lantas, Owen lagi-lagi teringat pada sebagian kecil memorinya yang lain, momen di saat dia berbicara dengan Hara pada malam saat dia memutuskan untuk kembali ke kamar Gara.
"Tapi gue nggak bakal lama di sini. Gara nggak selamanya di rumah sakit, kan? Semuanya bakal kembali ke keadaan yang seharusnya setelah Gara sembuh."
"Sejak awal tujuan gue hanya menggantikan Gara, Wen. Setelah semuanya berjalan sesuai rencana, gue rasa gue nggak ada alasan lain buat bertahan di sini."
"Plis... jangan bilang kalo...."
"Owen? Kamu nggak apa-apa?" tanya Pak Lukas bingung sekaligus cemas dengan Owen yang wajahnya seketika pucat pasi, sementara ketiga temannya telah berhasil menyusul.
"Wen, lo kenapa?" tanya Galang yang meski belum tahu tindak tanduk kejadian yang sebenarnya, dia cukup tahu kalau ini pasti ada hubungannya dengan Hara.
"Gue duluan, Lang. Kalo Gara tanya, suruh dia hubungi gue terlebih dahulu," kata Owen pada Galang dan dia segera mempercepat langkah untuk kembali ke rumah.
Lebih tepatnya, dia berlari secepat kakinya bisa membawanya pulang.
Plis, Ra. Lo nggak boleh pergi....
"Owen kenapa, Lang?" tanya Vico heran, bahkan Alka juga kepo tetapi cowok itu merasa pertanyaan dari Vico telah mewakilinya dengan sangat tepat.
"Galang, mungkin kamu bisa bantu jelasin ke teman-teman dekat kamu," kata Pak Lukas yang kontan merasa bersalah karena menjadi pemicu dari pengetahuan Hara atas rahasia yang seharusnya belum boleh diungkapkan. "Saya tau kamu juga dekat banget sama Owen makanya saya mengandalkan kamu sekarang. Intinya, Gara udah kembali dan saya juga udah ngurus soal kepindahan Hara ke sekolah ini. Cuma saya rasa, saya udah berbuat kesalahan karena--"
"Hara udah tau duluan, kan?" tebak Galang, cepat tanggap seperti biasa. "Dan Hara malah jadi down karena isi ramalan yang sebenarnya, kan?"
Pak Lukas mengangguk sekaligus takjub dengan kepekaan Galang sementara dua temannya yang lain tampak super tidak mengerti, apalagi ketika mendengar nama Hara.
"Hara siapa?" tanya Vico yang semakin dibuat gagal paham dengan semua ini. "Trus ramalan apa, sih?"
Alka juga sama tidak mengertinya, tetapi lagi-lagi pertanyaannya telah terwakilkan sehingga cowok itu hanya bisa pasrah dan menunggu penjelasan Galang dengan sabar.
"Kita ke kelas dulu. Gue mau ketemu Gara," kata Galang, sukses membuat Vico geregetan parah.
"Woi! Gara belum dateng dan lo ngomongnya seakan Gara udah sampai di kelas! Kok malah makin ngawur, sih?"
Lantas beberapa menit kemudian, Vico dan Alka menatap horor seseorang di kelas yang balas menatap mereka dengan senyuman yang terlalu lebar. Dia bahkan berlari saking semangatnya ke arah Vico dan menerjangnya hanya untuk menghadiahkan pelukan, yang mana jenis pelukan itu adalah pelukan yang membebankan seluruh tubuh ke pihak lawan dengan lompatan dan mengangkat kedua kakinya sedemikian rupa ke sekeliling pinggang milik Vico.
Meski Vico masih bisa menahan berat badan Gara, tetapi dia cukup syok dengan terjangan mendadak seperti itu sampai-sampai bagian punggungnya hampir menubruk pintu di belakang.
"Bukannya Gara belum dateng, kan?" tanya Alka pada Galang seakan dia baru saja melihat hantu.
Gara melepaskan pelukan pada Vico yang masih menatapnya syok dan lantas menyeletuk, "Gue kangen banget sama kalian. Muehehehe... sebenarnya penasaran juga sih sama muka syoknya kalian. Kalian pasti nggak ngira selama ini, kan? Gue sama Hara memang semirip itu."
"Hara?" ulang Vico yang masih membeku di tempatnya berpijak dengan ekspresi kaget yang kentara sementara Kimmy dan Maya mendekati mereka.
"Yoi. Hara itu kembaran gue," jelas Gara dengan tatapan penuh kebanggaan, ngalah-ngalahin sutradara yang memuji kehebatan pemain drama karena aktingnya yang mumpuni, memberikan damage yang luar biasa pada Vico, Alka, dan Kimmy.
Maya jelas sudah mengetahui rahasianya, jadi dia hanya menatap ketiga temannya dengan tatapan datar seolah sudah bisa menduga reaksi mereka.
"Jadi... Hara sama Owen mana, Lang? Mereka belum dateng?" tanya Gara sembari menatap ke arah pintu seakan berharap dua nama yang dia sebutkan akan muncul begitu saja dari ujung pintu.
"Hara?" ulang Kimmy, menatap pada Gara dengan tatapan yang masih tidak percaya, sukses menghalangi kewajiban Galang menjawab pertanyaan dari Gara. "Kenapa namanya cewek banget, ya? Hmm... sori, gue bukan bermaksud--"
"Hara memang cewek, kok. Dia saudari kembar gue. Nggak nyangka kan kalian?" tanya Gara yang segera berpuas diri lagi sementara ketiga teman yang kaget tadi harus dibuat kaget lagi untuk yang kedua kalinya.
Untung saja mereka masih terlampau muda untuk merasakan serangan jantung saking kagetnya mereka menerima informasi berbahaya ini.
"Ja-jadi... Hara ini cewek?" tanya Vico setelah berusaha mengendalikan diri untuk tidak meledak karena selagi dia menerima informasi tersebut, otaknya mulai menggali memori selama interaksinya bersama Hara hingga logika memaksanya untuk percaya kalau perubahan totalnya adalah gegara eksistensi arwah cewek tulen yang merasukinya. "Apa s-selama ini... yang namanya Hara ini... gantiin lo sejak lo kecelakaan waktu i-itu?"
"Wah ternyata lo bisa pinter juga, ya." Gara memuji sembari mengulurkan sebelah lengan untuk merangkul sekeliling bahu Vico. "Mungkin ketularan sama sister gue yang jeniusnya ngalah-ngalahin total semua IQ di kelas ini. Kenapa? Kok kayaknya lo syok banget?"
"Ck! Pantesan gue ngerasain ada sesuatu yang janggal sewaktu liat tulisan kalian berdua dan juga ranking satu waktu PTS kemarin," nimbrung Alka yang tidak disangka-sangka terlihat lebih kalem dan lebih bisa menguasai diri, daripada Vico yang sekarang mirip robot rusak yang sedang berada dalam tahap perbaikan. "Itu sesuatu yang kelewat ajaib menurut gue."
"Mau nistain gue ceritanya?" tanya Gara dengan nada kesal, tetapi tidak lama karena cowok itu segera menatap Galang kembali. "Lang, Hara kok lama banget? Gue nggak sabar mau peluk-pelukan manja sama sister gue. Akhirnya keinginan gue terwujud juga. Gue nggak sabar nunggu hari kelulusan sama Hara dan juga Owen. Jadi bernostalgia nih sama zaman waktu SD. Muehehehe...."
Senyuman Gara segera surut ketika Galang mengutarakan satu kalimat padanya.
"Owen nyuruh lo buat hubungi dia, karena dia sedang nyusul Hara sekarang."
Gara mendekati Galang, lantas berkata dengan suara yang terlalu pelan hingga menyerupai bisikan, "Am I missing something here?"
Galang menghela napas panjang dan berat, mengabaikan tatapan ingin tahu dari yang lain. Baginya, ada sesuatu yang jauh lebih penting daripada menjelaskan.
Hara, Owen, dan Gara. Ketiganya penting bagi Galang untuk saat ini.
"Yes, you are. So you should go back to your old house. I hope Owen can hold Hara off."
Gara hanya membutuhkan setengah detik untuk berlari dengan kedua kaki yang baru sembuh hanya untuk mengejar Hara secepat kakinya bisa membawanya, dengan luapan harapan agar dia masih diberikan kesempatan oleh semesta untuk bertemu sang adik dan menghalanginya pergi.
Plis, Hara. Gue baru aja seneng dengan fakta kita bisa berkumpul kembali. Kenapa lo harus pergi lagi?
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top