36). Because I'm in Too Deep

"Eh, kayaknya hasil PTS kita udah ditempel nih. Kita liat yuk," ajak Galang sembari menarik tangan Hara dan keduanya lantas berjalan cepat menuju papan pengumuman yang telah dikerumuni oleh murid lain.

Setelah mengucapkan permisi berkali-kali dengan sopan sebagai usaha untuk memasuki celah di antara mereka, Galang dan Hara akhirnya berhasil berdiri di depan papan yang penuh dengan tempelan hasil Ujian Tengah Semester yang mana rankingnya telah diurutkan per angkatan kelas sesuai jurusan.

Nama Gara Arganta berada di urutan pertama jurusan IPA kelas XII sedangkan nama Galang Dawala berada di urutan ke lima belas.

"Lo hebat banget, Gara!" puji Galang bersungguh-sungguh di sebelah Hara, merangkul sekeliling bahunya dan sempat mengacak rambutnya dengan sayang.

Hara tersenyum lebar mendengar pujian Galang, tetapi entah kenapa mendadak dia merasakan ada yang sesak di dalam dada dan tenggorokannya serasa tercekat, berhasil menghambat cewek itu untuk bersuara.

Ternyata seperti ini ya rasanya mendapat pujian dari teman dekat.

"Lo kenapa, Ga?" tanya Galang yang mulai menyadari perubahan ekspresi Hara dan kemudian segera paham.

Galang refleks menghela napas dan menatap Hara dengan tatapan simpatik sebelum mendekatkan bibirnya ke telinga Hara dan berbisik, "You're not alone anymore, Ra. You have us and we're gonna stay together, right?"

Hara balas menatap Galang dengan mata yang tampak kabur karena sedang dilapisi cairan bening. Meskipun demikian, dia masih membalas senyuman Galang dengan begitu manis.

Yes, I don't feel lonely anymore. But I know that I can't stay longer....

Lantas ada yang merangkul sekeliling bahu Hara dari sebelah kanan dengan cara menimpa lengannya sendiri di atas lengan milik Galang yang masih bertengger dari sisi kiri. "Congratulations, Gara Arganta. You made it."

"Thanks, Alka," ucap Hara bersungguh-sungguh pada cowok yang berdiri di sebelah kanannya. "Sori ya karena kesannya gue merebut posisi ranking pertama lo."

"That's not a big deal. Kalo lo orangnya, gue sama sekali nggak masalah. Gue malah seneng," jawab Alka enteng sembari tersenyum manis.

"Emangnya kalo bukan Gara yang merebut posisi lo, lo bakal marah?" tanya Galang yang tiba-tiba merasa penasaran. "Apa kesan lo pada Gara sebagus itu? Karena gue rasa di antara kita berempat, lo yang paling jarang berinteraksi sama dia."

Alka sengaja menarik Hara lebih dekat ke arah dirinya sehingga rangkulan Galang berhasil dilepas saat itu juga. Hara kaget, tetapi Alka malah bersenang-senang dengan situasi tersebut.

"Gue juga nggak tau, tapi sejak lo bela gue waktu kita diajak nonton film horor dan ada beberapa momen saat kita nistain Vico bareng, gue merasa kita jadi lebih dekat dari seharusnya," jawab Alka yang menatap langsung ke dalam mata Hara dalam jarak yang cukup dekat padahal seharusnya dia menatap ke arah Galang, bukannya Hara.

"Eh eh eh, pelukan aja terus berdua!" seru Vico dari belakang, seperti biasa tidak sudi membiarkan Alka terlalu dekat dengan Hara. "Lo belum lupa sama Maya, kan?"

"Apa-apaan sih?" tanya Alka yang malah mendorong Hara jauh-jauh supaya Vico tidak bisa menggapainya. Dorongan tersebut lantas membuat punggung Hara bersandar ke tubuh Owen yang sudah siap siaga melindunginya dari risiko lainnya.

Seperti mencegahnya bersandar ke tubuh cowok random lain, misalnya.

Hara segera menegakkan tubuh setelah menatap Owen dengan canggung sementara Vico masih berdebat dengan Alka.

"Gara itu cowok, Maya itu cewek!" sembur Alka kesal seakan Vico adalah cowok paling bego.

"Nggak usah ingetin gue tentang gender mereka! Ya kali gue ngira Gara itu cewek?" balas Vico tidak mau kalah, tetapi berhasil memberikan damage yang kesannya dejavu pada Galang, Owen, dan Hara yang berdiri tidak jauh dari mereka, bahkan Maya yang baru saja bergabung bersama mereka. "Eh bagus Mei, lo dateng. Lo tau nggak, masa Alka jadi sering mepet-mepet sama Gara, sih? Apa itu taktiknya Alka ya biar bisa caper sama lo?"

Maya melirik Hara secara diam-diam, tampak berusaha mencari ide untuk menetralisir situasi ini. Lantas secara tidak terduga, cewek itu berkata pada Alka, "Al, lo ikut gue."

"Ikut lo?" ulang Alka heran, sempat merasa tidak percaya kalau Maya mengajaknya duluan sampai mengira ini semua hanya sebatas ilusi.

"Temani gue makan. Mau?"

"YA MAULAH!" teriak Alka saking semangatnya, membuat murid-murid di sekitar berjengit kaget karena suaranya yang tiba-tiba ngegas. "BERDUA DOANG?"

"Kok ngegas?" tanya Maya datar, tetapi dia menarik pergelangan tangan Alka supaya mengikutinya, mengabaikan tatapan cengo dari teman dekatnya, termasuk Hara dan Kimmy yang juga berada di sana.

"Tuh kan gue bilang apa," celetuk Vico sembari memandang duo Maya dan Alka yang menjauh. Ekspresi mereka tampak kontras karena Maya berekspresi seakan mulai ragu apakah dia telah melakukan sebuah kesalahan atau tidak sementara Alka tampak begitu bahagia. Ekspresinya tidak jauh berbeda dari pasangan yang diajak kawin lari. "Maya tuh cemburu sama Alka yang suka ndusel-ndusel sama lo, Ga."

Hara memutar bola matanya jengah, tetapi kali ini durasinya hanya sebentar dan jika biasanya dia akan membalas celetukan Vico, kali ini tidak.

Entahlah, apakah karena besok dia akan meninggalkan mereka? Ya, besok adalah hari ulang tahun Owen dan itu berarti adalah kepulangan Gara.

Masa dua minggunya bersama mereka telah habis.

Memang benar apa yang dikatakan mereka yang sedang menghadapi masa kritis di mana mereka tidak mempunyai banyak waktu yang tersisa; perasaan menjadi tiga kali lebih sensitif dan waktu terasa berlalu tiga kali lebih cepat juga.

Jika saja Hara kembali ke waktu awal dia menggantikan posisi Gara di sekolah, dua minggu pastilah terasa berat dan lama. Berbeda dengan sekarang.

Saking cepatnya waktu berlalu hingga Hara semakin merasa tidak rela meninggalkan mereka.

"Eh iya, besok Owen ulang tahun, kan? Pas banget ya momennya, kita udah tau hasil PTS kita," ujar Vico mengalihkan topik, lantas menarik pergelangan tangan Hara untuk mengajaknya keluar dari kerumunan. Galang dan Owen menyusul dari belakang.

"Kayak hasil lo bagus aja," komentar Galang. "Lo ranking terakhir, kan?"

"Muehehehe... meski terakhir tetap aja kan termasuk dalam golongan ranking?" tanya Vico, masih sempat-sempatnya ngeles. "Kalo lo berapa, Lang? Naik apa turun?"

"Naik dong. Gue ranking lima belas. Kalo lo, Wen?"

"Berkat Gara sama Alka jadi tutor kita, ranking gue naik banyak jadi ranking sembilan belas."

"Wuiiihhh, jadi nilai kita semua bagus-bagus dong kecuali Vico," komentar Galang, jelas menyindir Vico tetapi gagal karena cowok itu sedang asyik mengajak Hara main tebak-tebakan konyol, yang kira-kira seperti ini;

"Lo tau nggak kenapa zombie kalo nyerang harus rame-rame?" tanya Vico yang entah sejak kapan telah merangkul Hara dari belakang dan menundukkan kepalanya seakan sedang membagi informasi rahasia.

"Etdah, yang namanya zombie lo kira masih bisa mikir apakah dia harus nyerang sendiri atau rame-rame?" tanya Hara balik dengan tatapan yang jelas geregetan.

"Salah."

"Trus apa?" tanya Hara malas dan dia sendiri tidak mengerti mengapa dia masih mempunyai sisa kesabaran untuk seorang Vico Anderson.

"Karena kalo sendiri, namanya jadi zomblo," jawab Vico lugas dan lantas tertawa terbahak-bahak setelah melihat reaksi Hara.

Kalau sudah begini biasanya Hara akan melepas paksa rangkulan Vico dan memilih menghindar. Untung saja ada Kimmy di dekatnya sehingga cewek itu merasa lega.

Gantian Hara merangkul Kimmy, membuat cewek itu sempat berjengit dan tampak canggung.

"Kimmy, ranking lo berapa? Meningkat, nggak?" tanya Hara sementara Vico manyun dan tampak tidak rela dari balik punggungnya.

"Banyak. Semuanya berkat lo sama Alka. Thanks, ya. Gue ranking tujuh belas."

"Oke, seneng dengernya. Oh ya, ada yang mau gue sampaikan ke lo. Sini deh gue bisikin."

Kimmy benar-benar super canggung ketika membiarkan Hara berbisik ke telinganya. "Kimmy, apa pun yang terjadi, pokoknya besok lo jangan banyak mikir ya. Yang paling penting, cowok yang lo suka itu sedari awal adalah Gara Arganta. Lo nggak salah pilih. Oke?"

Kimmy menatap bingung, tetapi Hara menenangkannya dengan tatapan mata yang penuh arti seakan mengharapkan kepercayaannya.

Terima kasih buat kenangan yang gue dapatkan selama hampir tiga bulan ini. Dari kalian, gue bener-bener percaya kalo yang namanya ketulusan itu ada. Yang namanya kasih itu ada. Dan yang namanya cinta itu ada.

Tepat di akhir kalimat suara hati tersebut, Hara refleks menolehkan kepalanya ke belakang, tepatnya ke arah Owen. Matanya memperhatikan dengan intens yang secara bersamaan mendesak produksi cairan bening untuk mengalir keluar.

Lantas selama durasi Hara menatap Owen, cowok itu juga balas menatapnya. Tatapan mereka terkunci, tetapi hanya berlangsung sebentar saja karena cewek itu tidak sanggup jika dia menatap lebih lama.

Karena dia takut air matanya akan segera tumpah dan itu berarti pertahanannya akan jebol.

Perpisahan jelas akan terasa menyakitkan buat kita berdua, tapi ini satu-satunya jalan terbaik daripada gue memilih untuk membenci lo.

Because I'm in too deep, that's my only reason.

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top