28). Rescue
Owen mengalihkan atensinya pada Hara di belakang dan lantas kaget ketika mendapati kalau wajahnya semakin pucat. Keningnya terlihat berkilau karena terpaan sinar matahari sementara dia secara alamiah memeluk tubuh dengan melipat lengannya, berjongkok di bawah naungan pohon.
Hara jelas sedang tidak sehat. Owen hampir setengah berlari untuk mendekati cewek itu, mengabaikan Galang yang juga mulai menyadari ada yang tidak beres, begitu juga Vico yang tidak lagi meneruskan penghayatan dalam drama dan ikut memperhatikan apa yang terjadi.
Termasuk mengabaikan aksi pihak lawan dari kelas sebelah yang menembak keluar duo Owen dan Galang. Sorakan mereka seperti angin lalu bagi Owen sekarang.
"Gara, lo nggak apa-apa?" tanya Owen panik, segera menangkup wajah Hara yang sepertinya sudah mulai hilang kesadaran. Matanya membulat ke ukuran sempurna ketika merasakan suhu tubuhnya yang abnormal itu.
"Gara demam tinggi," kata Galang dengan tatapan yang sama khawatirnya dengan Owen, tetapi dia masih bisa berpikiran jernih. "Gue lapor ke instruktur, ya?"
"Gue aja," sembur Vico yang tahu-tahu ikut nimbrung. Lagi-lagi meski dia terlihat hampir tidak pernah serius, cowok itu selalu bisa memainkan perannya di saat yang tepat. "Gue bisa lari lebih cepat. Gue aja yang lapor ke instruktur."
"Oke," jawab Galang, memikirkan ide yang sangat efektif sementara Vico meninggalkan lokasi. Cowok itu segera menolehkan kepalanya pada Owen. "Wen, mumpung Vico nggak ada di sini, gue punya ide. Kayaknya Hara nggak bisa dibiarkan di sini terlalu lama. Lo nggak mungkin biarin dia dibawa ke rumah sakit atau minimal diperiksa sama guru-guru, kan? Lo jelas tau itu berbahaya buat penyamarannya."
"Lo bener," respons Owen tetapi di saat yang bersamaan, dia juga masih syok dan panik hingga dia hanya bisa pasrah saja membiarkan Galang yang mengatur. "Jadi, gue harus ngapain?"
"Bawa dia pulang. Kembali ke rumah."
"Caranya?" tanya Owen, mendadak seperti orang idiot yang tidak bisa berpikir sesederhana apa pun yang seharusnya dilakukan.
"Di saat seperti ini, latar belakang keluarga lo sangat bisa diandalkan. Lo hubungi siapa kek buat jemput kalian berdua pulang. Itu lebih baik menurut gue daripada tentara dan guru lain yang menangani Hara. Nasib Hara bakal dalam bahaya."
"Oh gue tau," kata Owen sembari membaringkan Hara di tubuhnya setelah dia duduk bersila di antara rerumputan. Cowok itu segera merogoh ponsel dari saku celananya. "Gue hubungi Pak Lukas. Dia yang bakal nanganin ini semua."
"Inget ya, Wen. Lo nggak boleh bawa Hara ke rumah sakit karena status dia sekarang adalah Gara."
Owen mengangguk. "Tenang aja, Lang. Gue punya dokter pribadi. Kalo perlu, gue sewa perawatnya juga."
Galang mendengus konyol sekilas. Cowok itu kemudian menyibakkan anak rambut yang menghalangi wajah Hara dan mengelap keringat dingin yang memenuhi pelipisnya. Suhu tubuh Hara begitu panas, bisa diperkirakan di atas 38 derajat celsius.
Owen membutuhkan waktu sekitar lima menit untuk memberitahu Pak Lukas yang adalah asisten pribadi kakeknya dan tepat di saat semua urusan selesai, Vico kembali bersama Pak Yunus dan salah satu instruktur yang membina mereka pagi ini.
Dari napas putus-putus Vico, Owen tahu kalau dia juga sekhawatir itu dengan kondisi Hara.
Pak Yunus maju dan berniat mencondongkan tubuh untuk menyentuh kening Hara yang tergolek pasrah di pelukan Owen, tetapi sebelum beliau berhasil melakukannya, Owen sudah berdiri dengan kedua tangan memapah tubuh Hara di sebelahnya. "Pak, saya dan Gara izin pulang ya."
Pak Yunus menatap mereka dengan gagal paham dan hendak bertanya tetapi ponselnya segera berdering, menghalangi pria itu meneruskan niatan untuk bertanya pada Owen lebih lanjut. Lantas, setelah mengetahui siapa yang meneleponnya, pria itu menatap Owen dengan tatapan datar.
"Kamu kayak aktor aja ya, mau jelasin tapi yang jelasinnya harus lewat Manajer, kan?" tanya Pak Yunus yang lebih tepat disebut sebagai tuduhan. Pria itu mengusap layar dan menempelkan benda tipis tersebut ke sebelah telinganya. "Halo?"
"Pak Yunus?"
"Ya, Pak Lukas?"
"Owen dan Gara akan kami jemput. Jadi biarkan mereka absen dari pelatihan ini."
"Baik, akan saya sampaikan ke instruktur."
Pembicaraan tersebut diakhiri. Pak Yunus menatap Owen setelah mengembuskan napas panjang. "Baiklah, kamu dan Gara boleh pulang. Bapak yang akan jelaskan semuanya nanti."
"Makasih, Pak," ucap Owen sembari mengulurkan kedua lengannya untuk menggendong Hara dengan bridal style, tetapi untungnya dia sepeka itu hingga mengerti arti lirikan mata Galang padanya dan segera membatalkan niat tersebut.
Dia lupa kalau sekarang Hara adalah Gara dan akan tampak lucu jika Owen menggendongnya dengan gaya seperti itu. Oleh karenanya, dia membalikkan tubuh untuk menggendong cewek itu ke punggungnya.
Pak Yunus menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tatapan penuh simpatik pada Owen. Beliau tentu saja tahu rumor tentang keduanya yang mana Owen adalah penyuka sesama jenis dan Gara adalah pasangannya. Meski pria itu sangat tidak setuju dengan kenyataan itu, bisa dibilang Pak Yunus sempat baper dengan kedekatan mereka.
"Ah, bikin iri aja kalian," celetuk Pak Yunus pelan sementara instruktur yang bergabung tadi telah kembali ke camp-nya. "Hati-hati di jalan nanti ya, Nak. Moga Gara cepat sembuh. Kalian kan udah mau PTS."
PTS adalah Penilaian Tengah Semester.
"Iya, Pak," jawab Owen, Galang, dan Vico secara bersamaan. Lantas, Pak Yunus kembali ke camp setelah memberikan senyuman manis yang lengkap dengan lesung pipinya.
"Gue juga iri sama kalian," celetuk Vico, ikut-ikutan Pak Yunus. "Tenda bakal sepi tanpa kalian, terutama Gara."
"Bukannya lo seneng pepetin Alka sekarang?" tanya Owen dengan nada datar. "Ngegosip aja terus."
"Ishhh!" desis Vico. "Gue yang gendong Gara aja, ya?"
"Kenapa emang?" tanya Owen. Semuanya lantas meneruskan langkah menuju tenda untuk bersiap-siap sebelum Pak Lukas menjemput Owen-Hara. "Gue jelas lebih kuat dari lo."
Owen sengaja membetulkan posisi Hara di belakang dengan mengangkat sedikit tubuhnya, dan strateginya itu jelas menunjukkan kalau dia segampang itu melakukannya. Sementara Hara, dia kini lebih tepat disebut tidur, karena cewek itu masih bisa mengeratkan pelukan di sekeliling leher Owen dan memposisikan kepalanya senyaman mungkin di bahu cowok itu.
Benar apa yang dibilang oleh Pak Yunus. Entah jenis chemistry apa yang menyelubungi duo Owen dan Hara hingga membuat siapa pun yang melihatnya akan merasa baper.
Terbukti banyak di antara mereka yang menatap mereka dengan tatapan iri, termasuk Maya yang melihatnya dan Kimmy juga ikut-ikutan.
Namun, keduanya tidak mengatakan apa-apa. Apalagi setelah tahu kalau Gara jatuh sakit.
Alka segera membantu persiapan mereka pulang dan tidak disangka-sangka dia-lah yang paling cepat membereskan semua kelengkapan dan bisa sekhawatir itu juga pada Hara.
Alka menepuk pundak Hara yang masih digendong Owen lantas berkata, "Moga cepet sembuh, Ga. Kalo lusa nanti lo masih nggak enak badan, gue yang urus absensi dan gue juga bakal catetkan materi sekolah buat lo."
"Iya-iya, mentang-mentang murid teladan," celetuk Vico, tampaknya tidak senang karena Alka juga perhatian pada Hara. "Maya cemburu nanti."
Alka terbahak, menertawakan Vico habis-habisan. "Heh, gue jelas beda ya dari lo, yang jelas-jelas tunjukin perhatian spesial ke Gara. Gue tulus berteman sama dia kali. Gimanapun, gue sama Gara sering kompak kalo soal menistakan elo."
"Iya deh, bawel."
*****
"Udah lama nggak ketemu Hara, ternyata mirip banget ya sama Gara," komentar Pak Lukas, meneliti wajah Hara yang tidur di ranjang milik Owen di kamarnya.
Seperti yang direncanakan Owen dan dipenuhi misinya oleh Pak Lukas sang asisten pribadi sang kakek, sudah ada dokter pribadi yang siap memeriksa kondisi Hara dan ada seorang perawat yang menanganinya. Sebelumnya, pakaian Hara juga telah diganti dan secara profesional, tubuhnya juga sudah bebas dari keringat.
Setidaknya Hara sudah lebih baik meski suhu tubuhnya masih panas, padahal kamarnya telah difasilitasi dengan humidifier agar suhu ruangan tetap lembap.
"Pak Lukas kan udah dari awal tau sendiri kalo Hara dan Gara mukanya sama," kata Owen dengan tatapan jengah, merasa komentar tersebut tidak penting. "Atau Bapak juga lupa kalo Bapak dulunya pernah jadi satpam SD?"
"Eh iya, Bapak jadi inget sama kekonyolan kamu karena nggak tau gimana buka pintu WC. HAHAHAHA!" Pak Lukas terbahak-bahak, tetapi sukses dibuat kicep ketika melihat death glare-nya Owen. "Wow, kamu bisa galak juga rupanya."
"Ya bisalah! Cucunya Nugroho kan aku," jawab Owen dengan nada seakan Pak Lukas terlalu polos hingga tidak tahu relevansinya. "Dan aku nggak sebego itu untuk nggak peka kalo Kakek juga udah tau tentang penyamaran Hara. Bener, kan? Makanya aku langsung telepon Bapak dan Bapak ternyata selincah itu."
"Woya jelas, walau saya udah menikah, saya ini masih layak disebut Ahjussi muda," jawab Pak Lukas sombong. "Dan Pak Nugroho udah spesialkan saya untuk cepat tanggap pada semua yang ada hubungannya sama keluarga Arganta."
Owen menghela napas. Dia cukup tahu kalau kakeknya memang tidak semena-mena itu pada keluarga Hara dan bisa dibilang beliau memang ingin menebus semua kesalahannya. Sebersalah itu.
Dokter yang menangani Hara lantas berdiri dan menemui Owen setelah selesai dengan kewajibannya. "Sebenarnya demam pasien nggak terlalu parah, hanya saja ada faktor dehidrasi jadi membuat kondisinya menjadi lebih parah. Sebaiknya, pasien diberi infus untuk satu malam dan akan saya kasih resep oralit supaya cairan tubuh dan ion yang hilang bisa cepat kembali. Kalo daya tahannya bagus, besok pagi pasien udah bisa beraktivitas seperti biasa."
"Oke dok, terima kasih," ucap Owen dan dia menerima resep obat dari dokter. Ketika dia kembali ke kamar, perawat sudah selesai memasang infus pada Hara.
"Oke, kalo Bapak ada urusan, Bapak boleh duluan. Saya udah bisa tangani Hara," kata Owen, bersiap untuk menyiapkan resep oralit untuk Hara.
Melihat bagaimana Owen merawat Hara seperti itu, mau tidak mau Pak Lukas dibuat penasaran hingga kepo. "Owen, kamu suka sama Hara ya? Bukan Gara ya ternyata?"
"Aku normal," jawab Owen singkat, tetapi tidak jelas karena cowok itu tidak berniat menjelaskan lebih lanjut berhubung sedang berkonsentrasi menyuapi Hara untuk minum oralitnya.
Owen duduk di sisi ranjang dan menarik Hara ke pangkuannya, serta meminumkan gelas kecil yang berisi cairan oralit tetapi ternyata tidak segampang itu.
Entah karena Hara keenakan tidur atau indera perasanya menolak obat termasuk oralit, yang jelas sepelan apa pun Owen menuangkan cairan tersebut, harus berakhir tumpah. Untung saja cowok itu tidak terburu-buru menuang gelas dan telah menyiapkan sapu tangan kecil di sisinya.
"Harus nunggu Hara sadar kalo gitu," saran Pak Lukas ketika minuman tersebut menetes secara sia-sia untuk yang ketiga kalinya.
Owen menatap Pak Lukas yang teknisnya menyandarkan punggungnya di ambang pintu, otomatis menambah visualnya yang bertubuh jangkung nan atletis itu.
Untuk ukuran Pak Lukas sebenarnya benar adanya kalau pria itu masih layak disebut Ahjussi muda, atau mungkin bahasa kerennya adalah Ahjussi rasa Oppa.
"Nggak ada solusi lain yang lebih membantu, Pak?" tanya Owen sinis.
"Ada. Tapi bukannya kamu nyuruh saya duluan? Kan kamu bilang tadi udah bisa ngurus Hara sendiri?"
"Kayaknya saya mau ganti asisten deh."
"EH, NGGAK BISA GITU DONG!" protes Pak Lukas, tiba-tiba ngegas. "Ck! Cuma bercanda doang, ya elah. OKE, OKE! SAYA SERIUS SEKARANG! Saya dulu sering baca komik Jepang. Dan cara kasih minumnya itu agak romantis soalnya dari mulut ke mulut."
"Hah?"
"Yeah, you know, kalo dalam dunia kedokteran disebut oral. Jadi kamu suapin Hara pake mulut kamu trus—–"
"Apa itu solusi terbaiknya?" tanya Owen dengan nada agak gugup. "Aku nggak pernah—–"
"Oh, mau saya aja? Saya udah biasa sama anak saya kalo lagi sakit jadi—–"
"YA NGGAK GITU JUGA!" gantian Owen ngegas. "Apa nggak ada solusi lain?"
"Tunggu Hara bangun aja kalo gitu, Wen. Lagian dia juga harus makan sesuatu, kan? Nah tunggu habis makan aja baru diminum oralitnya."
"Tapi demamnya Hara masih tinggi, jadi...."
"Kalo gitu solusinya pake yang pertama. Tenang aja, itu bukan modus kok. Saya dukung kamu. Ini demi kesembuhan Hara, kan? Kalo perlu, saya pamit aja ya biar kamu bisa sebebasnya—–"
"BAPAK APA-APAAN!" hardik Owen. "Di saat kayak gini saya nggak mau bercanda!"
Pak Lukas terkesiap, tetapi tidak lama dia kembali terkekeh geli melihat wajah Owen yang memerah hingga ke tengkuknya. Akhirnya pria itu memilih untuk pulang saja usai melambaikan tangannya ke Owen.
Owen menarik napas banyak-banyak lalu mengembuskannya dengan perlahan dan panjang, seolah-olah dia sedang melakukan sesuatu yang mengorbankan nyawanya. Lantas, setelah bertekad penuh dan berdoa supaya caranya benar dan berhasil, cowok itu menenggak sedikit cairan oralit itu dan meraih bibir Hara untuk menyuapinya.
Perlu sekitar empat kali untuk menghabiskan obatnya hingga Owen menutup wajah dengan kedua tangan setelah menyelesaikan misinya. Karena tidak hanya wajahnya yang sukses memerah, bahkan kedua telinganya juga.
Mampus gue, kenapa gue malah ketagihan ya?
Di saat seperti ini, Owen malah bersyukur karena Hara tidak mengetahuinya. Cowok itu tidak bisa membayangkan jika dia tahu apa yang telah dilakukannya tadi, meski setelahnya, Owen tidak bisa berhenti tersenyum layaknya orang yang kasmaran.
Owen merapikan anak rambut yang menghalangi bagian kening Hara dengan sayang.
Cepat sembuh ya, Hara.
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top