12). For the First Time

"Morning, Gara."

Belajar dari pengalaman, Hara sudah mengenal dengan jelas siapa pelaku yang memberinya ucapan tersebut. Siapa lagi kalau bukan Galang, kan? Apalagi sumber suaranya berasal dari dapur dan aroma makanan enak segera menyambut indera penciumannya.

Perut Hara menyuarakan demo secara alamiah setelah membaui aroma tersebut, membuat Galang tersenyum lebar karenanya.

Galang sengaja menyiapkan sarapan spesial pagi ini sebagai rencananya untuk mengajak Hara makan bersama; nasi goreng omelet lengkap dengan kerupuknya.

Hara tentu saja masih bertahan dengan gengsi meski otaknya sudah memerintah untuk menyerah sementara Galang mendekat dan menarik lengannya dengan lembut.

"Gue tau lo laper. Yuk, makan bareng. Gara Arganta yang gue kenal suka banget sama nasi goreng omelet buatan gue. Dia selalu nambah tiga piring loh," ajak Galang sembari tersenyum manis, sempat membuat Hara dilema.

Rasa gengsi Hara segera diuji dengan dramatis tatkala ada tangan lain yang meremas bahunya dari belakang dengan tidak kalah lembutnya, membuat cewek itu segera terhenyak.

Siapa lagi kalau bukan Owen pelakunya? Berhubung dia pernah meremas bahunya seperti itu sebelumnya.

"Yuk, sarapan. Masakan Galang memang enak, tapi nasi goreng omeletnya yang terenak. Percaya deh sama gue."

"Jangan nolak makanan loh," sembur Vico yang baru saja bergabung. "Orang tua bilang, nanti nasinya nangis."

"Itu konteksnya untuk mereka yang buang makanan, bukan nolak makanan. Lo ini payah banget," timpal Alka, pelaku terakhir yang bergabung bersama mereka. Cowok itu segera menarik kursi dan duduk di paling ujung seakan dia adalah sang kepala keluarga. "Ayo jangan malu-malu, anggap seperti rumah sendiri."

"Padahal lo penyewa terakhir, tapi lo kayak jadi tuan rumah aja," balas Vico, tetapi dia juga menyusul jejak Alka dan duduk di dekatnya. "Ambilin sendok dong, Galang."

Yang dipanggil kontan menatapnya dengan tatapan penuh celaan sementara kedua tangan Owen yang masih menempel pada bahu Hara segera mendorongnya ke salah satu kursi dan mendudukkannya di sana.

"Hei, lo ini selalu aja menganaktirikan gue kalo ada Gara di dekat lo," protes Vico atas tindakan Galang yang mengambilkan sendok untuk Hara alih-alih Vico, yang tangannya terpaksa dibuat membeku di udara.

"Lo kan udah menerima banyak cinta," balas Galang sembari mengangkat kedua bahunya cuek, mengabaikan ekspresi Vico yang jelas-jelas tersinggung hingga mengambil sendoknya sendiri dengan setengah hati. "Cewek random manapun akan dengan senang hati melayani lo, bahkan bersedia suapin lo juga tanpa lo minta."

"Woya jelas," jawab Vico sombong. "Gue nggak boleh menolak kasih sayang, kan? Orang tua bilang, durhaka namanya."

"Itu konteksnya untuk mereka yang kurang ajar, bukan nolak kasih sayang," celetuk Alka yang sepertinya sedang diatur untuk menistakan Vico pagi ini. "Kita berhak nolak kalo kita nggak punya perasaan yang sama terhadap orang itu daripada kesannya lo mempermainkan perasaan dia karena nge-PHP-in dia."

Vico refleks terkesiap seakan baru saja ditampar, tetapi dia tidak berminat untuk membalas Alka karena perutnya sudah demo untuk diisi. Cowok itu segera menyendokkan banyak-banyak nasi ke piringnya hingga membentuk gundukan yang melimpah ruah, membuat Galang memberinya tatapan mencela untuk yang kedua kali.

Hara menghentikan aksi Owen yang ingin menyendokkan nasi untuknya, lantas berkata dengan agak kaku, "Gue bisa sendiri."

"Oke, senyaman lo aja ya," jawab Owen dengan riang, menyerahkan sendok nasi pada Hara.

Untuk pertama kalinya, Hara merasa sangat canggung, melihat bagaimana dia menyendokkan nasi goreng ke piringnya sendiri dengan gerakan yang sangat lambat dan tampak sangat sungkan. Meskipun demikian, dia bersyukur karena sepertinya Galang dan Owen sengaja tidak memperhatikannya dan berpura-pura sedang asyik dalam dunia mereka sendiri.

Gimana ya, meski Hara galak, dia cukup aware dengan lingkungan di sekitarnya. Cewek itu cukup tahu kalau Galang dan Owen lebih akrab dengan Gara ketimbang Vico dan Alka, meski kesannya Vico lebih sering mengusili kembarannya.

Hara tahu kalau Galang sudah mengetahui identitas aslinya dan cewek itu sebenarnya merasa lega karena dia tidak membahas lebih lanjut lagi seakan sudah membulatkan tekad untuk mengabaikan kebenaran ini.

Sedangkan Owen... Hara masih yakin kalau cowok itu belum tahu yang sebenarnya, tetapi dia teringat insiden semalam saat Owen menyatakan cinta padanya. Seharusnya itu ditujukan buat Gara, bukan dirinya. Namun... mengapa ada embel-embel kata 'Ra' di akhir kalimatnya?

Dulu Owen sering memanggil Gara dengan singkatan 'Ga', sedangkan pada dirinya, sering disingkat menjadi 'Ra'. Jadi... apakah ini memang kebetulan semata ataukah cowok itu sudah tahu identitas aslinya juga, sama seperti Galang?

Hara mengalihkan pandangannya ke arah Owen yang sedang asyik mengunyah makanan tepat di sebelahnya. Tepatnya, cowok itu duduk di antara dirinya dan Galang. Keduanya sesekali berbincang dengan cukup akrab dan obrolan mereka sesekali disambut celetukan Vico yang minus akhlak karena berbicara tanpa menghabiskan isi makanan dalam mulutnya terlebih dulu, membuat semua perkataannya menjadi tidak jelas. Alka segera menatapnya risih dan jijik, bisa dimaklumi karena aksi cowok laknat tersebut sangat tidak sinkron dengan attitude makannya yang patut diacungkan jempol.

Sepuluh menit kemudian, mereka berlima termasuk Hara keluar dari rumah untuk berangkat ke sekolah. Cewek itu tidak mengatakan apa pun kecuali melangkah lebih cepat untuk mendahului yang lain, sukses membuat keempat cowok menatap punggungnya dengan ekspresi yang kurang lebih sama; sama-sama dibuat membeku oleh tingkahnya.

"Padahal gue sempat mengira setelah sarapan bareng, arwah dalam tubuh Gara akan melunak," kata Vico dengan nada sedih. "Gue ralat omongan gue. Itu bukan arwah cewek napsuan, tapi arwah cewek tsundere yang masa lalunya dibuang sama keluarganya."

Owen dan Galang sama-sama dibuat membeku untuk kedua kalinya, jelas tertampar dengan tebakan dari Vico.

Untung saja Vico memang tidak sepeka itu hingga tidak menyadari perubahan ekspresi duo temannya sementara Alka memang tidak sepeduli itu untuk menunjukkan minat.

Hara melangkah lebih pelan setelah merasa jarak di antara dirinya dengan keempat cowok di belakang sudah lebih dari cukup. Cewek itu lantas kembali dihadapkan pada plang nama SMA Berdikari lagi, tetapi dia segera mengabaikan nostalgia masa kecilnya dan berusaha untuk tidak terhanyut untuk kedua kali.

Oleh sebab itu, Hara mempercepat kembali langkahnya sehingga dia tidak fokus pada laju motor yang mungkin saja akan membahayakannya jika saja tidak ada yang menahan tangannya.

Owen berhasil menyelamatkan Hara di saat yang tepat, tetapi jarak di antara keduanya harus dipersempit bahkan mendekati nol karena cowok itu menarik tangannya hingga kesannya dia sedang merangkul Hara. Situasi keduanya otomatis menjadi canggung tanpa bisa dicegah sementara tiga temannya yang lain tampak melongo melihat pemandangan tersebut.

Masalahnya, insiden itu terjadi begitu cepat padahal jarak antara gerombolan mereka dengan Hara masih cukup jauh. Ekspresi syok mereka lebih tepatnya berfokus pada kegesitan Owen menyelamatkan Hara daripada melihat aksi pelukan.

"Buset, gue kira Owen punya kekuatan magis apa sampai bisa terbang kayak gitu," celetuk Vico kepada siapa saja yang mau mendengarkan. "Tapi romansanya kerasa banget, sampai sini malah. Sayang ya, Gara itu cowok. Kalo cewek udah pasti gue ledekin sepuas gue."

"Gue kasian sama Mei," timpal Alka dengan tatapan menyedihkan. "Kenapa dia harus menjatuhkan pilihannya pada cowok gay kayak Owen, ya?"

Galang tidak mengatakan apa-apa, seakan celetukan dua temannya telah mewakili perasaannya dengan baik. Cowok itu hanya menghela napas berat dan lebih panjang dari biasanya.

Kemudian, terdengar helaan napas lain yang berasal dari belakang mereka, membuat ketiganya menoleh dan berhadapan langsung dengan Maya Florensia yang membeku dengan tatapan nanar ke arah duo Owen dan Hara, yang mana tangan Owen masih merangkul pinggang Hara.

Sulit dipercaya, tetapi kenyataannya Maya cemburu pada cowok bernama Gara Arganta.

"Saking lengketnya lo sama Gara, kadang gue berharap bisa jadi seragamnya Gara biar bisa terus dipeluk sama lo," bisik Maya baper sementara Alka mendekatinya.

"Jangan lihat dia, lihat gue aja ya?" pinta Alka sembari menghalangi pandangan Maya dengan tubuhnya sendiri. Cowok itu bahkan menangkupkan kedua tangannya pada sisi wajah Maya dengan lembut seakan sedang syuting video klip.

Maya balas menatap tatapan mata Alka dengan tatapannya yang sangat menusuk, membuat sinar matanya mirip dengan Hara yang galak. "Gue punya hak mau liat siapa aja, kecuali lo. Lepasin tangan lo!"

"Mei, kalo lo suka sama cowok lain gue mungkin masih bisa terima. Tapi lo nolak gue demi cowok gay? Apa itu masuk akal?" tanya Alka dengan tatapan syok meski dia telah melepaskan tangannya dari wajah Maya. "Nggak lucu kan kalo gue juga harus jadi gay biar lo bisa perhatikan gue?"

"Hahahaha... lucu banget," tawa Maya, tetapi itu jelas tawa yang bermakna sarkastik. "Minggir, gue mau lewat."

Maya berlari menuju Owen yang saat itu telah melepaskan Hara dari pelukannya, yang dibalas dengan tatapan tajam.

"Terima kasih, meski gue nggak minta dibantu." Maya mendengar ucapan Hara yang sinis selagi dia mendekati Owen, membuat cewek itu mendadak emosi.

"Itu bukan ucapan terima kasih yang layak menurut gue," celetuk Maya setelah posisinya berada dalam jarak pandang duo Owen dan Hara, membuat mereka refleks balas menatapnya. "Lebih baik nggak usah ngucapin daripada ngomongnya setengah hati kayak gitu."

Alih-alih marah, Hara lantas menunjukkan senyum seringainya, meremehkan perkataan frontal Maya. "Kalo gitu, lo yang ucapin terima kasih aja ke Owen. Kalo lo anggap ucapan lo lebih layak dari gue."

"Lo--"

Hara membuang wajah, menghalangi Maya untuk membalas perkataannya, membuat cewek itu keki sendiri hingga menghentakkan sebelah kakinya ke tanah dengan emosi.

Hara sementara itu melihat sosok Kimmy yang baru saja mencapai koridor menuju kelas, yang segera mendapatkan inspirasi untuk segera keluar dari lingkaran setan ini.

"Kimmy, wait!" teriak Hara, sukses membuat semua orang syok untuk yang kesekian kalinya.

Owen bisa mendengar celetukan Vico yang keras di belakangnya, "Etdah, kenapa sih dari sekian teman kece yang ada di sekitar Gara, dia harus milih si Kimmy yang standarnya stagnan banget? Trus dia anggap kita ini apa?"

Bersambung


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top