Chap 20
!!WARNING!!
•Karakter" Boboiboy hanya milik Monsta.
•Author hanya meminjam karakternya.
•Karakter lain ialah OC author.
•Ada beberapa scene yang terinspirasi dari sebuah film yang pernah author lihat.
•Selain itu alur lainnya murni karangan author.
•Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang tidak pas ataupun kata yang tidak pantas.
~Selamat Membaca~
Halilintar dan Ice membuka matanya, mengerjap beberapa kali sampai atensinya fokus kembali. 'Bingung' satu kata yang menggambarkan ekspresi mereka saat ini. Mencoba memperbaiki posisi duduk masing-masing juga kembali mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Setelah cukup lama waktu yang mereka gunakan, akhirnya mereka sudah tersadar sepenuhnya. Mengusapkan kedua matanya pelan sambil membenarkan posisi bangku kelas dan --
--eh tunggu..bangku kelas?
"Eh, bangunnya samaan nih.." Halilintar dan Ice membulatkan kedua bola matanya terkejut dengan suara yang sangat mereka kenali. Solar
"Ha macam? Nikmat tidurnya~" -Taufan
Gempa menatap kakak dan adiknya itu dengan khawatir, Thorn yang hanya memasang wajah polosnya, sementara Blaze? Dia tidak peduli...bahkan melirik pada Halilintar saja tidak, tapi dia sempat menoleh pada Ice walau sekilas.
"BERANI KALIAN TIDUR DALAM KELAS KEBENARAN?!!!" Hali dan Ice sangat terkejut reflek berdiri dari duduknya karena teriakan Cikgu Papa yang membuatkan seisi kelas menertawakan mereka.
"E-eh? Kenapa...k-kita di kelas? Bukankah.." Belum sempat Ice melanjutkannya, Cikgu Papa memotongnya.
"Hali! Ice!"
"I-iya cikgu?" Jawab keduanya serempak.
"Dikarenakan kalian sesuka hati tidur dalam kelas kebenaran maka...LANJUTKANLAH TIDUR KALIAN DILUAR KELAS!!"
"Pffttt...BUAHAHAHAHA" Tawa pecah teman-teman kelasnya.
"CEPAT KELUAR!!! KEBENARAN MAU MELANJUTKAN KELAS LAGI!"
Halilintar dan Ice mendengus lalu keluar kelas. Adik kakak itupun berdiri diluar kelas dengan kebingungan. Bukankah mereka tadi berada di UKS bersama orang misterius dengan kondisi yang--astagfirullah?? Lalu bagaimana bisa mereka--
--oh mereka ingat! Mereka ingat semuanya dari awal sampai akhir dan bagaimana mereka bisa spawn dikelas dengan situasi dan keadaan seperti sedia kala.
Keduanya melamun, tak mempedulikan mereka yang di hukum dan di tertawakan teman-teman sekelasnya dan juga adik beradiknya. Mereka juga tidak tahu harus menunjukan ekspresi apa, Senang? Bahagia? Terharu? Ah entahlah...rasanya mereka seperti dipermainkan oleh waktu. Terlalu nyata untuk disebut sebuah mimpi, lagipula sudah ada bukti yang melekat dalam penglihatan masing-masing. Hali dan Ice terlalu larut dalam pikiran masing-masing sampai waktu bel sekolah berbunyi.
{{SKIP TIME}}
"Jadi, kenapa kalian berdua tidur di dalam kelas?" Tanya Amato sambil menahan tawanya.
"Sudah, minum dulu nanti bisa-bisa tersedak" Sahut Haya sambil menggelengkan kepalanya pelan.
Iya, sekarang ini mereka semua sedang menikmati acara makan malam bersama yang setiap hari rutin dilakukan. Tak lupa trio trouble maker--ah tidak hanya Taufan dan Thorn yang antusias menceritakan gelagat Halilintar dan Ice dikelas tadi. Blaze? Entahlah dia tidak tertarik dengan obrolannya karena itu ia memilih untuk fokus pada makanannya saja.
"Haah, tak macam biasa je atok dengar." Ujar Tok Aba.
"Ck, lagi-lagi Kak Hali yang dibicarakan..lagian kenapa ayah tidak memarahinya saja sih? Malah ikut menertawakan..kalau aku yang begitu, habis sudah diceramahi 4 hari 3 malam" Batin Blaze sambil mendelik pada Halilintar.
"T-tidak apa-apa" Jawab Ice sambil melirik pada kakak sulungnya.
Yang ditatap hanya mengendikkan bahunya. Sama-sama bingung dengan situasi dan kondisi sekarang. Yang tadi itu hanya mimpi saja atau memang nyata? Tapi...aneh, jika iya mimpi bagaimana bisa sama dan terasa nyata? Ah entahlah...
Halilintar memerhatikan sikap Blaze sedari pulang sekolah, adiknya yang satu itu dari tadi menghindari dirinya ketika ingin berbicara. Bahkan terlihat enggan untuk menatapnya. Hahh..iya dia tahu, Blaze sedang kesal padanya..
"Ah, aku pergi ke kamar dulu ya semuanya..Ice? Jadi mengerjakan tugas bersama tidak?" Ucap Halilintar yang sedari tadi mendiamkan diri.
=====
"Jadi, ini semua memang nyata ya..."
"Yah...begitulah.."
Kini Halilintar dan Ice sedang berada dikamar milik Hali. Mereka sibuk membicarakan masalah yang menimpa keduanya.
Tok
Tok
Tok
"Kak Hali, Kak Ice? Boleh kami masuk?" Tanya Solar yang sedikit menyembulkan kepalanya di daun pintu kamar sang kakak.
"Hm" Sahut keduanya bersamaan.
"Kalian berdua tidak apa-apa?" Tanya Gempa yang kini sudah berada dikamar Hali bersama saudaranya yang lain.
"Memangnya kami kenapa?"
"Ah itu dari sekolah wajah kalian terlihat sangat pucat dan nampak kelelahan. Apa kalian sakit?"
"Tidak. Kami tidak apa-apa" Jawab Halilintar cepat.
"Syukurlah kalau begitu, hanya...tidak biasa saja kalian serempak tidur dikelas dari jam pelajaran pertama sampai pelajaran terakhir." Kali ini Taufan yang bicara.
"Niatnya sih mau kita ajak ke UKS tapi kalian sulit dibangunkan, dan terlihat sangat pulas, jadi kami tidak tega membangunkan kalian. Untung guru pelajaran kedua dan pelajaran ke tiga tidak masuk kelas." Sahut Solar
"Iya, kalau kalian sakit kenapa kalian tidak dirumah saja dan istirahat?" Tanya Thorn dengan raut wajah yang khawatir.
Halilintar dan Ice hanya saling tatap satu sama lain. Perasaan ini, rasa kebersamaan ini terasa sangat hangat bagi keduanya, mereka rindu kehangatan ini. Jika mengikuti emosi rasanya mereka ingin menangis sekeras-kerasnya karena bahagia dengan keadaan yang telah kembali semula, bahagia karena semua keluarganya hidup kembali bersama dengan mereka, dan ingin sekali memeluk keluarganya sambil meyakinkan semuanya sudah baik-baik saja karena takut hal ini hanyalah halusinansi mereka berdua.
"Kak Hali, Ice? Kenapa kalian malah melamun?" Tanya Taufan heran.
"A-ah tidak, itu...." Ice menggantungkan perkataanya dan disambung oleh Halilintar.
"Maaf."
Semuanya mengernyit heran tak percaya, hah? apa katanya tadi? Maaf? Mereka tidak salah dengar kan? Seorang Halilintar yang harga dirinya begitu tinggi meminta maaf pada adik-adiknya tanpa alasan yang jelas? Memangnya dia berbuat kesalahan apa?
"Aku juga..minta maaf" Sahut Ice.
Semuanya ternganga setelah mendengar penuturan dari Ice. Anak ini juga kan tidak jauh berbeda dengan Halilintar...tapi kenapa.....
"Kami minta maaf jika kami punya salah pada kalian semua." Sambungnya lagi.
"Aku juga, maafkan aku..terutama padamu Blaze..maaf jika sikap dan perilaku ku selama ini membuatmu merasa tertekan, membuatmu jengkel, atau apalah itu. Maaf, aku tidak pernah bermaksud begitu. Maaf juga karena aku..kau jadi dimarahi ayah, ibu dan atok habis-habisan sampai dibanding-bandingkan denganku. Kau..kau boleh memarahiku, mengataiku, bahkan memukul ku terserah...tapi kumohon..jangan sampai timbul rasa benci dihatimu." Ujar Halilintar.
Wow, ini adalah kali pertama mereka mendengar Halilintar bicara sepanjang itu. Biasanya si kakak satu ini selalu bicara singkat, bahkan jika ditanya pun hanya berdehem saja sebagai jawabannya. Tapi sekarang?...
Sempat hening beberapa saat sampai pada akhirnya Blaze mengeluarkan suaranya dengan gemetar. "S-sial..kenapa..kenapa tiba-tiba?" Tanyanya sekuat tenaga menahan tangis yang hendak keluar.
Merasa paham dengan gelagat Blaze, Taufan memberikan kode pada adiknya yang lain agar meninggalkan Halilintar dan Blaze berdua. Alasannya...agar mereka bisa leluasa mengeluarkan keluh kesah masing-masing.
Tanpa babibu lagi mereka pun mengikuti Taufan yang sudah beranjak keluar kamar.
Tinggal lah Halilintar dan Blaze berdua disana. "Jadi? Blaze..kau--"
"Diam! Jangan bicara! Kau...kau...hiks kau jahat! Kau adalah kakak satu-satunya yang paling jahat! Dasar manusia menyebalkan! Kenapa?! Kenapa mereka hanya melihatmu saja?! Hiks..aku..aku..juga ingin sepertimu, kau tahu?! Aku juga ingin merasakan kasih sayang dan kebahagiaan yang sama sepertimu! Tapi kenapa tidak bisa?! Aku mencoba untuk mendapatkan kasih sayang yang setara dengan yang lainnya terlebih dahulu tapi sama saja! Aku selalu gagal! Dibenci, dihina, dibanding-bandingkan, dan segalanya! Malah itu yang kudapatkan! Hiks kenapa?! Apa salahku pada kalian hah?! Kenapa hanya aku yang diperlakukan tidak adil seperti ini?! Kenapa?!!" Genap sudah emosi Blaze saat ini, ia sudah tidak bisa menahannya lagi.
"Blaze..a-aku--"
"Kenapa kau harus jadi kakakku sih?! Aku tidak mau punya kakak sepertimu!! Hiks kenapa kau tidak mati saja sana?!! Aku kesal padamu!! Aku tidak menyukaimu! Hiks kau itu benar-benar menyebalkan!! Hiks aku benci padamu!! Aku benci!!!" Teriak Blaze kalap sambil menatap Halilintar penuh dengan amarah.
Halilintar tertegun mendengar perkataan Blaze, sebenci itukah adiknya padanya? Sejahat itukah dirinya sampai adiknya ini tidak mau memiliki seorang kakak sepertinya? Sekurang ajar itukah ia sampai adiknya tidak menyukainya? Apa...sebrengsek itukah ia sampai Blaze membencinya bahkan rela menumbalkan kakaknya sendiri pada setan antah barantah? Baru saja ia meminta pada adiknya yang satu ini agar tidak memendam rasa benci tapi ternyata lebih parah dari dugaannya...
"Kenapa kau diam saja hm? Kau mau memarahiku? Memukulku? Silahkan..toh aku sudah terbiasa.." Sambung Blaze sinis.
"Jadi..kau tidak mau memaafkanku?" Hanya itu yang mampu Halilintar ucapkan.
"Menurutmu?" Jawab Blaze dingin.
Dia tidak menyangka bahwa Blaze akan seperti ini, fikirnya adiknya itu akan memaafkannya lalu memulai hidup baru bersama-sama dan bahagia. Tapi nyatanya....dia benar-benar sudah membuat kesalahan besar sampai Blaze tidak mau memaafkannya. Halilintar tidak tahu kalau masalah yang dianggapnya sepele ini ternyata dapat menimbulkan dampak buruk yang besar dan sulit diatasi.
"Apa yang harus kulakuan agar kau mau memaafkanku?"
"Pergilah. Aku tidak mau tinggal satu rumah denganmu lagi, aku bahkan tidak mau melihatmu lagi. Kau tahu? Aku seperti ini juga gara-gara dirimu. Jadi, pergilah...pergi untuk selama-lamanya dan jangan pernah kembali lagi. Dengan begitu baru aku mau memaafkanmu.."
"Baiklah. Kalau memang itu yang kau mau, maka akan kulakukan. Maaf karena aku, kau harus menanggung semua rasa sakit ini sendirian Blaze, maaf karena aku tidak bisa menjadi kakak yang baik untukmu. Sungguh.." Ujar Halilintar sambil menampilkan senyum manis pertamanya yang malah terasa pahit bagi Blaze.
Kenapa? Bukankah memang ini yang ia mau? Kenapa ia malah merasa sakit mendengarnya? Kenapa malah terasa begitu perih dihatinya? Rasanya seperti hati dan fikirannya diremas sekuat-sekuatnya. Kenapa?...
"Jaga dirimu baik-baik Blaze, dan selalu bersama-sama dengan yang lainnya kapanpun dan dimanapun kalian berada. Jangan pernah berhenti menjaga dan melindungi satu sama lain apapun yang terjadi..." Ujar Halilintar sendu
"Aku pamit." Sambungnya lagi sambil memeluk adiknya untuk terakhir kalinya. Yang dipeluk hanya diam membeku bahkan tak berkutik sedikitpun, rasanya...benar-benar sesak setelah mendengar perkataan kakaknya itu.
Halilintar melepaskan pelukannya, menatap sendu pada Blaze lalu melenggang pergi keluar kamar. Namun hal itu tercegah apabila dirinya mendapati Blaze yang langsung memeluknya erat dari belakang.
"Dasar bodoh! Apa kau benar-benar mau pergi karena mendengarkan perkataanku tadi?! Kenapa begitu?! Kenapa kau tidak menolaknya?! Kenapa kau malah mau melakukan apa yang kusuruh tadi hm?! Bodoh! Kau kakak yang sangat bodoh! Katanya kau kuat?! Mana?! Mendengar perkataanku yang begitu saja kau malah memilih pergi!"
"Blaze? T-tapi kau sendiri kan yang menyuruhku per--"
"Tadi itu aku hanya bercanda bodoh!"
"Kau--"
"Hiks jangan pergi kak..hiks kumohon, jangan pergi. Aku..aku sudah memaafkanmu kok kak Hali! Sungguh! Kumohon maafkan aku juga."
"--kurang ajar.." Sambung Halilintar dengan suara yang gemetar, menoleh pada Blaze yang kini sedang menangis sambil ditutupi kedua tangannya.
Tapi tak lama kemudian, Blaze tertawa pelan dengan sesegukan kecilnya yang saling bersahutan.
"Kau benar-benar kurang ajar...tega sekali kau membuat lelucon konyol seperti itu?! Dasar anak nakal" Ujar Halilintar yang mulai tertawa juga sambil menjitak pelan kepala adiknya itu.
"Maaf"
"Pffft--BUAHAHAHAHA" Pecahlah tawa mereka berdua setelah beberapa saat yang lalu mengatakan perkataan yang sama.
{{Skip Time}}
Seminggu telah berlalu setelah kejadian itu, kini ketujuh kembaran itu hidup bahagia bersama-sama, berbagi kesedihan dan kesenangan bersama. Tak ada lagi yang merasa dibedakan, tak ada lagi rasa iri dan benci antar sesama. Apapun yang terjadi mereka semua akan selalu bersama-sama dimanapun dan kapanpun berada...juga--
"Ayah kurangi laju mobilnya! Tidak perlu buru-buru, seperti dikejar-kejar polisi saja!" Protes Taufan, Gempa, Blaze, dan Thorn
"Alahh, ini hanya 90 km/jam kok." Jawabnya enteng.
"Ayah kurangi lagi! Bahaya tahu!" Kini Ibunya dan juga Solar yang ikut protes
"Ishh, kalian tahu..segini masih pelan belum sampe 120 km/jam kan.."
"Hmm..degil." ketus Tok Aba
"Ayah..setidaknya kan selama diperjalanan kita bisa menikmati pemandangan.." Kali ini Ice ikut berbicara walau sebenarnya ia enggan mengeluarkan suara.
Ya, mereka berniat untuk pergi liburan ke sebuah Villa pribadi. Mereka ingin menghabiskan waktu bersama.
"Ahaha kalian kan masih bi--"
"AYAH AWAS!!!" Teriakan Halilintar sukses membuat seisi mobil terkejut dan berteriak histeris ketika menyadari dari arah depan ada sebuah truk yang terlihat melaju kencang pada arah mobil yang sedang ditumpanginya.
Reflek Amato pun membanting setir kearah berlawanan membuatkan mobilnya terjungkal dan menabrak sebuah pohon yang berukuran cukup besar lalu jatuh menimpa mobil yang sudah dalam keadaan terbalik tersebut.
Keadaan dijalan rayapun mulai ramai, jalanan yang tadinya lancar perlahan mulai macet karena kecelakaan yang baru saja terjadi.
beberapa dari mereka yang turut turun tangan pun melakukan pertolongan pertama sebisa mungkin. Ada yang sibuk mengambil gambar kejadian itu, ada yang berusaha menghubungi polisi juga ambulance, ada yang berusaha mengatur lalu lintas dan lain sebagainya...
Tak lama kemudian beberapa mobil polisi dan ambulance pun datang ketempat kejadian. Namun naas, orang-orang yang diduga menjadi korban kecelakaan itupun tak sempat diselamatkan.
--Hidup dan Mati pun mereka tetap bersama-sama.
"Lapor pak, dari sekian banyak barang. Hanya benda ini yang dalam keadaan utuh."
"Hm? Bagaimana bisa?...coba biarku lihat.."
"Ini pak.."
Klotrakk
"Ck, bagaimana cara membukanya? Susah sekali. Ya, sudah kita selidiki barang ini nanti. Sekarang kembali ketempat."
"Siap laksanakan komandan"
Tap
Tap
Tap
Tap
"Tapi kotak ini bagus juga...lebih baik aku bawa pulang saja..Petir dan yang lainnya pasti suka."
"Khikhikhikhi"
==END==
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top