Chap 17

!!WARNING!!

•Karakter" Boboiboy hanya milik Monsta.
•Author hanya meminjam karakternya.
•Karakter lain ialah OC author.
•Ada beberapa scene yang terinspirasi dari sebuah film yang pernah author lihat.
•Selain itu alur lainnya murni karangan author.
•Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang tidak pas ataupun kata yang tidak pantas.

~Selamat Membaca~





















"Hah?! Itu seperti suara ayah." Ucap Taufan antusias yang sedang duduk didekat pintu dapur tentunya bersama dengan ibu dan Ice.

"Iya! Tapi dimana?"

"K-kalau begitu..biar ibu yang cari." Ujar Haya seraya berdiri dari duduknya.

"Tunggu! Kita juga ikut. Kan ibu sendiri yang bilang untuk tidak berpisah!" Bantah Ice dengan sebelah tangannya yang menahan tangan ibunya.

"Iya bu! Kalau begitu sama saja bohong.."

"T-tapi.."

"Sudahlah ayo kita cari bersama." Ujar Taufan yang diangguki paham dari ibu dan adiknya itu..

=====

"AAKKKHHHH!!!! HUWWAAA!! PANASSSSS!!!! AYAHHHH TOLONGGG!!!! AARRRGHHHHH!!!!"

"BLAZEEE!!! TIDAKK!!" Teriak Amato menggelegar ketika ia melihat putra keempatnya yang tengah dibakar hidup-hidup tepat didepan matanya.

"AAAYYAHHHH!!! PANAAS!! HUWAAA KUMOHON TOLONGGGGG!!!"

Teriakan dan rintihan kesakitan Blaze juga tak jauh berbeda menggelegarnya dengan Amato, didalam sana dirinya menggeliat memberontak sekuat mungkin agar bisa keluar dari tempat pembakaran tersebut walau sebenarnya ia tahu tidak akan ada hasilnya.

BRAKK

BRAKK

BRAKK

"BLAZEEE!! TIDAKKK! NAK BERTAHANLAH!!!"

"PAANASSS!!! HUWWWAAA PANASSSS!!!!"















BLARR!!















"ARRGHHHH!!!"

Ya, tanpa adanya aba-aba tempat pembakaran tersebut meledak begitu saja, walau tidak besar tapi mampu membuat keadaan ruangan tersebut hancur berantakan. Lalu bagaimana dengan Amato dan Hali? Untunglah saat ledakan itu terjadi, dirinya terhempas kebawah ranjang kasur yang terdapat disana. Kalau Hali? Ah sudahlah tidak perlu ditanya lagi....

Asap hitam legat terlihat mengepul memenuhi ruangan itu, Amato...dirinya bergerak lamat keluar dari bawah ranjang tersebut. Tak butuh waktu lama asap itu kian menipis dengan sendirinya menampilkan ruangan yang menghitam karena ledakan itu sendiri.

Atensi Amato teralihkan ketika dirinya melihat adanya tubuh anak remaja yang terbaring kaku terlihat mengepulkan asap, dengan keadaan tubuh yang sangat sangat mengenaskan..seluruh tubuh dan isinya yang terlihat sedikit hangus terpanggang itu masih mengalirkan darah panas dan seluruh dagingnya yang terlihat begitu matang. Kulitnya yang sudah terkelupas seluruhnya membuatnya sukar untuk dikenali lagi. Ya siapa lagi kalau bukan Blaze?..

Sungguh, Amato sudah tidak kuat lagi melihat semuanya..pertama ayahnya yang sekarang masih koma dirumah sakit lalu putra keenamnya Thorn yang secara tiba-tiba gantung diri, juga Solar yang hampir seluruh tubuhnya digerogoti oleh ngengat, dan Gempa yang terkena tusukan parah dibagian perutnya...kemudian sahabatnya Mahes yang tak kalah mengenaskannya..sekarang Blaze..tubuhnya habis terpanggang tak tersisa. Jujur demi apapun sekarang ini rasanya ia ingin bunuh diri saja tapi ia tersadar kembali karena mengingat masih ada tiga putranya yang lain dan juga istrinya yang masih membutuhkannya.

"Hahh hah B-blaze??..Blaze??? T-tidak tidak tidak tidak TIDAKKKKK!!!! Apa?!..APA YANG TELAH KAU LAKUKAN DASAR SETAN SIALAN!!" Umpatnya sambil menunjuk Halilintar yang tengah tertunduk dan masih tetap pada posisinya tanpa luka sedikitpun hanya saja tangannya kini sedang tidak memegang benda apapun.

"Beraninya kau menghabisi keluargaku! Sudah cukup hentikan semuanya atau aku yang akan menghabisimu!" Ucapnya yang terlihat hendak memukul Halilintar.

"A-ayah?? K-kenapa kau berkata seperti itu??.."

Hening. Satu kata yang dapat mendeskripsikan keadaan sekarang, perkataan Halilintar dengan suara yang terdengar lemah itu mampu membuat Amato bungkam.

"Ayah, kau membuatku takut"

"A-apa? H-hali? Kau kah itu nak?!" Tanyanya dengan perasaan yang campur aduk.

"Hiks ayah kau membuatku takut khikhikhi.."

"H-hali??" Ucap Amato sambil berjalan lamat mendekati putra sulungnya itu.

"Ayah kau membuatku takut ahahaha..." Katanya lagi dengan suara yang berbeda masih diiringi dengan kekehan menyeramkannya.

Amato sempat menghentikan langkahnya sejenak apabila ia mendengar suara putranya yang sangat berbeda.





















"Ayah kau membuatku takut." Ucapnya sekali lagi yang setengah berbisik itu.





















PRANGG













Tepat setelah Halilintar menyelesaikan kalimatnya, beberapa lampu yang terdapat disana pecah begitu saja tanpa tau apa penyebabnya. Oke kini keadaan diruang itu gelap gulita ditambah bau hangus yang masih menyegat pada indera penciuman Amato.

"Hali? Kau dimana?"

Tess

Tess

"Ah c-cairan apa ini?" Ucap Amato sambil mencoba mencium aroma cairan yang terkena pergelangan tangannya."B-bau amis..."

"EEARRRGHHHH!!!" Dan dengan gerakan mendadak Halilintar tiba-tiba saja mendorong Amato kebelakang hingga tersungkur lemas membuatkan tubuhnya menghantam lemari tua dibelakangnya dan langsung memukuli juga menendangnya terus menerus tanpa ampun. Bahkan beberapa kali dirinya menendang bagian dada kiri dan leher ayahnya itu sampai mengeluarkan batuk darah yang terbilang cukup banyak.

"Selamat tinggal ayah." Ucap Hali setelah dirinya memukul leher ayahnya dengan sangat keras sampai terdengar bunyi retakkan tulang. Lalu berjalan pergi meninggalkan mereka yang telah meregangkan nyawa.

"Ah, apa ini sudah saatnya bagiku? Apa aku akan mati sekarang? Yah walaupun aku diselamatkan...kecil kemungkinannya aku bisa bertahan hidup, aku bahkan sudah tidak bisa mengeluarkan suaraku. Hali...ayah mohon sadarlah, ayah tahu Hali itu kuat. Ayah yakin kau bisa menghentikan semua ini jadi ayah mohon kembalilah nak...kembalilah. Maaf jika selama ini ayah selalu memarahimu, maafkan ayah yang gagal melindungi kalian semua. Haya, ku harap kau bisa terus bertahan dan hiduplah dengan baik bersama Halilintar, Taufan, dan juga Ice. Maaf aku gagal melindungi anak-anak kita yang lain. Selamat tinggal semuanya...s-sekali aku minta m-maaf dan terimakasih u-untuk segalanya.."

Semenit setelah ia mengutarakan isi hatinya iapun menghembuskan nafas terakhir bersamaan dengan linang air mata yang keluar dengan penuh arti.

=====

"B-bagaimana ini kak..daritadi kita sudah memeriksa bagian ruang tamu dan dapur bahkan setiap kamar berkali-kali. Tapi kita tetap tak menemukan ayah." Ucap Ice pasrah yang langsung mendudukan dirinya diatas soffa.

"A-aku juga..tak tahu lagi Ice..." Jawab Taufan yang berada disebelahnya.

"K-kenapa perasaan ibu jadi tidak tenang ya...kenapa rasanya sakit sekali..." Ujar Haya tiba-tiba membuatkan Taufan dan Ice langsung memandang kearahnya.

"Ibu kenapa?! Ada yang sakit?!" Tanya Taufan khawatir.

"Kak aku akan mengambilkan minum untuk ibu." Ucap Ice menawarkan diri.





"Ini bu..." Kata Ice yang sudah mengambilkan minum untuk ibunya itu.

"T-terimakasih Ice..."

"Em..hei apa kalian mencium bau sesuatu? Seperti bau sesuatu yang hangus? Eh tapi tadi kalian mendengar suara ledakan tidak?" Tanya Taufan memastikan apa yang ia rasakan saat ini.

"Y-ya aku juga sedikit merasakan getaran tadi, dan k-kenapa udaranya jadi terasa panas begini ya?" Timbal Ice.

Mereka kembali pada posisi dan larut dalam pikiran masing-masing keheningan pun kini datang menemani, tiba-tiba saja ketiganya menitikkan air mata yang keluar tanpa permisi dari kedua kelopak matanya bersamaan. Apa ini? Kenapa rasanya sakit sekali? Kenapa rasanya sesak? Kenapa seperih ini? Apa yang sebenarnya terjadi?

Tanpa mereka sadari sekarang ini mereka tengah menangis tersedu-tersedu tanpa tau apa yang membuatkan mereka ingin sekali menangis. Kini ruangan yang begitu hampa itupun dipenuhi dengan isak tangis yang menggema dari ketiganya.

"AAKKHHH!!!!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top