Piece #5: So Much Fun
Akhir pekan kelima Doni bangun lebih pagi dari biasanya. Dia mulai kembali berolah raga setelah satu bulan melupakannya. Kehidupan menjadi pasangan pengantin baru membuatnya lupa olah raga dan hanya ingin tidur di samping istrinya sambil berpelukan penuh cinta.
Pagi itu dia membiarkan Barina tertidur pulas lepas subuh berjamaah. Dengan perlahan melepaskan lengannya yang melintang di kepala Barina. Sebelum beranjak dari ranjang, diciumi kening, pipi, dan bibir istrinya sambil membelai. "Aku olah raga dulu, ya, Sayang," bisiknya.
Doni mengenakan celana training pendek dan kaus tak berlengan. Menggosok gigi dan mencuci muka sebelum berangkat. Hari masih gelap, sekitar jam lima. Dia mengenakan sepatu sambil menghirup dalam-dalam segarnya udara pagi.
Dia melangkahkan langkah pertamanya setelah mengunci pintu rumah. Baru saja keluar rumah, dia berpapasan dengan lelaki muda kisaran dua puluh lima tahun yang juga akan lari pagi.
"Pagi, Bang Doni!" sapanya.
Doni menoleh sesaat. Dia terkesiap karena orang itu tahu namanya, sedangkan dia sendiri pun tidak tahu siapa lelaki muda di hadapannya ini. "Pagi!" sahutnya.
Lelaki muda itu hanya tersenyum lalu menganggukkan kepala untuk pamit pergi. Doni membalas anggukan itu. Dari belakang dia memandang punggung lelaki itu, tubuhnya begitu tegap dan atletis.
Baru saja beberapa meter, sepasang suami istri yang sepertinya lebih muda darinya berlari bersama di seberang jalan. Mereka berlari sambil tertawa riang. Sesekali si lelaki merangkul wanitanya sambil mengacak rambutnya. Doni tersenyum tipis melihat tingkah pasangan itu. Dia pun teringat Barina yang masih tidur lelap di atas ranjang. Dia mulai berandai-andai. Andaikan Barina ikut menemani lari pagi. Namun, dia mengerti bahwa istrinya sangat lelah. Bahkan tadi malam, Doni meminta Barina untuk tidak usah memasak hari ini. Dia hanya ingin istrinya bersantai barang sehari dua hari untuk merileksasi tubuhnya.
Doni menjajaki setiap meter komplek perumahan itu. Semenjak menikah, baru kali ini tahu bahwa komplek itu tidak sesepi yang dikira. Sepagi ini pun sudah banyak yang keluar untuk berolah raga. Dia juga baru tahu bahwa ada taman yang memiliki fasilitas gym. "Kenapa Bari nggak pernah bilang, ya?" lirihnya. Memang, Barina tidak pernah menceritakan seperti apa lingkungan rumahnya karena terlalu sibuk dengan pekerjaan bahkan dia sendiri pun jarang sekali bersosialisasi dengan tetangga.
Usai lari pagi, sekitar jam enam kurang, sudah kembali ke rumah. Doni mendapati istrinya tengah bermain air di samping mobilnya. Selama ini sengaja berangkat dan pulang kerja menggunakan mobil Barina dan mobil Doni disimpan di kantor agar tidak terlalu banyak yang diparkirkan. Apalagi, ke mana-mana mereka selalu bersama.
"Kamu ngapain?" Pertanyaan itu sebenarnya tidak perlu dijawab. Dia sudah lihat istrinya sedang apa.
Barina menoleh ketika mendengar suara suaminya. Dia memandang penampilan Doni yang dipenuhi peluh. "Mau sarapan?" tanyanya sambil membilas tangan yang penuh busa.
Doni menghampiri Barina dan menyambar ember penuh busa. "Kalau mau cuci mobil, di steam aja."
"Selama bisa dilakukan sendiri, kenapa harus di luar?"
"Ya udah, kita kerjain bardua." Doni mengambil spons yang sudah diserap air sabun lalu mengusapnya ke permukaan badan mobil.
Barina kembali masuk ke dalam untuk mengambil spons baru. "Tadi lari ke mana, Kak?" tanyanya sesaat kembali keluar dan memasukkan spons ke dalam air sabun.
"Keliling aja. Di sini ada taman juga, ya. Ada fasilitas gym lagi." Doni mengusap kaca depan. Celana pendeknya sudah basah sebagian karena terkena busa sabun.
"Iya, ada. Aku nggak pernah ke taman malah. Cuma lewat aja. Nggak sempat." Barina mengusap atap mobil.
"Sudah kuduga. Rame juga di sana. Aku kira komplek rumah kamu sepi soalnya di sini sepi."
Barina mendekati suaminya untuk menyelupkan lagi ke ember sabun. "Di wilayah sini memang sepi karena kebanyakan rumahnya nggak ada orangnya. Kalaupun ada juga pada kerja." Barina memandang suaminya. "Tadi ketemu cewek cantik?"
Doni pun ikut berhenti dan membesarkan bola mata. "Memang ada?"
Barina memicingkan mata. "Ternyata suamiku cowok normal." Dia terkekeh sendiri.
Kening Doni mengerut. "Maksud kamu? Kalau aku nggak normal, nggak mungkin kamu aku nikahi." Doni mencipratkan tangan ke arah Barina.
"Ya, siapa tau, kan." Barina tertawa geli membayangkan jika itu benar.
"Memangnya kamu mau aku bukan cowok normal?" Doni merangkul bahu istrinya dengan tangan basah dan penuh sabun.
Barina berusaha menepis tangan suaminya. "Kak, baju aku basah."
Doni menguatkan tangannya agar tidak mudah ditepis. "Biarin basah. Biar mandi sekalian." Dia terus menggoda istrinya.
"Aku mandinya nanti. Sekarang yang mandi mobil dulu." Barina tetap berusaha melepaskan diri.
Mereka bertingkah saling menggoda. Begitulah cara mereka menyampaikan keromantisan yang disertai gelak tawa. Orang yang lewat pun terkesima dengan keromantisan mereka.
"Duh, pengantin baru romantis banget," sapa Tati, tetangga Barina.
Barina dan Doni membalikkan badan. "Eh, Bu Tati. Habis lari, Bu?" sahut Barina yang masih dirangkul suaminya. Doni melonggarkan rangkulan sambil mengangguk ke wanita itu.
"Iya, Mbak. Senang lihat pengantin baru bahagia. Saya permisi dulu." Tati melanjutkan langkahnya meninggalkan dua sejoli yang tengah bermain air sabun.
"Kak, malu dilihat orang." Akhirnya Barina bisa melepaskan rangkulan suaminya. Dia melanjutkan mengusap ke seluruh permukaan mobil. Setelah semua permukaan sudah ditutupi sabun, Barina meraih selang yang sudah disambungkan ke keran. Dia mulai menyemprotkan ke arah mobil. Tanpa disengaja, mengenai Doni yang tengah berdiri di samping mobil. "Maaf," ujarnya sambil menyeringai.
Doni memandang nakal ke arah istrinya. Dia mendekati Barina dan berbisik pelan. "Kamu kalau mau lihat badan aku nggak usah nyemprotin aku. Kita ke dalam aja, yuk!" Doni menyambar tangan istrinya.
Barina terkekeh. Dia menguatkan kakinya agar tidak mudah goyah. "Ini mobil selesaiin dulu, Kak."
"Oke. Jangan ingkar, ya." Doni mengedipkan mata.
Barina menggeleng geli melihat tingkah suaminya. Dia membasuh seluruh permukaan mobil sampai benar-benar bersih. Sedangkan, Doni membuang air sabun dan membersihkan ember.
"Wah, lagi kerja bakti, nih." Seorang lelaki yang dilihat Doni tadi subuh menyapa mereka.
Doni menoleh ke arah lelaki itu. "Iya. Baru balik?"
"Iya, Bang Doni," jawab lelaki itu.
Barina membalikkan badan setelah mematikan keran. "Eh, Kevin. Habis olah raga?" sapa Barina sambil menggulung selang.
"Iya, Mbak." Mata Kevin tidak berpindah tempat. Dia memandang Barina cukup lama. Hal itu membuat Barina merasa tidak nyaman.
Doni mengikuti arah pandangan lelaki muda itu. Dia mendapati baju Barina yang basah di area dada. Sesuatu berwarna hitam membayang di baliknya. Melihat itu, Doni menatap tajam ke lelaki muda. Dia segera mendekati Barina dan berdiri di depannya.
Melihat Doni yang tiba tiba menghalangi pandangannya, Kevin pun tersadar dan permisi pulang.
"Kamu masuk, gih! Aku aja yang rapihin ini." Doni menyambar selang yang baru digulung setengah.
"Kenapa?"
Mata Doni menunjuk ke arah dada Barina. Wanita itu pun mengikuti padangannya. "Waduh. Jangan-jangan Kevin tadi ...." Wajah Barina memerah padam. Dia menghambur ke dalam rumah.
"Besok-besok cuci mobil di steam aja. Aku nggak mau kamu dipandang begitu sama pria lain. Enak aja." Doni mengoceh sebal sambil mengisi gelas dengan air putih dingin usai merapikan selang dan genangan air bekas mencuci mobil.
Barina yang duduk di depan televisi menunduk malu sambil menyilangkan lengannya di dada. "Maaf."
Doni menghampiri Barina dan membelai kepalanya. "Ya, udah. Ayo mandi!" ajaknya sambil meraih lengan istrinya. Tanpa protes Barina bangkit dari sofa.
Mereka masuk ke dalam kamar sambil berpelukkan. Ini pertama kali Doni melihat sikap manja Barina. Kedua lengan wanita itu melingkar di pinggang Doni.
"So much fun, Honey." Suara Barina terdengar lembut di telinga Doni saat mereka berada di bawah pancuran.
Doni hanya tersenyum dan mengecup kepala istrinya sambil memejamkan mata, menghayati setiap detik kemesraan ini.
"Kapan-kapan kita cuci mobil sendiri lagi, ya."
Ucapan Barina membuyarkan kemesraan. "No!" Doni mengangkat wajah istrinya. "Jangan coba-coba! Di luar sana banyak mata yang nakal. Aku nggak mau mereka memandang begitu ke arah kamu."
Barina hanya menyeringai. Menggoda suaminya sangat menyenangkan. Dia merasakan perhatian Doni yang luar biasa.
----
Semakin iri sama pengantin baru ini.
Terima kasih sudah membaca.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top