Piece #29: Menjelang Menjadi Orang Tua
Agustus (4 bulan)
Barina sudah melewati trisemester pertama kehamilan. Untung saja, tidak ada permasalahan yang berarti dalam kehamilannya. Dia pun tidak pernah mengidam hal yang aneh. Mual tidak se-ekstrim cerita teman-temannya. Barina sangat menikmati kehamilannya ini. Setiap pagi dia rajin sekali memasak sarapan. Entah kenapa bawaannya ingin memasak untuk suaminya. Melihat perubahan itu, Doni menjadi semakin sayang kepada wanita itu.
Perut Barina sudah mulai terlihat. Dia menyukai perubahan tubuhnya itu. Sebelum berangkat kerja, wanita itu kerap berdiri dan berputar di depan cermin. Dia merasa cantik jika mengenakkan pakaian hamil. Doni pun mengakui itu. Kecantikan istrinya lebih terpancar semenjak hamil. Kata Nita, kemungkinan mereka akan mendapatkan anak perempuan, karena ibunya senang bercermin memandangi tubuhnya. Barina dan Doni tidak mempermasalahkan jenis kelaminnya, yang penting semua berjalan lancar.
Meskipun hamil, Barina tetap bekerja. Sebenarnya, Doni sudah meminta untuk berhenti kerja atau mengambil cuti, tetapi wanita itu tidak mau. Doni takut Barina kelelahan dan malah membahayakan janin dan ibunya. Barina berusaha meyakinkan pria itu bahwa semua akan baik-baik saja. Dia sudah terbiasa bekerja. Dia tidak terpikir bagaimana dirinya jika sampai berhenti kerja. Bahkan, cuti pun enggan. Jika cuti, siapa yang akan mengerjakan pekerjaannya? Doni memberi pilihan lain untuk mengerjakan pekerjaan di rumah, tetapi Barina tetap tidak mau. Dia takut ada kecemburuan sosial di antara karyawan. Bagaimanapun juga, Barina masih karyawan. Dia tidak ingin diperlakukan spesial hanya karena istri seorang bos. Padahal, karyawan sama sekali tidak ada yang mempermasalahkan. Itu hanya ketakutan Barina saja.
Kata orang, kecantikan dan aura wanita keluar saat hamil. Hal itu yang dirasakan Doni. Dia merasa istrinya lebih bercahaya dan wangi. Dia jadi lebih sering mencium istrinya. Tidak hanya sebelum berangkat kerja dan sebelum tidur, melainkan juga di kantor di jam istirahat. Semenjak Barina hamil, Doni mengurangi kesibukan rapat. Dia mengalihkan pekerjaan satu itu ke enginer masing-masing proyek, bahkan Yuni rapat sendirian. Doni ingin menjaga istri dan selalu berada di sisinya. Oleh karena itu, mereka kerap makan siang bersama. Dia juga memastikan istrinya tidak telat makan, mengingat wanita itu memiliki mag kronis.
Di rumah Barina malam ini ramai sekali. Orang tua mereka dan saudara-saudara datang untuk merayakan empat bulanan Barina. Pengajian syukuran pun digelar dengan sederhana dan mengundang tetangga dan ibu pengajian komplek. Mereka mengutamakan doa dan berkumpulnya. Kesempatan ini merupakan pertama kalinya dua keluarga besar berkumpul. Untung sepupu Barina rata-rata sudah menikah, kalau tidak, akan terjadi cinta lokasi dengan sepupu Doni yang kebanyakan belum menikah.
Usai syukuran, keluarga besar pun berangsur pulang satu-persatu. Orang tua mereka juga kembali ke rumah masing-masing setelah memastikan rumah kembali bersih dan tenang meninggalkan Barina dan Doni. Darma meminta salah satu asisten rumah tangga di rumahnya untuk bekerja di rumah Barina untuk sementara waktu. Setidaknya, sampai wanita itu melahirkan. Satu sisi, Barina merasa tidak enak diperlakukan seperti itu oleh mertuanya seakan dirinya terlalu manja. Namun, pengertian dari Doni memberinya pandangan baru sehingga wanita itu menerima dengan senang hati.
Seminggu kemudian, Doni membuka lowongan kerja baru untuk posisi keuangan untuk menggantikan Barina. Wanita itu pada akhirnya setuju untuk mengundurkan diri setelah diberi arahan dan pandangan oleh Marina dan Nita. Barina juga ingin fokus dengan anaknya setelah lahiran. Dia tidak ingin menjadi wanita karir jika harus menelantarkan anak. Keinginan itu disambut dengan senang hati oleh Doni. Dia mendukung keputusan istrinya.
Mencari pengganti Barina tidak sesulit yang mereka kira. Baru saja lowongan dilempar ke media, sudah banyak yang melamar kerja di sana. Mereka semua masih muda dan segar. Melihat para pelamar membuat Barina teringat dirinya saat pertama kali mendapatkan panggilan wawancara kerja. Senangnya bukan main. Dia sampai membeli pakaian kerja baru demi ingin tampil maksimal meskipun wawancaranya tidak lolos. Dia terus memasukkan lamaran ke tempat lain dan memenuhi panggilan wawancara, lagi dan lagi.
Saat Doni mewawancarai mereka satu-persatu, Barina seperti melihat dirinya dulu yang penuh dengan ambisi, dirinya yang baru melukis mimpi, rumah impian dan segala harapan yang ingin diraih setelah menjadi wanita karir. Lalu, dia melihat dirinya sekarang yang duduk di samping pria yang selalu menjaga dan mencintainya. Dia tidak lagi muda. Tubuhnya akan membesar. Kulitnya akan mengerut. Dia mengusap perutnya sambil membayangkan rupa anaknya, lalu kembali memandang pelamar yang tengah diwawancarai oleh Doni. Barina tidak menyangka perjalanan hidupnya seperti ini. Tidak selalu mulus namun dia sabar dan bekerja keras. Inilah hasil dari itu semua.
Dua hari setelahnya, karyawan baru pun terpilih dan mulai bekerja. Varda nama karyawan baru itu. Barina dengan sabar melatih anak itu. Usianya yang terpaut enam tahun seakan tengah melatih seorang adik. Varda baru saja lulus dari salah satu universitas negeri di Bandung dengan nilai yang memuaskan. Anak itu memang dasarnya sudah pintar dan cepat menangkap arahan Barina. Meskipun digaji tidak begitu besar, Varda tidak mempermasalahkan. Katanya, dia yakin perusahaan bisa menilai kinerjanya. Dia ingin digaji sesuai hasil kerjanya. Ucapannya itu yang membuat Doni menerimanya sebagai karyawan. Ambisi namun terukur dan tidak memaksakan. Barina teringat saat pertama kali kerja, digaji hanya satu juta setengah dan dia tidak berpikir panjang soal itu. Yang dipikirkan saat itu adalah bekerja dan mendapatkan pengalaman baru. Langkah awal itu perlu. Bukan sekedar tujuan yang tidak beralasan dan tidak terarah.
Semenjak ada karyawan baru, Barina menjadi sering memasak dan berlatih merangkai bunga bersama Nita. Dia harus mulai belajar menjadi seorang istri dan ibu yang baik. Bukan hanya sekedar memasak atau membersihkan rumah karena itu bisa dikerjakan asisten rumah tangga jika mau, tetapi yang terpenting membuat suami dan anak betah di rumah. Nita bilang bahwa rumah yang asri menjadi tempat beristirahat yang menyenangkan. Oleh karena itu, Barina ingin berlatih merangkai bunga seperti Nita. Sebenarnya, Barina senang melihat interior rumah Nita yang begitu asri dengan warna-warni dan aroma bunga, penataan tanaman hijau yang sesuai sehingga pandangan menjadi ringan dan dapat rileksasi dengan nyaman. Barina ingin membuat suaminya betah di rumah, meskipun tanpa melakukan itupun, pria itu sudah menganggap Barina adalah tempat ternyaman. Rumah tempatnya pulang dan beristirahat.
"Kamu tau, nggak?" tanya Doni saat merebahkan kepala di pangkuan istrinya di beranda belakang sambil mendengar gemericik air kolam yang baru dibuat dua minggu lalu.
"Enggak," jawab Barina spontan sambil membelai rambut hitam Doni.
Tangan Doni menyentuh pipi Barina sambil memandangnya dalam. "Kulit kamu lembut kayak kulit bayi."
"Masa?"
"Iya. Kayaknya nanti anak kita bakal saingan sama kamu. Jangan-jangan nanti aku jadi salah kira mana istriku, mana anakku." Doni mengulum senyum.
Barina pun. "Nggak mungkin, lah. Dari ukurannya aja udah kelihatan, Sayang."
Doni terus membelai wajah istrinya sambil menggenggam tangan Barina. "Kamu cantik banget, Sayang. Setiap hari kamu buat aku semakin jatuh cinta sama kamu." Dia mengecup tangan istrinya lalu memosisikan badannya ke samping. Kini wajahnya berhadapan dengan perut Barina. Tangan yang membelai wajah Barina kini berpindah mengusap perut itu. "Nak, kamu harus tau kalau mamamu itu cantik. Papa semakin hari semakin cinta sama mamamu." Barina tersenyum mendengarnya. "Harusnya kamu bisa rasain, Nak. Sehat-sehat, ya, Nak! Bantu mamamu sampai kamu lahir ke dunia. Kamu harus lihat sendiri kecantikan mamamu." Doni mengecup perut Barina. Lama sekali. Ada doa terucap di sana.
Beranda belakang menjadi tempat bersejarah untuk mereka berdua. Di sana mereka menghabiskan waktu banyak bersama. Mereka berdua sering mengajak ngobrol calon anaknya. Seringkali Barina dibuat tersenyum. Hidupnya bahagia. Dia mensyukuri ini semua.
-----
Terima kasih sudah membaca 😉
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top