Piece #18: Montreux
Terdapat 21+. Please be a wise reader!
Matahari sudah meninggi. Udara musim semi dari sela jendela sudah mulai terasa meskipun sudah menggunakan penghangat ruangan. Tirai transparan membuat keindahan pemandangan Danau Geneva dan Gunung Rochers de Naye nampak samar dari kamar hotel Montreux Palace yang berkelas luxury.
Barina masih berbaring di ranjang besar dan empuk berselimutkan selimut yang lembut. Matanya memandang ke arah pintu balkon namun tidak ada yang spesial di sana. Dia tidak menyangka berada di negara ini dan berbulan madu dengan suami tercinta yang kini tengah memeluk mesra tubuhnya dari belakang. Salah satu tangan lelaki itu terlentang di bawah lehernya. Suara napas Doni menjadi irama yang menenangkan untuknya. Jemari mereka terpaut. Semua yang dia dapati terasa seperti mimpi.
Saat Barina mencoba melepaskan genggaman tangan Doni, lelaki itu semakin menguatkan genggamannya. "Sebentar lagi," lirih lelaki itu. Suaranya melintasi sela-sela ruang antara wajahnya dan rambut Barina. Terdengar mesra dan hangat. Meskipun begitu, Barina tetap melepaskan genggaman itu. Dia membalikkan badan menghadap suaminya. Kini wajah mereka berhadapan sangat dekat. Tanpa berkata, dia memeluk lelaki itu dengan erat dan menenggelamkan wajahnya di dada Doni sehingga tidak nampak karena terhalang selimut. Mereka saling membagi kehangatan di udara sedingin ini. Meskipun mereka tak berpakaian sejak tadi malam, tidak sedikitpun terasa dingin. Mereka baru saja tiba di Montreux tadi malam dan memutuskan istirahat usai makan malam.
"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Doni sambil membelai kepala istrinya.
Barina tidak menjawab. Dia menguatkan pelukannya.
Karena tidak ada jawaban, Doni memberikan jarak lalu mengangkat dagu istrinya sehingga Barina mendongak. "Kenapa?"
Barina menggeleng. Dia tersenyum. "Thank you for everything," ucapnya lembut. "Aku bahagia."
Mendengar pengakuan itu, Doni tersenyum dan mengecup kepala, kening, hidung, mata dan berakhir di bibir Barina. Lumayan lama mereka berpautan. "Aku akan lakukan apa aja agar kamu bahagia." Dia merapatkan lagi jarak di antara mereka dan saling memeluk.
"Ini semua seperti mimpi buat aku," ucap Barina.
"Menikah dan memiliki kamu juga seperti mimpi buat aku," sahut Doni.
Barina merasa seperti melambung tinggi setiap mendengar pujian dari suaminya yang mulai pandai membahagiakannya. "Aku mau ke toilet." Ucapan Barina memecah keromantisan mereka. Dia minum lumayan banyak tadi malam karena belum menyesuaikan perubahan suhu sehingga mudah haus.
Dengan berat hati Doni membiarkan istrinya menjauh sejenak dari dirinya. Selama Barina di toilet, dia memandang ke arah jendela. Dia tersenyum. Bukan hanya Barina saja yang bahagia dan merasa hari ini seperti mimpi, dirinya pun.
Selang beberapa menit, Barina melintasi pandangan Doni dan membuka pintu balkon. Wanita itu mengenakan jubah mandi. Dia berdiri di balkon sambil menyapu pandangan keindahan Montreux. Mereka sangat beruntung mendapatkan kamar yang menghadap Danau Geneva dan Gunung Rochers de Naye. Barina menghela napas dalam-dalam berungkali sehingga udara segar Montreux masuk ke dalam paru-paru. Wajah wanita itu dihiasi dengan senyuman membuat nampak lebih cantik.
Udara Montreux tidak bisa ditolak dengan berbaring di balik selimut. Hal itu yang membuat Doni beranjak dari ranjang dan meraih jubah mandi kemudian menghampiri istrinya. Dari belakang dia memeluk pinggang Barina dan mengecup ubun-ubunnya dengan mesra. Barina mengatup kedua mata. "Aku lupa bilang." Kini dia berpindah mengecup telinga kanan istrinya. "Gueten Morgen!" (Bahasa Swiss Jerman: Selamat Pagi)
"Morgen!," jawab Barina dengan sedikit lirih karena Doni terus saja mengecup daerah sensitifnya. "Kita ke mana hari ini?"
"Aku maunya di kamar aja sama kamu. Bikin anak," bisik Doni di dekat telinga Barina.
Barina tidak berkomentar apapun. Dalam hati kecilnya, dia ingin berjalan-jalan di Montreux, menikmati keindahannya dan satu tempat yang ingin sekali dikunjungi adalah Queen: The Studio Experience.
Sebenarnya Doni hanya menggoda saja. Dia tahu betul keinginan istrinya itu. Jauh sebelum mereka berangkat ke sini, Doni sudah mengatur bulan madu ini serapi mungkin. Bahkan dia rela mengeluarkan dana lebih untuk memberikan momen spesial, kejutan dan kenangan indah. "Iya, kita jalan-jalan."
Terlihat perubahan air muka Barina. Dia melompat kegirangan. "Serius?"
Doni mengangguk. "Kamu mandi duluan sana!"
Tanpa protes, Barina berlari ke kamar mandi setelah mengecup pipi suaminya.
Selama Barina mandi, Doni meraih ponsel yang tergeletak di meja bundar depan pintu balkon. Dia menekan nomor seseorang. Dengan aksen Bahasa Inggris yang fasih layaknya native speaker, Doni berbicara dengan orang itu.
Dua jam kemudian, pasangan pengantin baru itu sudah bersiap-siap untuk berjalan-jalan keliling Montreux. Tidak ada pakaian mewah yang mereka kenakan. Doni mengenakan celana jeans hitam panjang, kaus Polo abu-abu gelap tangan panjang dan sepatu sneakers putih. Sedangkan Barina mengenakan long dress tangan panjang dengan warna senada dan senakers putih. Di badannya melingkar tas selempang hitam yang berisikan dompet, ponsel dan kamera kecil untuk merekam keindahan dan momen kebersamaan mereka.
"Ada nggak, sih, baju yang nggak cocok sama kamu?" Doni terkesima dengan penampilan istrinya yang selalu memukau kedua matanya.
"Ada," jawab Barina singkat sambil mengikat bandana putih di kepala.
"Apa?"
"Daster." Barina mengulum senyum.
"Ada apa dengan daster? Kayaknya semua istri cocok deh sama daster," sanggah Doni karena dia sering melihat Arti dan mamanya mengenakan daster di rumah. Mereka pernah bilang bahwa daster adalah pakaian ternyaman para wanita.
Barina berjalan mendekati sepatu. Dia memasang kaus kaki dan sepatu sambil berkata, "itu, kan, kata para istri kebanyakan. Aku, kan, beda. Unik. Kamu pernah bilang, kan?" Barina bangkit dari kursi dan siap untuk berangkat. "Ayo, Sayang!" ajaknya.
Mereka berdua berjalan menuju lift setelah memastikan kamar terkunci dengan baik. Dari saat itu, Doni terus menggenggam tangan Barina. Dia tidak mau melepaskan barang sedikitpun.
Di dalam lift, ada seorang bayi perempuan yang tengah digendong oleh ibunya, menyentuh pundak Barina dengan wajah lucu. Bayi itu memiliki mata biru dan pipi yang menggemaskan. Sang Ibu menyadari apa yang dilakukan anaknya. Dia melontarkan senyuman kepada Barina dan dibalas dengan hal yang sama. Melihat hal tersebut, membuat genggaman Doni semakin erat sehingga Barina menoleh ke arahnya. Mereka bertatapan seakan saling memahami apa yang ada dipikiran masing-masing. Keluar dari lift mereka tetap bergandengan menuju parkiran. Senyuman tak pernah hilang dari wajah cantik Barina.
"Ini mobil siapa?" Barina terperangah saat melihat mobil
Audi A6 Avant hitam terpampang di hadapannya.
"Mobil sewa."
Barina terdiam sejenak mengamati mobil Eropa itu. "Untuk apa?"
"Untuk kita jalan-jalan. Aku nggak mau kaki kamu capek."
"Kak Doni siapin ini semua sendiri?" Senyuman yang sedari tadi menghiasi wajah cantiknya, hilang begitu saja. Dia bingung.
"Iya." Doni mengangguk dengan ekspresi ikut kebingungan. Dia bingung dengan ekspresi Barina yang sekan tidak menyukai kejutan ini. "Kamu nggak suka, Sayang?"
Barina menggeleng.
Doni lemas. Perkiraanya tidak sesuai dengan kenyataan. Dia mengira istrinya akan suka dengan kejutan ini. "Ya, udah. Aku bisa cari mobil sewa yang lain. Kamu mau apa? Sebut aja!" Doni merogoh saku celana untuk mengambil ponsel dan mulai mencari penyewaan mobil di Montreux. "Mereka juga menyediakan supir kalau kamu maunya bukan aku yang nyetir. Sebenarnya aku bersertifikat izin mengemudi Internasional, sih. Tapi kalau kamu nggak yakin, nggak masalah. Kita bisa sewa include driver," jelas Doni dengan mata terfokus ke layar ponsel.
Tangan Barina tiba-tiba meraih ponsel Doni dan menyambar mengecup bibir suaminya. Lelaki itu terkesiap. Ini pertama kalinya Barina mencium Doni tanpa izin di muka umum. "Aku suka. Suka banget. Makasih, ya, Sayang. Aku terharu." Barina memeluk suaminya erat.
Kini Doni dapat bernapas lega. Salah satu tangannya meraih ponsel dari tangan Barina dan memasukkannya ke dalam saku lalu memeluk pinggang istrinya. "Kamu kalau mau cium aku kasih aba-aba, dong, Sayang."
Barina menjadi salah tingkah. Dia melepaskan pelukan dan masuk ke dalam mobil Eropa itu. "Ayo kita jalan-jalan!" ajaknya semangat sebelum menutup pintu.
Doni tersenyum melihat Barina bahagia. Dia menyusul masuk ke dalam mobil dan melajukan kendaraan mewah itu. "Kita mau ke mana dulu?" tanya Doni saat meninggalkan hotel Montreux Palace.
"Terserah suami aku aja. Aku ikut asal sama Kak Doni," jawab Barina seraya mencolek dagu suaminya.
Pagi itu menjadi pagi yang menyenangkan untuk mereka berdua. Mereka berharap bulan madu ini meninggalkan kenangan manis di ingatan mereka dan tak terlupakan.
---------
Siapa yang kangen pasangan ini? Mohon maaf baru sempat update karena saya baru selesai ujian.
Terima kasih sudah membaca 🙏
---------
Hotel tempat mereka menginap
Interior hotel
Kamar Doni-Barina
Balkon kamar mereka
Pemandangan Danau Geneva dan Gunung Rochers de Naye dari balkon kamar
Pakaian yang dikenakan Doni
Pakaian yang dikenakan Barina
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top