Piece #16: Mencoba Resep Terbaru

Jumat malam Barina sendiri di rumah. Doni pergi rapat hingga malam, usai topping off  sebuah proyek pembangunan gedung perkantoran lima lantai dan dua lantai basement. Barina pun terpaksa pulang duluan karena dia tidak mau menunggu terlalu lama di kantor sebab akan kesal sendiri. Untung saja mobil dia stand by di kantor.

Sambil menunggu suaminya pulang, Barina sibuk di dapur mencoba resep baru untuk disajikan kepada suaminya. Rencana dia akan membuat tenderloin steak with mashroom souce, asparagus and mashed potatoes. Resep masakan itu sudah dicari saat jam istirahat lewat google. Dia mencatat dengan detail hingga cara membuatnya. Sebelum pulang ke rumah, Barina mampir dulu ke supermarket untuk membeli bahan dan juga sendok takar. Semenjak menikah, dia gemar membeli peralatan masak, melengkapi yang ada di rumah dan mencatat resep masakan. Rencananya, kalau lengkap, kapan-kapan bisa eksperimen masakan untuk suaminya. Terakhir dia pernah eksperimen membuat mashed potatoes dan berhasil. Doni bilang enak. Memang enak. Takaran susunya pas sehingga lumer di mulut.

Sebelum memulai eksperimen, Barina lebih dulu membuat mashed potatoes karena sudah terjamin sukses dengan takaran sesuai eksperimen sebelumnya.

Eksperimen kali ini yang sangat peer untuknya adalah memasak asparagus. Konon kata komentar orang, memasak asparagus tidak semudah dibayangkan. Bahkan, saat membeli dan memilih asparagus pun harus hati-hati sebab kalau tidak, bisa dapat asparagus yang tidak layak makan. Agar asparagus enak disantap, tidak boleh memasak terlalu matang, harus masih terasa crunchy.

Barina membaca catatannya sebentar lalu mulai eksekusi. Dia memotong ujung batang asparagus lalu mencucinya. Sementara itu dia memasak air yang sudah diberi garam. Barina mengikat dua ikat asparagus dengan masing-masing terdapat lima batang lantas memasukkannya ke dalam air garam dengan batang terendam air sedangkan pucuk dibiarkan matang karena uap atau tidak terendam air karena pucuk asparagus lebih lembek daripada batang. Barina mengikuti setiap langkah demi langkah dengan hati-hati. Usai memasak asparagus sebagai sayurannya, dia mulai beralih memasak mushroom sauce.

Dengan hati-hati Barina memotong jamur kancing menjadi dua lalu dipotong lagi menjadi beberapa bagian. Dia sudah layaknya seorang chef dengan celemek hitam polos yang membungkus tubuh bagian depan. Celemek itu baru saja dibeli bulan lalu. Sebelumnya tidak pernah pakai celemek karena jarang masak.

Jamur yang sudah dipotong di masukkan ke dalam minyak zaitun yang sudah dipanaskan di atas skillet pan lalu ditaburi garam dan merica secukupnya, masak hingga berwarna kecokelatan lantas disisihkan. Pada skillet pan yang sama, Barina memasukkan bawang merah yang sudah diiris halus hingga tercium harum, dan memasukkan terigu sesuai takaran. Ketika tengah mengaduk bawang, ponselnya berdering. Sebuah pesan dari Doni masuk, mengabarkan bahwa lelaki itu sudah di jalan pulang. Wajah Barina berseri. Dia kembali fokus dengan eksperimennya.

Dapur sudah diselimuti dengan aroma makanan yang menggugah selera. Dia memasukkan satu sendok teh terigu sambil diaduk. Satu tangannya lagi mempersiapkan air kaldu yang sudah dibuat sebelum mandi.

Dia menuangkan air kaldu ke dalam tumisan bawang lalu mengecilkan apinya. Sambil menunggu airnya menyusut, Barina membalas pesan suaminya. 'Cepat pulang, Sayang! Aku tunggu.'

Barina meraih dua potong daging yang sudah di marinade sewaktu sebelum mandi agar bumbu meresap ke dalam daging. Tangannya beralih lagi ke saus. Dia memasukkan whiped cream dan menambahkan beberapa penyedap lainnya sambil sesekali dicicipi untuk memeriksa ketepatan rasa. Ketika sekiranya sudah matang, Barina memasukkan saus tersebut ke dalam mangkuk saus.

Daging yang sudah di-marinade, diletakkan di atas teflon yang sudah dilumuri minyak. Barina membiarkan luarnya matang sebelum dimasukkan ke dalam oven untuk menyempurnakan bagian dalamnya. Sambil menunggu daging, Barina menata mashed potatoes dan saus di atas piring.

Barina menata daging steak yang dibuat dengan tingkat kematangan medium well di atas piring. Dia juga mengisi dua gelas air putih di atas meja. Meja makan terlihat indah bagaikan restoran. Padahal Barina tidak berniat untuk makan malam seperti ini. Niatnya hanya untuk eksperimen masakan. Mungkin karena steak ini istimewa, tanpa sadar menatanya dengan istimewa juga. Sambil menunggu suaminya datang, dia merapikan dapur dan mencuci perlengkapan yang digunakan tadi.

Suara mobil Doni terdengar dari depab rumah bertepatan dengan selesainya eksperimen Barina. Baru saja mengelap tangan, Doni sudah nyelonong masuk dengan hidung mengendus-endus aroma yang ditangkapnya.

"Kamu masak apa, Sayang?" tanyanya saat tiba di meja makan. "Wah, steak."

"Mau ganti baju dulu?" Barina mendekati suaminya dengan celemek masih menggantung di badan.

Doni memperhatikan istrinya dari atas hingga bawah. Barina hanya menggunakan kaus kebesaran yang menutup sebagian paha. Entah kenapa Doni menyukai istrinya memakai baju seperti ini kalau di rumah. Menurutnya terlihat seksi daripada baju tidur satu setel. Doni mendekati istrinya lalu mencium wajahnya dari kening, pipi, hidung dan berakhir di bibir. "Aku maunya manja-manjaan dulu sama kamu, gimana?"

"Nanti makanannya dingin." Barina melingkarkan tangan di pinggang Doni.

Doni melepaskan celemek istrinya. "Aku heran, kamu kenapa sih cantiknya nggak habis-habis? Setiap lihat kamu, bawaanya mau manjaan terus."

Tangan Barina melepas kancing baju suaminya satu-persatu. "Yakin mau manjaan dulu? Aku sih ikut suami aja." Matanya menatap Doni dalam.

Doni tersenyum. "Kita makan dulu, deh."

Mereka melepas pelukan dan duduk di kursi makan. Aroma steak masih menyeruak ke penghidunya. Doni memasukkan potongan daging yang sudah dimasukkan ke dalam saus ke dalam mulut. Dia mendeteksi setiap rasa yang bercampur di dalam mulutnya. "Enak banget, loh, Sayang, kayak di restoran. Kamu belajar dari mana?" tanyanya sambil memotong daging lagi.

"Browsing."

Mereka menikmati makan malam sambil membicarakan hasil rapat. Doni selalu menceritakan kembali hasil rapat kepada istrinya agar dia tahu soal perusahaan. Barangkali Barina bisa memberikan masukkan.

Usai makan, Barina membawa piring kotor ke dapur. Namun, saat ingin mengelap meja, Doni menyergap badannya dan dalam sekejap berada di dalam gendongannya. "Temani aku mandi, ya," pintanya.

Barina melingkarkan tangan di leher Doni. "Aku udah mandi."

"Mandi lagi. Temani aku."

"Nanti aku kedinginan."

"Tenang. Aku siap jadi penghangat."

Barina tidak bisa bicara apa-apa lagi setiap mendapat perlakuan mesra suaminya. Selain dia senang diperlakukan seperti itu, memenuhi keinginan suami adalah ibadah untuk istri. Hal itu yang dipegang oleh Barina. Dia hanya ingin suaminya bahagia bersamanya dan ingin membuat kenangan indah sebanyak mungkin. Kata orang, kalau lelaki mendapatkan semua keinginan dari istrinya, dia akan betah di rumah dan selalu ingat keluarga.

"Kamu pakai baju apa aja cantik," ujarnya saat saling melepaskan pakaian.

Barina tersipu malu. "Merasa beruntung, ya?" Dia melepaskan perlahan kancing baju suaminya.

"Sangat." Mereka mulai bercumbu mesra melepaskan rindu yang beberapa jam tidak bertemu.

Malam mulai larut. Pukul sebelas malam. Mungkin orang-orang sudah larut dalam mimpi namun berbeda dengan pasangan suami istri ini yang masih larut dalam cumbuan.

----------
Terima kasih sudah membaca.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top