Three
.
.
.
.
Berita tentang Namika yang tertiban lampu panggung masih terdengar hangat di kalangan para kru.
Termasuk Furihara Kouki yang melihat dengan mata kepalanya sendiri sosok misterius itu sengaja menjatuhkan lampu di atas panggung tepat saat Namika selesai menyanyikan sebuah lagu.
Furihata sudah meyakinkan temannya bahwa keberadaan hantu opera memang ada. Tapi ucapannya bagaikan angin lalu, tak tertanggapi dan terabaikan.
**
Phantom kembali mendatangi kamar Namika. Ia tersenyum saat melihat gadis itu tengah tertidur.
"Kau seperti bidadari yang datang dari surga." Gumam Phantom.
Tak berapa lama Namika kemudian membuka matanya. Rupanya Namika menyadari bahwa diriya tak sendirian di ruangan tersebut.
"Kau sudah bangun rupanya." Bisik Phantom pelan.
Tapi ternyata Namika masih bisa mendengarnya dengan jelas.
"Yah, seperti yang kau lihat." Balas Namika acuh.
Phantom mengernyit tak suka mendengar jawaban Namika yang terdengar datar di telinganya.
Phantom menghela nafas sebelum ia berujar.
"Aku datang untuk memenuhi janjiku padamu."
"Janji?"
Kini giliran Namika yang mengernyit bingung.
"Ya, janji untuk mengajarimu bernyanyi."
Ah, Namika ingat sekarang. Kemarin Phantom berjanji padanya ingin mengajarinya bernyanyi.
Dengan segera Namika beranjak dari tempat tidur. Menghampiri Phantom.
"Kalau begitu, ayok! Cepat kita mulai!" Ujar Namika sedikit antusias.
Phantom tersenyum tidak, lebih tepatnya ia menyeringai. Melihat respon positif dari Namika.
Phantom menyerahkan lembar partitur pada Namika, yang diterima baik oleh gadis itu.
Kemudian mereka pun memulai latihan. Suara Namika yang merdu beradu dengan Phantom yang nemiliki suara berat dingin.
Namika tak henti-hentinya tersenyum di dalam sesi latihannya bersama Phantom. Baginya, Phantom terlihat seperti malaikat.
Menyelamatkan nyawanya dan sekarang ia mengajari dirinya bernyanyi.
Terakhir kali Namika latihan seperti ini saat ayahnya Nijimura Shuuzo masih menghembuskan nafas.
Dalam seumur hidupnya, ayahnya lah yang mengajari dirinya bernyanyi. Namika pernah sesekali diajari menyanyi dengan benar oleh sang ibu. Namun ia tak pernah merasakan kecocokan, hanya ayahnya yang bisa mengimbangi suaranya.
Mengingat ibunya dan ayahnya adalah seorang penyanyi dan pianis terkenal pada masanya menjadikan Namika lebih giat untuk latihan waktu itu.
Karena Namika ingin seperti mereka, menjadi penyanyi sekaligus pianis terkenal.
Phantom menyeringai, ia puas saat melihat suara Namika yang merdu. Tak sia-sia dirinya menonton pertunjukan Namika saat audisi/casting kemarin.
"Kau akan ku bentuk menjadi pemeran utama dalam opera ini, karena hanya kau yang pantas untuk menyanyikannya." Ujar Phantom didalam hati.
Ya, memang benar Phantom mengajari Namika menyanyi. Namun bukan nyanyian yang seharusnya ia nyanyikan.
Lagu itu untuk dinyanyikan oleh sang pemeran utama.
Dan sepertinya Namika tidak menyadari hal itu. Karena Namika terlalu senang hingga melupakan fakta yang sebenarnya.
Lagu itu, seharusnya di bawakan oleh Morishima Aritsu. Penyanyi opera yang sudah terkenal di dunia opera.
Aritsu mempunyai suara yang merdu dan indah, namun sayang. Ketenaran membuatnya menjadi sombong dan jahat.
Phantom muak dengan sifat Aritsu, maka dari itu Phantom memilih sendiri untuk hal ini.
Bukan hanya satu kali Phantom membunuh para penyanyi opera yang menurutnya tidak cocok.
Phantom juga pernah meneror mereka, para pemain inti.
Aritsu sendiri sudah mengetahui bakat Namika. Ia menjadi salah satu juri saat di casting yang Namika ikuti beberapa waktu lalu.
Dan Aritsu menganggap bahwa Namika adalah rivalnya saat itu juga. Namun berdeda dengan saat itu, Aritsu sudah mencapai lanjut usia. Karena sekarang Aritsu masih sangat muda. Ia bertambah geram ada yang menyaingi dirinya.
***
Setelah selesai mengajari Namika bernyanyi, Phantom beralih mendatangi
Furihata. Pria hantu itu bahkan tak segan selalu melewati lorong waktu yang berbeda zaman. Demi Namika, hanya demi Namika phantom mengerahkan kekuatannya.
Mata dwiwarnanya terpancar ditempat gelap. Aura membunuh sudah mengelilingi gedung Opera Tokyo.
"Dia harus di beri pelajaran untuk mulutnya yang tidak bisa diam itu." Gumam Phantom kesal.
Phantom ingat ketika dirinya menjatuhkan lampu hanya Furihata lah yang menyadari keberadaannya.
'Mungkinkah dia spesial?'
Hanya itu pertanyaan yang melintas di pikiran Phantom.
Lorong demi lorong Phantom lewati.
Dan tibalah kini ia berdiri tegak di depan pintu berwarna cokelat.
Setelah dirasanya tidak ada yang melihat dirinya, Phantom segera memasuki kamar tersebut.
Beruntung, ternyata si pemilik kamar sedang tidur. Ini akan menjadi lebih mudah bagi Phanton untuk melaksanakan niatnya.
Ya. Phantom ingin mencabut nyawa Furihata dengan tangannya sendiri.
Saat Phantom sudah berada dalam jarak dua meter dengan Furihata, Phantom menaikan sebelah alisnya. Kemudian mendengus.
"Aku tau kau tidak tidur jadi bangunlah. Percuma juga bila kau bersandiwara." Ujar Phantom tenang.
Fuhirata membuka kelopak matanya, menengok kearah Phantom dengan raut wajah yang sangat ketakutan.
Seringai Phantom semakin lebar melihat respon dari Futihata.
"Harusnya kau tetap tutup mulut idiotmu itu." Ujar Phantom pedas ganas.
"Lalu apa aku harus diam dan menuruti apa katamu begitu?
Maaf saja tuan. Aku tak mau melakukannya. Aku berminat."
Entah keberanian Furihata datang dari mana yang jelas sekarang ia menatap tajam pada si Phantom.
Phantom yang merasa geram atas sikap Furihata langsung mencekik pria bersurai cokelat tersebut.
"Kau harus tahu dimana batasanmu dan tempatmu berada ketika kau berbicara denganku." Suara Phantom terdengar dingin dan datar.
Nafas Furihata tersengal, ia mencoba melepaskan cekikan Phantom.
"Lep-askan brengsek!"
Bukannya melepaskan, Phantom malah mencekik Furihata lebih kencang. Tatapannya menatap rendah pada Furihata.
Tangan Phantom yang satunya mengambil gunting di saku jubah yang ia pakai.
"Kau sudah salah memilih, selamat datang di mimpi burukmu Furihata Kouki."
Furihata semakin berontak, namun tenaganya kalah dari Phantom.
Furihata hanya bisa terisak perih saat gunting Phantom menyayat kulitnya.
"Khekhekhe... ah, aku mendapat mainan yang unik." Ujar Phantom sambil menyeringai. Setelahnya Phantom tertawa lepas.
***
"Ehmn..." Aritsu menggeliat dari tidur nyenyaknya. Ia mengerjapkan matanya pelan saat sinar mentari menyilaukan pandangan.
Aritsu beranjak duduk, pandangan matanya jatuh pada jam dinding yang ternyata menunjukan waktu telah siang.
Kemudian Aritsu bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Skip
Setelah membersihkan diri Aritsu keluar kamar mandi dan menuju ke lemari bajunya.
Ia membuka pintu lemari tersebut.
"AAAAAAAAA........." teriak Aritsu terkejut.
"TOLONG!.... TOLONG..! ADA MAYAT..!"
"TOLONG! SIAPAPUN TOLONG AKU!!!"
teriakan Aritsu menggema di kamarnya.. hanya saja tak ada siapapun yang datang.
Aritsu menjauhi lemari itu, ia takut tentu saja. Siapa yang tidak takut saat melihat mayat tanpa kulit? Terlebih mayat itu masih mengeluarkan darah segar.
Uhh.. Aritsu tidak kuat melihatnya lebih lama alhasil.. Aritsu hanya meringkuk di sudut kamar karena takut.
"Siapa pun tolong aku!"
Kalimat itulah yang sering di ucapkan Aritsu. Seperti mantra, Aritsu mengucapkannya berulang kali.
****
Setelah insiden kematian kru Furihata Kouki yang di temukan dilemari baju Morishima Aritsu.
Aritsu tidak di perbolehkan menyanyi sementara lantaran adanya kasus tersebut. Ia di duga sebagai pelaku pembunuhan.
Suaranya juga hilang karena berteriak terlalu keras. Alhasil Aritsu digantikan oleh Namika. Dan seperti rencana si Phantom.
Aritsu sendiri tidak menyetujui hal tersebut, tapi ia tak bisa melawan Kasamatsu Yukio sang pemilik gedung opera.
Tiba saatnya Namika untuk tampil setelah ia beberapa kali latihan dengan Phantom. Ia selalu terlihat cantik saat memakai baju apapun termasuk baju yang di kenakannya kali ini yaitu baju para peri.
Phantom tersenyum senang saat Namika berhasil menyanyikan lagunya, pandangannya beralih menatap Aritsu yang duduk di bangku penonton.
Seringai terbit di sudut bibirnya.
"Suaramu akan hilang lebih lama, anggap saja itu ganjaran untukmu atas keirihatianmu pada Namika-ku." Phantom membatin.
Ia kembali Fokus pada Namika yang sebentar lagi menyelesaikan lagunya.
"Aku tahu, hanya kau yang pantas menyanyikan lagu-lagu ku. Sayangku."
T.B.C
Yeay akhirnyaaaaa update jugaaaa
Daan untuk Akashi As Phantom
OTANJOUBI OMEDETOU AKASHI-SAMA //ditabok.
Sebenernya mau nyesain buat kado. Tapi kagak bisa! Duh!
Kritik dan saran saya tunggu~
Bye bye
Nijimura Ran.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top