[TPS] Part 29 - He Doesn't Love Me Back

"Apa maksudmu, Nona?" ucap Jaeden setelah melepas paksa ciuman Cleo pada dirinya.

Keduanya lalu saling tatap. "Brahms.... kurasa aku mulai menyukaimu..." ungkap Cleo tiba-tiba.

Jaeden ternganga. Menganggap pasti ini guyonan wanita di hadapannya tersebut. Ini bukan waktunya untuk membuat lelucon. Ia tidak menyukai komedi, kalian tahu?

Ia terkekeh keheranan. "Sebentar, What? Kau menyukaimu? Jangan membuat lelucon Nona. Aku sedang tidak ingin memerankan drama komedi." Jaeden terkekeh seraya menyugar rambut coklat kehitamannya dengan jemari.

"Brahms..."

"Hmm...?"

"Bagaimana jika aku berkata serius?"

"Jadi tadi kau tidak serius begitu 'kan maksudmu?"

Astaga orang ini! Cleo menginjak lantai dengan sebal. Salah waktu atau memang salah dirinya sih? Tapi memang kenapa tiba-tiba ia mengucapkan kalimat itu? memangnya sejak kapan ia menyadari jika ia tertarik pada pria berwajah latino itu?

Jaeden melenggang dari hadapannya. Pria itu berjalan melenggang menuju kamar mandi.

Sementara Cleo dibuat termenung. Haish... Apa barusan ia menyatakan perasaannya kepada pria seperti Jaeden yang seumur-umur tidak pernah ia bayangkan akan membuatnya menjadi seperti ini?

Bodoh! Bodoh! Bodoh!

Tentu saja Jaeden tidak akan membawa ucapannya dengan serius! Ingat Cleo! Jaeden Brahms hanya menyukai Ashley! Iparnya sendiri! Dan juga kau pernah dengar langsung bukan, jika Jaeden tidak mempercayai apa itu cinta!

Semua ini membuatnya pusing!

➰➰➰

"Dad! Haruskah kita mencari Jaeden?" Shawn menghampiri sang ayah yang tengah menyesap whine di tangannya.

"Tidak perlu, Daddy sudah mengetahui keberadaanya."

"Oh, really? Where's he now?"

Theo mengembuskan napas dengan santai. "Dia sedang menenangkan diri di suatu tempat."

"Apa perlu aku menjemputnya?"

"Ah... tidak perlu, biarkan dia menikmati hari-harinya tenangnya..." jawab Theo dengan santai.

Ekspresi Shawn masih menunjukkan kekesalan. "Aku belum puas Dad! Aku ingin mendengar secara langsung penjelasan dari Kep -- adikku itu..." ucap Shawn menghela napas panjang.

"Tidak perlu. Daddy yakin ia akan kembali ke sini tidak lama lagi," ucap Theo dengan percaya diri diselingi dengan senggingan di ujung bibirnya.

Shawn tampak pasrah dnegan jawaban ayahnya tersebut. "Baiklah jika seperti itu. Aku akan melanjutkan urusan yang Daddy tugaskan padaku."

"Shawn, pastikan juga semua orang-orang Jaeden dan mahasiswa rekrutannya berpindah tempat dan tugas. Handle semuanya. Jika kau butuh bantuan, minta tolong saja pada Jason." Theo menambahi. shawn mengangguk paham.

"Baik, Dad."

"Satu lagi, jangan lupa bereskan semuanya. Blokir semua akses Jaeden dan perintahkan semua orang-orang Lancaster untuk tidak membantunya." Theo berucap dengan yakin.

"Baik, Dad." Shawn kemudian melenggang dari hadapan sang ayah.

➰➰➰

1 Month Later....

Berita keberhasilan Alucard sebagai penemu serum yang menggemparkan dunia lama lama membuat Jaeden sepetij orang kesetanan, bagaimana tidak? Serum itu miliknya tapi pria bermata hijau itu telah mencuri darinya dan mengakui itu miliknya!

Lalu apa yang bisa ia lakukan? Merebut? Apa dia gila? Ia saja sekarang tidak memiliki benteng di belakangnya.

Lihatlah sekarang dirinya! Mengasingkan diri di negeri orang bersama seorang wanita. Ia tidak memiliki kekuatan di belakangnya. Banyak sekali rencana yang ingin dicapainya. Tapi apa boleh buat? Bahkan jika boleh dikatakan Jaeden seperti seorang pecundang atau lebih halusnya seperti orang biasa.

Hidup bersama pasangannya.... ah bukan! mereka bukan pasangan! selama lebih dari sebulan itulah keduanya menghabiskan waktu di Villa yang telah disewanya. Entah sampai kapan. Dan selama itu juga kedekatan antara keduanya kembali terjalin. tidak banyak yang selalu diomongkan kedunya. Seputar dirinya sendiri dan tentunya ide-ide yang kerap kali terlintas di diri Jaeden. Sementara Cleo menjadi pendengar yang baik.

Jika boleh dikatakan Cleo seperti layaknya pasangan sesungguhnya yang tentunya juga sama-sama menginginkan diri Jaeden. Memberi dan menerima. Itulah yang terlihat.

Jaeden tengah berada di ruang yang kerap dijadikannya sebagai ruang meditasinya. Jika ia merasa stres, ia kerap kali masuk ke dalam kamar tersebut dan menenangkan diri. Akan tetapi tidak untuk hari ini. Ia benar-benar sudah mendidih!

Cleo yang baru saja selesai membersihkan diri, bergegas mengetuk pintu ruangan Jaeden setelah mendengar suara benda jatuh.

Knok...Knok...

"Brahms..."

Tidak ada sahutan dari dalam. Ia mengetuk lagi seraya memanggil pria itu. "Brahms..."

Merasa tidak ada sahutan, Cleo langsung membuka pintu tersebut. Setelahnya terlihatlah Jaeden dengan rambut acak-acakan serta jamban yang mulai memanjang tengah berdiri menghadap ke jendela luar. "Kau tidak apa-apa?"

Cleo dapat melihat napas Jaeden yang terengah-engah. Punggungnya yang membelakangi Cleo tampak basah oleh keringat yang tercetak jelas di kaos birunya.

Cleo memanggilnya lagi, kali ini pria itu membalikkan badan menghadap dirinya. "Bagaimana aku baik-baik saja?! Kau tahu, Nona? Lancaster membantu pendanaan penelitian keparat itu! Aku yakin ini pasti Shawn!" Jaeden berucap dengan meluap-luap.

"Maksudmu apa? Aku tidak mengerti." Cleo mengerutkan kening.

"Kau memang tidak perlu mengerti, Nona."

"Please.... tell me, what's going on?" Cleo berucap lembut.

"AAAARGGHHH!!!"

DUG

Jaeden meninju dinding di hadapannya dengan keras hingga menimbulkan suara benturan. Cleo yakin jika saat ini buku-buku jari pria itu akan memerah.

Napas Jaeden makin tidak karuan. "Aku harus segera menemui Daddy." Jaeden berkata gusar.

Cleo melangkah mendekati Jaeden. "Jadi maksudmu kita akan ke Washington?"

Jaeden mengangguk yakin. "Ya, aku akan pergi ke sana hari ini! Tapi setelah aku mengantarmu ke bandara menuju Yunani terlebih dahulu," jelasnya. Hal itu membuat Cleo terbelalak kaget? Apa maksudnya?

Cleo butuh penjelasan. "Kenapa ke Yunani? Maksudmu aku tidak diajak?" tebak Cleo memastikan.

"Aku tidak ingin kau mengikutiku lagi Nona... ini sangat berbahaya lagi pula bukan ini yang kau mau bukan?"

"Tapi Brahms..."

"Tak apa, sekarang hubungi Damian agar dia bersiap menjemputmu." Jaeden berucap dengan raut datar.

Cleo yang mendengar itu tentu saja tidak terima dan bingung di saat bersamaan. "Tidak Brahms! Biarkan aku ikut bersamamu," bujuk Cleo. Ia mendekati pria itu mencoba menyentuh bahu lebar Jaeden.

Belum sempat disentuh baunya, Jaeden kembali berucap, "Untuk apa Nona? Kau hanya akan berada dalam masalah. Ini bukan urusanmu. Urusanmu denganku sudah selesai. Projek kita sudah hancur. Semuanya sudah hancur. Aku tidak memiliki apa-apa lagi. Maaf sudah membuatmu masuk ke dalam kesulitan ini," ucap Jaeden panjang lebar.

"Dan kau akan menghadapi sendiri maksudmu begitu? Tidak! Aku akan menemanimu."

Jaeden menatap Cleo lekat. "Sudahlah Nona... kembalilah pada orang tuamu. Sampaikan pada mereka permohonan maaf dariku. Jika kau butuh uang kau --"

Cleo menghantam tangan Jaeden yang tengah memegang slimphone membuat benda tipis itu terjatuh. Jaeden kemudian mengambilnya di bawah. Setelahnya ia menatap Cleo dengan tatapan tak bisa ditebak.

Keduanya saling bertatap. "Aku tidak ingin kembali ke Yunani! Biarkan aku ikut dengamu! Aku sudah mengatakan jika aku menyukaimu Brahms!"

DEG

Jaeden menatapnya dengan tatapan tajam. "Berhentilah membuat lelucon Nona! Ini bukan waktunya! Yang kumau saat ini adalah mengembalikanmu ke Yunani dan sampaikan maafku pada Tuan dan Nyonya Rachesky! Setelahnya kau bisa hidup dengan nyaman dan aman." Jaeden menjelaskan dengan penuh penekanan.

"Tapi aku mencintaimu Brahms!"

"Bullshit! Kau tahu bukan, jika aku..."

Cleo langsung menyambar omongan Jaeden. "Masih menyukai Ashley 'kan? Sadarlah Brahms! Ashley sudah menjadi iparmu, lagi pula bukan kau yang dicintainya. Kenapa tidak kau buka hatimu untukku saja?"

Shit! Apa yang barusan Cleo lontarkan?

Seakan tidak terima Cleo mengatakan hal itu, Jaeden menatapnya tak percaya. "Aku tidak butuh nasihatmu! Sekarang pergilah!" Jaeden meninggikan suaranya.

"Kau mengusirku, Brahms?" tanya Cleo memastikan.

Pria itu mengangguk mantap. "Ya! Aku mengusirmu! Kau tidak lain hanyalah sebatas teman tidurku!"

DEG

Sejahat itukah Jaeden selama ini?

"Brahms..."

"Get out! Jangan panggil namaku lagi. Aku tidak akan pernah menyukaimu Nona! Aku tidak percaya apa itu cinta! Pergilah!"

"Tidak..." Cleo berucap lirih.

"Kau sungguh bebal!"

"Memang!" sahut Cleo ikut kesal.

Jaeden meraih lengan Cleo. "Pulanglah sekarang, Nona..."

"No... i won't."

Jaeden lama-lama geram menghadapi wanita keras kepala seperti dirinya ini. "Pulang sekarang atau aku memaksamu?!" ancam pria itu.

"Aku tidak akan pernah meninggalkan tempat ini!" balas Cleo tak kalah keras.

"Baiklah kalau begitu, biar aku yang pergi. Jangan pernah menunjukkan wajahmu lagi!" bentak Jaeden.

"Brahms...."

Cleo tiba-tiba terisak. "Brahms... kumohon jangan begini... "

"Hentikan tangisanmu itu!"

Cleo menitihkan air mata. Entah kenapa ia menjadi cengeng? "Aku benar-benar mencintaimu Brahms!"

"Tapi aku tidak!"

BRAKK

Jaeden meninggalkan Cleo setelah menutup pintu dengan keras. Emosinya telah meledak.

Cleo jatuh berlutut. Ia tidak tahu mengapa hal ini menjadi seperti ini. Ia memang bebal. Ia tahu Jaeden tidak mencintainya. Tapi ia tidak dapat membohongi dirinya bahwa ia mencintai pria itu.

Perlahan ia mengusap air matanya dengan punggung tangan.

"Everything is gonna be okay baby..." ucapnya sambil mengelus perutnya yang masih rata.

➰➰➰

Holaaa
Shuutttt aku tahu apa yang kalian mau omongkan hehee
Welcome back to my SETAHUN SEKALI UPDATE cerita hehehe

Udah yaaa
Jangan lupa vote yak
Kali aja aku langsung gercep bikin next chapter hehehe

Btw foto Cleo berubah visual
So... enjoy!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top