[TPS] Part 28 - She Knew

"Berengsek!!!" Jaeden membanting vas yang ada di hadapannya. Vila yang keduanya tinggali kurang lebih dua Minggu ini sebenarnya dipesan secara tiba-tiba. Setelah kejadian di Swiss kala itu, Jaeden langsung meninggalkan tempat dengan Cleo yang terus mengikuti. Tidak ada tempat lagi yang bisa Jaeden singgahi bahkan mansion-nya sendiri. Siapa lagi kalau bukan Shawn yang memboikot. Anak sulung itu murka semurka-murkanya.

"Brahms tenanglah!" Cleo mencoba menenangkan pria itu.

Di hadapannya saat ini layar televisi terpampang. Jaeden tidak pernah menonton acara TV sebelumnya. Akan tetapi berita yang tidak pernah ia sangka terjadi seperti semerbak bunga dalam sekejap.

"Bagaimana aku bisa tenang? Kau lihat? Alucard mengklaim serumku! Dia sudah mencuri itu
Sialan! Itu tujuannya? Ketika di Santorini dia sengaja menjara sistemku!" Jaeden berucap dengan berapi-api. Kedua tangannya mengepal sempurna.

Cleo menatap layar di gadapannya
Saat ini berbagai channel berita bak berbondong-bondong memberitakan mengenai Serum yang tengah menggemparkan para ilmuwan, berengseknya lagi orang itu adalah Alucard Jefrerson.

Cleo bingung harus berbuat apa. Ia tidak bisa meninggalkan Jaeden sendiri. Entah kenapa ia menjadi iba pada apa yang sudah dialami anak bungsu Lancaster tersebut.

Jaeden tidak pernah bercerita mengenai apa yang dia miliki atau buat. Yang pasti Jaeden yakin serum itu sudah dicuri oleh Alucard dari basecamp nya di Swiss.

"Lalu apa yang akan kau lakukan Brahms? Haruskah kita menghampiri Alucard?"

Jaeden menggeleng. "Menghampiri? Itu sama saja masuk ke dalam kandang singa tanpa perlindungan."

Lihatlah sekarang, ia saja diboikot oleh keluarganya sendiri. Jaeden sedang menjauh dari itu semua!

Cleo mencoba memeluk Jaeden.

"Aku membuat dan mempelajari serum itu dengan susah payah!" Pria itu berdecak.

Cleo memeluk pria itu perlahan. Berharap emosinya akan mereda. "Brahms? Kau ingin kita ke sana?"

"Untuk apa?"

"Memberi pelajaran pada Alucard. Kau bisa... ehm... meminta bantuan orang-orangmu," saran Cleo.

"Orang-orang mana? Shawn sudah mengambil alih semuanya. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi. I told you to leave me alone!"

"But i won't! " bentak Cleo

"You're such a stubborn woman." Jaeden berdehem.

"You are!" Cleo berucap mengejek

"Kau bisa meretas sistem mereka."

Jaeden terdiam sejenak.

"Kau bisa meretas sistem mereka lalu kau bisa umumkan pada dunia jika kau penemu asli, bukan Alucard."

Jaeden menyeringai. "Konyol!  Aku tidak butuh pengakuan dunia, Nona."

"Ya, kau butuh itu."

"Tidak."

"Bagaimana bisa kau dikenal sebagai ilmuwan jika khalayak umum tidak mengetahui hasil kerjamu Brahms?"

Jaeden menatap Cleo dalam. Ada benarnya sedikit ucapan wanita itu. Jika bukan publikasi dan apresiasi, lalu apa?

"Tidak ada yang mempercayainya
Dia orang yang licik, Nona."

"Kau kira aku tidak tahu, kau lebih licik Brahms?" Cleo menatap Jaeden serius.

"What do you mean?"

"Aku tahu, serum yang dicuri Alucard adalah serum yang kau pakai pada keluarga Hodgson kan?"

Deg

"Nona... "

"Tidak perlu bertanya aku tahu dari mana."

"Benar, bukan apa yang kukatakan?"

Jaeden diam beribu bahasa.

"Awalnya aku mengira kau menghipnotis atau semacamnya Brahms, tapi sekarang aku tahu, serum itu dapat membuat siapa saja menuruti perkataan sang empu. Persis saat kau membawaku paksa dari Market Drayton, benar bukan?" Cleo menyunggingkan senyum.

Jaeden benar-benar tidak menyangka Cleo mengetahui semuanya. Ia kira Cleo tidak akan mencaritahu.

Cleo berjalan mundur bersandar pada dinding.

"Kau tahu betapa aku membencimu dulu Brahms? Brahms yang angkuh, diktator hingga seorang yang licik."

Jaeden masih bergeming. Semua yang dikatakan Cleo memang benar adanya jadi tidak perlu ia menyangkalnya.

"Kau benar memang sudah mencari tahu segala hal tentang Hodgson. Dan karenamu juga aku mengetahui siapa Zander. Haruskah aku berterima kasih?"

Cleo berdecak konyol.

"Aku benci mereka yang menyukai sesama jenis kau tahu?" Cleo mengungkapkan bahwa dirinya memang pobia dengan mereka.

"Dan yang paling kubenci adalah kau Brahms!"

"Nona..." Jaeden

"Itu dulu. Aku merasa bertemu denganmu adalah takdir terburuk yang sangat kubenci tapi sekarang... aku mencoba melihatmu dari sisi lain," ungkapnya jujurs.

"Nona... " Jaeden berjalan mendekati Cleo.

Ia meraih lengan kanan wanita itu lalu mengelusnya perlahan.

"Aku, atas nama Jaeden Brahms meminta maaf untuk semuanya..."

"Aku... aku terobsesi padamu oleh karenanya aku mengincarmu."

"Sudah kuduga jika pertemuan kita memang kau sengaja."

"Kau boleh membenciku Nona."

"I do haha."

"Kau memaafkanku?"

"Aku bukan pendendam sepertimu Brahms." Cleo mengejek.

"Pria yang akan menjadi suamimu nanti pasti sangat beruntung Nona." Jaeden memecah suasana yang beberapa saat baru saja mencair.

"Brahms..."

"Hm?"

"Can i ask you something?" Cleo mengalungkan lengannya di leher Jaeden.

Beberapa saat keduanya saling tatap.

Cup

"Buka hatimu untukku, Brahms..." Cleo menatap pria di depannya dengan pandangan penuh harap.

DEG

Jaeden mematung sementara Cleo sudah mendaratkan ciuman pada bibir tebal yang ditumbuhi jambang di sekitarnya itu.

➰➰➰

Sorry for this short chapter hehe
Omelan dan kritikan dipersilakan untuk author yang update nya setahun dua kali ini wkwkw
Makasih buat kalian yang udah sabar nungguin bahkan sampe inbox aku huhuu
Aku baca semua dan aku terharu

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan🙏🏻😊

Help me to reach 10k Followers 😊

Thank youuu

You can vote, comment, share and put this story on your Reading List

Hobi Jaeden di Indonesia : gapernah pake baju haha🤣

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top