[TPS] Part 28 - Lancasters
"BRAHMS!!!" teriak Cleo panik mendapati Jaeden dihajar bogeman mentah oleh sang kakak, Shawn.
BUGGG
SREGG
"Bajingan kau Jae!" teriak Shawn murka. Mukanya memanas seraya tangan kirinya menarik kuat baju Jaeden.
Jaeden tidak tinggal diam, ia memberontak. Mencoba menepis lengan Shawn yang kuat membuatnya hampir terhuyung ke depan.
BUGG
SREGG
"ARGHHH!!!"
Jaeden balas memberikan salam bogeman dengan tenaga penuh pada saudaranya tersebut.
BUGGG
Bogeman mentah didapat Shawn tepat pada pipi kirinya. Membuat rahang tegas itu kini mulai menampilkan memaran hasil kerja telapak tangan sang adik.
"BRAHMS!!!"
Cleo membelalak tidak tahu harus berbuat apa. Di depannya kini dua pria dewasa tengah beradu siapa yang akan kalah dan menang sementara di hadapan mereka, basecamp Jaeden perlahan terbakar hebat dengan beberapa orang suruhan Theo tengah dengan brutal mencoba menghancurkan tempat itu. Sementara robot Ashley tergeletak tak jauh dari tempat Cleo berdiri. Bisa dipastikan robot itu juga menjadi korban kemarahan ayah dan anak tersebut.
"SHAWN! STOP IT!" teriak Theo. Pria bertubuh tegap itu berjalan mendekati kedua putranya yang saat ini masih beradu bogeman. Tubuh Jaeden terbanting ke tanah dengan Shawn yang sudah menindih kedua tangan sang adik agar tidak berkutik.
"NO DAD! BAJINGAN INI HARUS DIBERI PELAJARAN!" teriak Shawn penuh amarah. Ya, kemarahan Shawn makin memuncak mendapati adik yang dicintainya benar-benar sudah menjadi iblis. Menjadikan rupa dan fisik istrinya sebagai model robot buatanya. Bukan karena rupa yang membuat Shawn semakin terbakar amarah. Akan tetapi juga setelah mengetahi project rahasia Jaeden selama ini ternyata project terkutuk. Keluarga Lancaster memang bukan penganut kepercayaan yang begitu religius akan tetapi untuk hal seperti ini benar-benar bukan waktunya menggunakan alasan ilmiah di dalamnya.
PUAKKK
Jaeden tersungkur kembali. Tenaga Shawn yang lebih besar membuatnya kuwalahan.
Jaeden terengah kemudian bangkit. "LIHAT DAD! APA DADDY MASIH MAU MEMBELANYA?"
"HANCURKAN TEMPAT INI SEMUA!!!!" teriak Shawn.
"Hentikan Shawn! Sudah cukup!" Theo menghampiri putranya.
"Tidak Dad! Daddy lihat sendiri bukan ternyata tanda tanya besar ini terjawab. Keparat dalam keluarga kita benar-benar tidak bisa dimaafkan!"
BRUUUGG
PLUAKK
Lagi-lagi tubuh Jaeden tersungkur ke tanah.
"STOP IT SHAWN!" Cleo menjerit sembari sesenggukan. Ia menghampiri Jaeden mencoba menolong pria itu.
"Jangan mendekat Nona," ujar Shawn mencoba menghalau Cleo yang membantu Jaeden.
"Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu membunuh adikmu sendiri Tuan Lancaster." Cleo mencoba membantu Jaeden berdiri. Lebam-lebam pada wajah Jaeden tidak dapat disembunyikan. Begitu kentara. Ditambah bercak darah pada sudut bibirnya terus merembes kelar.
"Kau tidak apa Brahms?"
Cleo membantu Jaeden berdiri tertatih.
Di hadapan mereka saat ini Shawn menatap dengan tatapan tajam seakan ingin langsung mencabik-cabik keparat di hadapannya.
DUARRRRR
Bangunan kayu tersebut meledak hebat membuat Jaeden menatap marah pada kakak serta ayahnya tersebut.
Shawn meraih kerah baju Jaeden lalu menyeret pria itu menuju tempat robot Ashley. Cleo mencoba menahan tarikan Shawn tapi percuma. Tenaganya tidak sebanding dengan pria itu.
"Apa ini hah? Katakan! Apa maksudmu?! Kau gila hah?!" Shawn membentak kemudian mendorong tubuh Jaeden hingga tersungkur di samping Ashley.
"Kau menciptakan robot dengan menggunakan wajah Ashely?" Theo gilir bertanya.
BRUAGGH
"Katakan! Jangan diam saja bajingan!" bentak Shawn marah.
Jaeden mengusap sudut bibirnya seraya tersungging sinis.
"Kau ingin tahu hah?!"
"Aku membencimu Shawn!" Jaeden membentak penuh emosi juga.
"Aku benci dirimu dan juga Daddy! Kau adalah anak kesayangan Daddy sedangkan aku bukan!" Shawn membentak seraya menatap pada Theo.
"Kau selalu mendapatkan semuanya!"
"Semuanya! Kau mendapat perhatian Daddy dan Mommy sejak kecil! Kau juga beruntung dicintai oleh orang yang aku cintai Shawn!"
Shawn tertegun mendengar penyataan Jaeden yang ia yakini memang jujur dari lubuk hati terdalamnya. "Apa maksudmu? Kau menyukai Ashley?"
"Ya! Aku menyukai Ashley sejak lama tapi kau! Kenapa harus kau yang dipilihnya? Kau tidak lebih dari pria arogan Shawn! Kenapa?! Aku lebih baik darimu berengsek!!!" Jaeden terengah sambil menegadah menatap Shawn.
"Jaeden!"
"Kenapa Dad? Daddy akan membela Shawn lagi? Silakan! Aku sudah muak dengan semuanya. Daddy tidak sekalipun berada di pihakku! Selalu saja Shawn dan Shawn! Daddy dari dulu selalu mempercayakan segala hal pada Shawn! Aku bisa Dad! Aku sanggup! Aku benci kenyataan pria arogan ini terlahir lebih dahulu dariku!"
PLUAKK
Theo menampar keras putra bungsunnya tersebut. Satu hal yang tidak pernah terlintas dalam benak Jaeden bahwa Theo menyerangnya.
Ia benci keluarga Lancaster! Ia benci marga itu! Ia benci ayahnya! Ia benci ibunya dan juga ia benci SHAWN PETER LANCASTER!
"Dad..." Jaeden bangkit sambil menatap Theo tidak percaya. Ia menyentuh pipi kanan yang baru saja mendapat tamparan keras sang ayah.
"I-I am sorry... I don't mean to.. chill out..." Theo berucap pelan seraya menyesal sudah melakukan hal yang tidak sekalipun pernah ia lakukan pada sang anak.
***
Beberapa hari kemudian
Di sinilah mereka saat ini. Jauh dari tempat yang pernah dikunjungi Jaeden maupun tempat yang diketahui keluarga Lancaster. Sebuah pulau sebuah negara Asia Tenggara. Lombok, Indonesia.
"Brahms..."
"Brahms..."
Cleo memengembuskan napas berat. Sejak kejadian beberapa hari lalu hingga pada akhirnya keduanya melarikan atau lebih tepatnya menjauh dari semuanya menuju tempatnya saat ini.
"Brahms..."
Jaeden menoleh pada Cleo yang tengah membawa nampan berisi sarapan keduanya. Pria yang tengah duduk di bawah pohon kelapa itu menyugar rambutnya ke belakang.
"Nona..."
"Hm?"
"Pulanglah..."
"What do you mean?"
Jaeden tidak menjawab. Ia mengeluarkan sebuah kartu bewarna hitam dari sakunya.
"Ini bukan yang kau butuhkan? Ambillah. Kau bisa mamakai kartu ini secara anonym dan juga tanpa batas. Kau jangan khawatir."
Cleo tertegun. Jadi maksud Jaeden, Cleo harus pergi? Dengan membawa kartu itu?
"Tinggalkan aku sendiri. Kembalilah pada orang tuamu. Maaf sudah memasukkanmu dalam kekacauan ini semua."
"Brahms..."
Cleo mencoba menyentuh pundak Jaeden sebelum pria itu akhirnya berbalik. "Kembalilah... bukankah kau senang akhirnya aku gagal dan kau bisa keluar dari semua ini?"
Cleo bergeming sebelum akhirnya berucap. "No, Brahms... biarkan.. biarkan aku bersamamu, kumohon...."
***
Akhirnya update di tengah kesibukan dan kemalasanku hehe
Maaf ya singkat
Terima kasih yang sudah vote komen dan follow
Aku seneng bangeeet🥰
Thank you so much guys... stay safe🤏🏻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top