DUA PULUH TUJUH

Tiap baca cerita Edvind dan Nalia, aku jadi halu sendiri. Hahaha. Bahkan di WhatsApp pun sering halu bersama teman-temanku. Rebutan banget jadi Nalia :-)))

Gimana kira-kira hubungan Edvind dan Nalia, setelah Nalia ketemu ibunya Edvind yang galak? :-D Apa Nalia akan mundur? Kalau Nalia mundur, apa kamu mau menggantikan? :-D

Jangan lupa tinggalkan komentar untukku ya.

Love, Vihara(IG/FB/Twitter/TikTok ikavihara, WhatsApp 0895603879876)

***

Edvind tersenyum mengingat betapa seksinya wajah bangun tidur Nalia. Lipstik di bibir Nalia memudar. Seperti Edvind baru saja menciumnya selama lima belas menit tanpa jeda. And her bed hair. Rambut berantakan Nalia yang tidak sempat disisir saat bangun tidur benar-benar bisa membuat Edvind ingin menarik Nalia ke kamarnya dan mengunci diri bersama Nalia di sana selama seribu tahun. Supaya Edvind bisa melihat wajah bangun tidur Nalia—yang sensual apa adanya—setiap hari.

Sebelum ini, dengan mantan teman-teman kencannya, Edvind tidak punya keinginan sama sekali untuk terikat bersama mereka seumur hidup. Membayangkan melihat wajah mereka setiap hari saja Edvind tidak pernah. Dengan Nalia, Edvind tidak sabar menunggu mimpi itu menjadi nyata.

"Kamu mencintainya." Ibu Edvind tidak bertanya. Lebih terdengar seperti menuduh.

"Mama bukan orang pertama yang tahu." Semua orang sudah tahu. Termasuk Nalia.

"Mama setuju dengan pilihanmu." Ibu Edvind mengambil sepotong ayam rempah—satu-satunya masakan yang, ajaibnya, bisa dimasak oleh ibu Edvind—dan mencicipi.

Edvind hampir terjengkang dari kursinya. "Kalau Mama menyukai Nalia, kenapa Mama membuatnya ketakutan seperti tadi?!"

"Karena Mama ingin melihat apa kamu akan melindunginya. Hmm ... ayam goreng ini lebih enak daripada bikinan Mama."

Masakan semua orang lebih enak daripada buatan ibu Edvind. Tetapi bukan itu yang ingin dibahas Edvind sekarang. "Apa Mama tidak sadar Mama baru saja menghilangkan kesempatanku untuk menikah dengannya? Dia bisa menolak lamaranku karena nggak mau punya ibu mertua yang nggak ramah seperti Mama tadi."

"Kalau dia benar-benar mencintaimu, Vind, ibu mertua yang menyebalkan tidak akan menyurutkan langkahnya. Malah dia akan berusaha meyakinkan Mama bahwa dia adalah wanita terbaik untuk anak Mama. Dia akan membuat Mama mencintainya seperti Mama mencintai anak Mama sendiri." Tiba-tiba ibunya menatap penuh simpati kepada Edvind. "Ini pertama kali kamu jatuh cinta, ya? Tidak enak kan rasanya jatuh cinta?"

Tidak enak? Edvind ingin tertawa. Bukan tidak enak lagi. Rasanya mengerikan. Di dunia ini hanya ada satu pekerjaan yang menyenangkan dan menakutkan pada saat bersamaan; jatuh cinta. Jatuh cinta menyebabkan seseorang berada di posisi rawan disakiti. Sudah begitu setiap saat tidak bisa fokus mengerjakan apa pun dan kehilangan keseimbangan hidup. Menyerahkan hati kepada orang yang dicintai berpotensi menjadi bumerang. Siapa yang bisa memastikan, apakah dia akan menjaganya atau justru melemparkannya kembali ke wajah kita. Tidak ada satu pun orang waras di dunia ini yang siap menghadapi kemungkinan yang kedua.

"Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di antara dirimu dan orang yang kamu cintai. Bisa jadi kalian mendapatkan kebahagiaan yang abadi selama-lamanya. Atau mungkin kamu patah hati sampai trauma untuk jatuh cinta lagi. Mama jatuh cinta pada ayahmu dan kamu tahu apa hasilnya. Beruntung Mama punya kesempatan kedua dengan Adam." Ibunya tersenyum lembut.

"Patah hati adalah risiko yang harus diambil setiap manusia yang ingin memperjuangkan cintanya. Yang ingin menghabiskan hidup bersama seseorang yang dicintainya. Kalau kamu tidak mau mengambil risiko itu, hidupmu tidak akan berubah. Kamu akan diam di tempat tanpa pernah merasakan kebahagiaan yang belum kamu alami sebelumnya. If you really love her, it will be worth the risk. After all, the most worthwhile things in life always come with the greatest risk."

***

There is nothing hotter than a guy with a baby. Nalia mengamati foto di layar ponselnya. Sejak tadi Nalia tidak bisa mengalihkan pandangan dari gambar Edvind yang tengah menggendong bayi perempuan berusia tiga bulan. Di tempat pembuangan sampah, Edvind menjelaskan kepada para ibu—yang kebanyakan terlalu muda, kadang masih anak-anak—mengenai imunisasi dasar gratis dan di mana bisa didapatkan.

Latar foto yang jauh dari indah tidak sedikit pun menurunkan tingkat keseksian Edvind. Malah membuat Edvind terlihat semakin istimewa. Karena, berapa orang yang mau—tanpa mendapat imbalan apa-apa—berkeliling tempat-tempat kumuh untuk memberikan edukasi tentang kesehatan secara cuma-cuma? Tangan Nalia gatal ingin membagikan foto tersebut ke media sosial. Pasti akan viral. Tetapi Edvind tidak memberikan persetujuan saat Nalia meminta izin tadi.

Mau zaman sudah berubah semodern apa pun, tetap ada insting dalam diri setiap wanita untuk mencari pasangan yang menunjukkan tanda-tanda akan menjadi ayah yang baik. Secara fisik maupun mental. Kalau kepada anak orang lain—orang yang tidak dikenal lebih-lebih—seseorang sudah sangat perhatian seperti Edvind, apalagi kepada anak sendiri. Edvind tidak terlihat canggung sama sekali saat mendekap bayi mungil tersebut di dadanya. Tidak hanya itu, Edvind membuat berbagai macam ekspresi wajah yang membuat bayi tersebut terkekeh senang. Not only he's hot, but he's a cuddler.

Tiba-tiba Nalia menyadari bayangan 'suatu hari nanti setiap malam dirinya, Edvind, dan anak mereka duduk berpelukan sambil membaca cerita' sesungguhnya tidaklah sulit diwujudkan. Dengan jelas Edvind menyatakan cinta kepada Nalia. Ingin menikah dengan Nalia. Setiap ada kesempatan, Edvin tidak pernah luput menyebutkan dua kata itu. Cinta dan menikah. Nalia tinggal mengiyakan saja.

But there are always more than just two people in a relationship. Tidak hanya Nalia dan Edvind yang menjalani hubungan, tapi keluarga mereka juga. Pertemuan Nalia dengan ibu Edvind tiga minggu yang lalu tidak berjalan dengan baik dan tidak berakhir dengan menyenangkan. Nalia bisa menangkap dengan jelas bahwa ibu Edvind tidak menyukainya. Yang membuat Nalia sangat terganggu adalah, Nalia tidak bisa berhenti mengkhawatirkan penerimaan ibu Edvind. Bagaimana kalau ibu Edvind menganggap Nalia membawa pengaruh buruk pada anaknya, sehingga tidak ingin Edvind menjalin hubungan dengan Nalia.

Edvind laki-laki dewasa, Nalia, sudah di atas delapan belas tahun, bisa memutuskan sendiri dia mau berteman dengan siapa, dia nggak perlu meminta izin ibunya untuk melakukan apa pun yang dia inginkan, sebuah suara di kepala Nalia menyahut.

Belum sempat Nalia melanjutkan argumen dengan dirinya sendiri, Alesha menerobos masuk ke ruang tengah. Lalu menjatuhkan diri di kursi di depan Nalia. Hari ini kegiatan utama Alesha adalah menghadiri makan siang bersama keluarga besar dari pihak ibu. Edvind, yang seharusnya mendatangi acara yang sama, berhasil kabur dengan alasan dapat jadwal di rumah sakit. Padahal sebenarnya pergi ke kampung kumuh bersama Nalia.

"Nalia! Kenapa kamu nggak cerita sama aku kalau Edvind sudah membawamu ketemu orangtuanya?" Alesha langsung mencecar Nalia. "Oh, ini makanan buat kamu. Titipan dari calon mertua." Kemudian Alesha meletakkan dua rantang stainless steel tiga tingkat di meja. Makanan sebanyak itu cukup dimakan sampai tahun depan.

Nalia tidak melihat apa perlunya menceritakan kejadian memalukan itu kepada Alesha. Atau siapa pun. Tetapi ada yang harus dikoreksi dari pertanyaan Alesha tadi. "Edvind nggak ngajak aku ketemu sama orangtuanya. Tapi aku kepergok ibunya Edvind waktu aku bangun tidur di rumah Edvind. Edvind nggak sempat pakai baju...."

"Nalia!" jerit Alesha frustrasi. Suaranya melengking sampai telinga Nalia berdenging. "Aku kira kita sudah ada progres dalam abandonment issue itu. Tapi, kenapa kamu melakukan hubungan seksual tanpa cinta sama Edvind? Itu salah satu tanda—"

"Aku nggak tidur sama Edvind. Dia sakit waktu itu dan aku bawakan dia makanan. Lalu dia tidur di kamarnya dan aku ketiduran di ruang tamu." Fear of emotional intimacy, kata Alesha, adalah salah satu gejala abandonment issue yang dimiliki Nalia.

Cinta tidak ada dalam urutan pertama pada daftar kriteria pasangan yang dicari oleh Nalia. Seseorang dengan abandonment issue, umumnya melakukan hubungan seksual dengan orang yang tidak mereka cintai, untuk menghindari beban perasaan dan patah hati di kemudian hari, menurut penjelasan Alesha. "Tapi itu nggak penting, Lesh. Dari mana kamu tahu aku ketemu sama ibunya Edvind?"

"Kamu dalam masalahbesar, Nalia."

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top