TPD - 7. I dont know

Selamat membaca ^^

Agatha menguap, terbangun dengan keadaan yang sangat berantakan. Dengan keadaan setengah sadar Agatha memposisikan badannya untuk duduk.

"Astaga! Dimana aku? Siapa aku? Wah!" Kata Agatha dengan heboh saat dirinya sudah sepenuhnya sadar.

Agatha melihat sekeliling, ia sedang diruangan putih bersih, seperti hotel. Agatha membelalak, ia segera mencari apa yang salah, ternyata tidak ada. Ia masih utuh.

"Ini kan hotel." Gumamnya.

Dengan langkah pelan Agatha mengelilingi yang ia sebut kamar hotel tersebut.

"Ini hotel yang pernah memintaku datang untuk kerja dulu. Duh, hotel apa ya?"

Agatha sang manajer hotel yang karirnya cemerlang karena keinginan kuat dari awal memulai kerja. Manajer front office yang menjadi incaran banyak hotel karena kinerjanya bagus walaupun sedikit gesrek.

"Bodo amatlah! Mau mandi." Agatha segera berlari ke kamar mandi dengan tergesa-gesa karena ingin segera tau dimanakah ia sebenarnya.

Setelah beberapa menit berlalu, ia sudah selesai menjalankan ritual yang sangat luar biasa cepat, "Aku tidak bawa ganti, yuhu, bagaimana ini?" Kata Agatha sambil bersiul-siul seperti tidak mengalami kesusahan.

"Dimana koperku, ah ternyata tidak ada disini, oke! Mari kita mencari-cari baju apa yang disediakan hotel."

Agatha dengan semangat membuka lemari dan sedikit terkejut melihat isinya yang hanya kemeja putih milik pria.

"Mari kita memutar otak supaya pantas disebut wanita."

Agatha melihat bajunya semalam yang ia padukan dengan jaket bulu mahalnya. Agatha mulai mencari sesuatu dengan mengobrak-abrik seluruh kamar.

"Tadaa!!" Agatha mengangkat gunting yang ia temukan tinggi-tinggi.

Dengan sangat hati-hati Agatha berusaha memotongnya. Memotong dress itu menjadi dua bagian dan Agatha mulai kesal, karena Agatha tidak pernah bisa memotong dengan lurus. Baru sedikit yang terpotong, namun Agatha benar-benar menyerah.

"Menyebalkan." Gerutunya.

Lagi-lagi Agatha memutar otaknya, "Permisi."

Agatha sedikit terkaget melihat seseorang dengan pakaian pegawai hotel yang mungkin akan membersihkan ruangannya.

"Sini kau!" Kata Gatha dengan raut wajah kesal yang masih melekat.

"Baik, nona."

"Pinjam itu," kata Gatha sambil menatap rok pendek milik pegawai tersebut. Pegawai yang bernama Paris itu menggeleng kuat.

Agatha melotot, Paris mulai ketakutan.

"Pinjam dong, boleh ya?" Agatha mengatakannya dengan raut wajah yang tiba-tiba berubah menjadi amat manis.

"Lalu saya?" Paris menunduk, ia tau bahwa tamu itu adalah raja. Tapi ia tidak bisa merelakan roknya.

Agatha memberikan dress dengan warna peach itu kearah Paris dan Paris terkaget.

"Nona, ini merk ternama, apakah anda yakin akan menukarnya dengan rok ini?" Agatha mengangguk tegas.

"Itu bolong sedikit tapi masih bisa dipakai." Paris mengangguk semangat membuat Agatha sedikit bingung.

Tak apa, daripada pakai baju itu lagi mending ganti, batin Gatha.

"Karena pelayananmu bagus, aku akan menelpon bosmu." Kata Gatha dengan percaya diri.

Paris tertawa terbahak-bahak, bosnya yang super sibuk itu mana mungkin mengangkat telpon orang yang tidak ada kaitannya dengan beliau.

"Maaf nona, anda bisa mengirim pesan saja dikolom komentar blog hotel kami."

Agatha merasa direndahkan dengan ejekan tersirat Paris. Agatha Saridevi manajer yang setiap hari menerima telfon luar negeri hanya untuk bekerja. Karirnya ini berawal dari kepandaiannya dalam beberapa bidang. Dan tentu saja Gatha sangat mengenal CEO hotel ini, karena Britt yang memberikan panduan saat Gatha masih dalam tahap pelatihan.

"Hei! Kau meremehkan aku?" Paris menggeleng dengan wajah yang ingin tertawa.

"Kuanggap diammu itu, iya."

Agatha mencari ponselnya dan memukul kepalanya sendiri karena lupa menaruh dimana.

Namun, dengan langkah pasti Agatha menelfon dengan telfon hotel. Jangan meremehkan ingatan Gatha tentang nomor ponsel, remehkan Gatha saat ia melupakan ponsel yang ada di kasurnya saat itu.

"Halo!" Teriak Gatha heboh dan memencet tombol supaya Paris mendengarnya.

"Agatha, ada apa?" Paris terkejut. Bosnya yang lemah lembut nan tertutup itu bisa kenal dengan wanita bar-bar ini, astaga!

"Sudah ya?" Kata Gatha tiba-tiba membuat Paris membelalakkan mata untuk kesekian kali, kelancangan Gatha ini sungguh membuatnya frustasi.

"Hei! Gak penting kau!" Kata wanita yang katanya lembut itu.

Agatha segera melempar dressnya dan meminta rok hitam milik pegawai tersebut, ia harus cepat menemukan pria arogan itu.

--

Rok hitam dengan kemeja putih yang dimasukkan, sangat pas untuk lekukan tubuh Gatha yang sepertinya memakai baju apapun cocok. Sepatu silver yang sama seperti kemarin bertengger manis dikakinya.

Make up tipis yang selalu ia gunakan saat bekerja. Bukan dandanan menor seperti sebelumnya. Agatha berjalan dengan anggun menuju manapun yang menurutnya lurus.

Sampai ia menemukan dua orang yang menariknya di bandara kemarin sedang ada di depan pintu yang sepertinya ruang meeting.

Agatha mulai berjalan memasuki ruangan, dengan maksud akan memarahi kedua bodyguard sok kuat itu. Namun, mereka tidak menghalanginya.

"Hei!" Teriak Gatha tiba-tiba membuat keduanya kaget.

"Ada yang bisa saya bantu, nona?" Agatha menatap tidak percaya kepada dua orang didepannya yang sedang menatapnya intens.

Agatha mengerti sekarang, mereka hanya tau gadis norak, bukan Agatha Saridevi.

"Gundulmu." Kata Gatha membuat kedua orang itu bertanya-tanya maksud perkataan gadis manis didepannya.

Agatha mematung saat melihat banyak orang disana yang sedang memperhatikannya termasuk Queen dan pria arogan kemarin. Agatha segera masuk karena ia hanya menuruti kata hati.

"Mengapa kau ada disini?" Kata Queen sebal.

"Suka-suka lah." Jawab Gatha sambil menjulurkan lidahnya.

"Gavino, apa kabar?" Pria tinggi itu menghampiri si arogan yang membuatnya bingung dengan keadaan kemarin hingga sekarang.

"Namanya Gavin." Gumam Gatha yang mendapat pelototan gratis dari Queen.

Semua yang ada disana memusatkan pandangannya kepada Gavin yang menduduki kursi utama. Oke, darisini mungkin Gatha baru mengerti kondisinya.

Queen tiba-tiba pergi karena merasa terpanggil, bukan terpanggil oleh malaikat pencabut nyawa, hanya terpanggil oleh rekan kerja Gavin yang sedang membutuhkan bantuan.

"Gavin." Panggil Gatha main-main.

Gavin menatap Gatha dengan sedikit terkejut, matanya melotot membuat Gatha bingung. "Merem." Ucapan Gatha membuat Gavin sadar.

"Pergi." Gavin mengusirnya dengan mengibaskan tangan.

"Tidak mau." Kata Gatha sambil bersedekap dada. Gatha mengamati situasi dan menemukan Queen sepertinya dalam masalah.

Gatha mendekati mereka karena keingintahuan yang tak pernah padam dari dirinya.

Pak tua yang sedang dihampiri Queen ternyata sedang berbicara bahasa asing, dan Queen tidak bisa menjawab. Gatha mulai menangkap sinyal dan menggeser Queen.

"Annyeonghaseyo, seonsangnim."

Ucapan Gatha membuat Queen dan Gavin terkaget. Sedangkan Gatha tersenyum manis menjawab semua pertanyaan klien Gavin dengan mudah.

Queen geram karena kali ini Gatha mengunggulinya. "Tidak bisa dibiarkan." Kata Queen namun dicegah Gavin.

"Kerjakan tugasmu, lamban." Queen mengerucutkan bibirnya karena sekarang bosnya sudah ikut terbuai oleh makhluk seperti Gatha.

Gatha menikmati setiap candaan dan obrolannya dengan seseorang yang seumuran ayahnya. Dia adalah klien dari Korea, harusnya ia sudah tidak bekerja namun anaknya sedang honeymoon jadi terpaksa ia datang. Sekertaris yang dibawanya mendadak sakit karena jetlag.

"Yeoja chingu Gavin ibnika?" Tanyanya membuat Gatha tertawa dan semua yang ada diruangan melihatnya dengan tajam.


























BERSAMBUNG...

*Annyeonghaseyo, seonsangnim : selamat pagi, tuan

*Yeoja chingu Gavin ibnika? : Apakah kamu pacarnya Gavin?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top